"Kabar om sama tante gimana, Ros?" tanya Arin setengah berbisik. Tangan kanannya sibuk menepuk-nepuk bokong Yera yang sudah tertidur nyenyak.
"Baik, mbak. Kata teh Jingga senin mereka udah pulang." jawab Rosa ikut
"Alhamdulillah, mbak lega dengernya."
Rosa tersenyum sebagai jawaban. "Mbak, Yera udah tidur." Rosa melirik Yera yang tidur dalam posisi menghadap dirinya. Yera tidur di antara Rosa dan Arin.
"Masa?" Arin sedikit bangun untuk mengamati wajah Yera. "Ututu.. nyenyak banget tidurnya."
"Lucu banget." Rosa hendak mencubit pipi berisi Yera namun langsung ditepis kasar Arin.
"Nanti dia bangun. Mbak gak mau yaa harus tepuk-tepuk pantat dia sampai pagi."
Rosa terkekeh pelan, "Ampun mbak."
.....
"Lis, lo masih mainin ml gak?"
"Udah gak, kak. Tobat gue dimaki-maki pas mabar."
Gisel tersenyum miring, "Cemen lo!"
"Bodo amat!" Sahut Lisa lalu membanting tubuhnya di atas kasur sambil memeluk laptopnya.
Gisel ikut bergabung, "Terus kita ngapain? Mau ngedance juga gak di bolehin duo mak lampir."
Lisa mengangkat laptop tersebut, "Nonton film horor aja gimana?"
Gisel menggeleng cepat, "Gak mau! Gue takut anjir."
"Film komedi?"
"Nah kalau itu gue setuju."
Lisa menunjuk sebuah film, "Zombieland gimana? Katanya genrenya komedi."
Gisel mengangguk, "Boleh."
Lisa dan Gisel akhirnya berakhir menghabiskan malam mereka dengan menonton film tersebut.
"HAHAHA TUH ORANGTUA GOBLOK BANGET ANJIR," tawa Gisel menunjuk-nunjuk pria yang dengan polosnya tertipu oleh sepasang kakak- beradik.
"HAHAHAH MUKA ZOMBIENYA MIRIP LO, KAK."
Brak
"Tidur sekarang atau kalian berdua bakal gue usir dari sini."
Suara dingin yang keluar dari bibir Jingga berhasil membuat tubuh kedua gadis itu membeku. Lisa langsung mematikan laptonya kemudian mengambil posisi tidur menyamping yang diikuti Gisel.
"Awas aja kalian gak tidur," ancam Jingga sebelum menutup pintu kamar.
Setelah langkah kaki Jingga dirasa jauh, Lisa nampak menyembulkan wajahnya dari balik selimut.
"Aman bro!" Seru Lisa menggoyang-goyangkan lengan Gisel.
Gisel mengadahkan kepalanya, "Mau lanjut nonton?"
"Iya, tapi jangan berisik kayak tadi."
"Oke."
Pada akhirnya mereka kembali menghabiskan malam dengan menonton film sambil sesekali menahan teriakan yang ingin keluar dari mulut mereka.
.....
"Jen, menurut lo bagusan warna hitam atau merah?"
"Dua-duanya bagus, beli aja semua."
"Gak bisa, Jen. Kartu gue gak lama lagi bakal kena limit."
"Anjir lah lo, Son! Bulan depan masih lama woy!"
"Kayak kartu lo belom kena limit juga."
Apakah kalian bisa menebak siapa dua orang itu? Yup, tebakan kalian benar. Siapa lagi kalau bukan duo boros alias Jeni dan Sonya. Entah angin apa yang membuat mereka bisa jadi teman sekamar.
"Emang tas lo gak ada yang warna merah sama hitam?"
"Ada, tapi udah pernah gue pake." jawab Sonya cemberut.
Jeni berjalan kearah lemari koleksi tasnya. Ia mengambil dua buah tas berwarna merah dan hitam. "Pake ini aja, Son."
Sonya melirik tas-tas itu, "Modelnya beda sama yang ini." tunjuknya pada layar hp yang menampilkan dua buah tas.
"Kalau gak mau yaudah."
Sonya seketika mengambil kedua tas yang berada di genggaman Jeni. "Iya-iya nanti gue pake."
.....
"Jingga, bisa tolong kutekin aku gak?"
"Kak Win gak sholat?"
"Lagi halangan, dek."
Jingga menganggukan kepalanya. Ia segera mengambil posisi duduk di karpet kamarnya. Ia mengambil cat kuku milik Winda lalu mulai mengoleskannya di kuku-kuku lentik Winda.
"Tadi kamu habis dari mana?" tanya Winda memecah keheningan yang terjadi.
Jingga melirik Winda sebentar sebelum kembali fokus pada kuku Winda. "Habis dari kamar Lisa sama kak Gisel, kak. Aku negur mereka soalnya berisik."
Winda terkekeh, "Mereka dari dulu emang gitu kalau udah ketemu."
Jingga hanya menghela nafas sebagai jawaban.
"Kamu punya pacar?"
"Gak punya, kak. Aku mau jadi kaya dulu baru cari cowok." Jingga menoleh pada Winda, "Kak Win sendiri udah punya gandengan?"
Winda tersenyum simpul, "Yang deket sih ada, tapi aku gak mau langsung ambil keputusan buat ke jenjang yang lebih serius."
Jingga mengernyit bingung, seingatnya orang di depannya ini adalah pegawai BUMN yang penghasilannya sudah sangat menjanjikan. Umurnya pun sudah sangat matang untuk menikah.
"Aku pengen fokus ngurus Sonya sama Yera dulu. Kasian mbak Arin kalau harus urus mereka sendiri. Gisel itu sibuk banget, dia kalau kerja ingat makan aja udah syukur."
Jingga mengangguk mengerti. Sedikit banyak ia bisa mengerti perasaan Winda. Dia pun akan melakukan hal yang sama bila berada di posisi Winda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Us
FanfictionIni adalah sebuah ff yang menghadirkan girlgrup Blackpink dengan nuansa lokal. Yuk ikutin kisah mereka!