Sepupu

135 16 0
                                    

"LISA KAMAR KAMU CEPETAN BERESIN!"

"JENIFER STOP COD TAS ATAU UANG JAJAN KAMU TETEH POTONG! MENDING KAMU BANTUIN TETEH BERSIH-BERSIH."

"ASTAGA ROSAAA BOLUNYA JANGAN DIMAKAN DULU ITU UNTUK TAMU!"

Teriakan demi teriakan keluar dari mulut Jingga. Dirinya dibuat kesal dengan tingkah ketiga adiknya.

"Dih ngancem."

Bola mata Jingga melebar mendengar ocehan Jeni. "Kamu bilang apa tadi, Jen?"

Jeni tersenyum kikuk. Ia berjalan mendekat kearah Jingga. "Ada yang bisa Jeni bantu, Teh?"

Jingga menyodorkan tongkat pel yang ia pegang. "Lanjutin, yang bersih ngepelnya. Teteh mau masak dulu."

Jeni memberi gestur hormat. "Siap kapten!"

"TEH, ADA TELPON DARI MBAK ARIN!"

Jingga yang baru saja sampai di dapur harus kembali berbalik arah ke ruang tamu tempat hpnya berada. Disana sudah terdapat Rosa yang tengah asik memakan bolu buatan Jingga.

Jingga geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rosa. Ia memukul pelan kepala adiknya itu. "Udah berapa kali teteh bilang kalau bolu itu buat tamu?"

"Tapikan mereka keluarga bukan tamu." Jawab Rosa tak mau kalah.

Jingga menghiraukan Rosa. Gadis itu memilih mengangkat telfon dari kakak sepupunya. "Assalamualaikum, mbak."

"Waalaikumsalam, teh."

Jingga mengernyit bingung. "Yera?"

"Iya aku Yera, teh. Mbak Arin lagi fokus nyetir." anak berusia tujuh tahun itu melirik kakaknya yang sedang menyetir di bangku pengemudi di temani dengan Gisel—kakak keduanya disamping kursi pengemudi. "Mbak nyuruh aku buat nelpon teteh soalnya kakak-kakak yang lain lagi bobo."

Jingga terkekeh pelan mendengar suara lugu Yera. "Ada apa, Yer?"

"Kata Mbak Arin kita bakalan sampai duapuluh menit lag-"

"Halo, Ji?" tiba-tiba terdengar suara wanita dewasa di seberang telpon itu.

"Halo mbak." Jingga tentu sangat mengenal suara itu.

"Ish mbak aku lagi telponan sama teh Jingga tahu!" Yera merengek usai ponsel itu disebut paksa oleh Arin. Arin memberi tatapan mengintimidasi pada Yera dari spion dalam mobil. "Maaf ya, Ji. Tadi Yera nelpon kamu gara-gara bosen doang. Kakak-kakaknya lagi pada tidur soalnya." Arin melirik Yera yang duduk diantara Sindi dan Winda.

"Gak apa-apa kok mbak, kayak sama siapa aja." Jingga menatap Rosa yang tengah menatap kerahnya juga. "Daripada Yera gabut mending vc-an sama Rosa aja, mbak. Kebetulan anaknya lagi gabut juga." saran Jingga mengingat adiknya itu yang sangat dekat dengan Yera.

"Emang Rosa mau?"

Tanpa banyak bicara Jingga langsung memberikan ponselnya kepada Rosa. Rosa yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan tetehnya itu dengan senang hati menerima ponsel tersebut. "Mau dong, mbak!"

Arin tersenyum mendengar suara Rosa. Ia segera menepikan mobil yang ia kenderai di pinggir jalan. Arin mengalihkan panggilan tersebut ke mode vc.

"Halo Rosa, kamu apa kabar?"

"Aduh mbak, gak usah basa-basi. Entar aja nanya kabarnya, bentar lagi kan nyampe. Aku pengen liat muka anak manja itu."

Arin tertawa pelan. Ia memberikan ponsel itu kepada Yera yang masih memasang wajah cemberut. "Yera coba liat siapa yang mau vc-an sama kamu."

Yera langsung heboh begitu melihat wajah Rosa terpampang nyata di layar ponsel Arin. "KAK ROSA!"

Story Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang