01-Pertemuan Takdir

14 2 0
                                    

"Bahkan sehelai daun tidak akan jatuh kecuali itu sudah menjadi takdirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bahkan sehelai daun tidak akan jatuh kecuali itu sudah menjadi takdirnya.."

-Atap_collection-

ɞ˚‧。⋆:⋆𐙚₊˚⊹♡.

"Bersiaplah sebentar lagi adalah jadwal penerbangan kita!" Setelah mengatakan itu seorang pria berotot pergi dari hadapan seorang anak kecil berumur 14 tahun.

Anak kecil itu hanya menatap kepergian pria itu dari tempatnya, kemudian di hapusnya jejak air mata nya yang mengalir deras, "aku lapar.." Ringis nya pelan sembari mengelus perutnya yang rata.

Dengan perut yang berbunyi kelaparan, Gilbert berjalan menyusuri seluruh bandara. Senyum nya mengembang ketika melihat sebuah stand penjual roti panas yang sering ia makan dengan ibunya.

Gilbert memesan seporsi roti panas lalu merogoh kantung celananya sembari menunggu pesanan nya yang sedang dibuat. Namun, setelah diperiksanya seluruh kantung ternyata uang yang ia miliki tak lagi ada di sana. Ia mulai panik sembari sesekali melirik ibu penjual roti yang kini sudah menatap dirinya.

"Dek, gimana? Jadi tidak?"Tanya ibu penjual roti itu sinis.

Seketika Gilbert semakin panik membuat ibu penjual roti itu semakin menatap kesal. "Kalau ga ada duit tuh gausah gaya banget kamu pesan roti yang mahal!" Sentak ibu itu lalu menggigit sebagian besar roti pesanan Gil.

"Tuh makan! kalau kamu memang ingin sekali memakan roti ini!" Ucap ibu penjual roti itu setelah melemparkan sisa roti yang baru saja digigitnya.

Diperlakukan seperti itu tentu saja membuat Gil semakin menangis. Ia pun segera berlari, meninggalkan sisa roti yang kini telah tergelatak di lantai bandara.

***

Seorang gadis cantik berumur 5 tahun menatap serius pada seorang ibu penjual roti yang tengah memarahi seorang anak laki-laki yang ia tak tahu karena apa. Jarak antara mereka yang tak terlalu jauh membuat gadis cantik berkepang dua itu, samar-samar dapat mendengar percakapan mereka.

"Kamu lihat apa sih, Sayang? Serius amat!" Ucap seorang pria yang memang duduk di samping gadis kecil itu.

Dengan berani ia pun menunjuk ke arah anak laki-laki itu, "dia lapar, Papa.. Tapi ibu itu malah memarahinya!" Ucapnya membuat pria yang dipanggil papa itu pun menoleh menatap apa yang ditunjuk oleh putrinya.

Keduanya sama-sama terlihat terkejut ketika sebuah roti sisa terlempar ke wajah anak laki-laki itu. Gadis kecil itu sontak berdiri dari tempat duduknya ketika melihat anak laki-laki itu pergi sambil berlari dan menangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gilbert AceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang