BAB 6 - Kaisar

27 6 0
                                    

Happy reading readers!










   Sepertinya, cowok itu terlihat sangat kebingungan. Bagaimana tidak, tiba tiba ada seorang cewek yang menyodorkannya uang sebesar dua puluh ribu rupiah itu.

     Dengan tampak tidak bersalah cewek itu berkata, "buat uang bensin kakak kemarin"

     "Mati gue." Gumam cowok itu.

     "Hah?"

     "Gausah. Bensin Gue masih full"

     "Boong. Tuh aku lihat pandom bensinnya udah mau ke empty" ujar Versen sambil menunjuk ke arah motor Vario itu.

     "Setan. Malu Gue" gumamnya lagi.

     "Udah gausah Gue bilang. Udah jam berapa ini, kagak sekolah Lo?"

     "Kan tanggal merah"

     "Oh iya ya"

     "Ayoo kak, aku gak enak..." sambil memaksa cowok itu menerima uang yang ada ditangannya.

     "Anjir...bawel banget nih cewek, Gue cemplungin ke air nih" ancam cowok itu.

     "Terima!" Ujar Versen dengan sangat memaksa.

   Cowok itu terlihat kebingungan. Ia benar benar tidak membutuhkan uang dua puluh ribu rupiah tersebut. Ya, silahkan katakan ia sebagai cowok sombong yang sok sok'an. Memang seperti itu gambaran yang terlintas di benak Versen.

     "Ck! Yaudah sini mana duitnya. Lo tunggu disini, jangan kemana mana" kata cowok itu dongkol.

   Versen tidak menjawab sepatah kata pun sebab ia sudah ditinggal setelah si cowok setelah mengatakan hal itu dengan menunggangi motornya. Tanpa berharap cowok itu kembali, Versen kembali memandang lepas Karaca.

   Apa mungkin karena terlihat seperti kaca? Pikir Versen yang kembali memikirkan apa arti nama dari tempat yang ia pandangi tersebut. Entahlah ia hanya terpesona dengan keindahan yang tersaji didepannya. Sinar matahari yang masih remang terpantul di permukaan air Karaca yang bening seperti kaca itu. Terkadang cahaya yang dipantulkan oleh air itu menegenai wajah Versen. Sungguh ketenangan yang tiada tara.

   Untuk saja tubuhnya tidak terlalu lelah. Karena kemarin malam, Nadia memperbolehkannya pulang kerja lebih cepat. Walaupun cafe sedang ramai pengunjung. Nadia memberi alasan jika Versen boleh pulang lebih awal karena ia masih anak sekolahan. Yah hal itu buka terjadi hanya sekali, tetapi berkali kali.

   Versen membatin, sebenarnya itu sama sekali tidak ada hubungannya loh.

   Toh kalau Versen sering pulang lebih awal, kenapa gajinya selalu penuh? Hah, entahlah. Sepertinya Nadia menyengajakan hal itu kepada Versen.

   Yang penting sekarang cewek itu merasa nyaman. Belum lagi angin sepoi sepoi suka sekali menerpa dirinya. Benar benar suasana sederhana yang dapat menghilangkan sengsara. Pantas saja cowok itu betah disini setiap pagi.

   Oh iya! Cowok itu! Apakah ia akan benar benar tidak kembali? Huh, aneh jika duduk disini sendirian saja. Tidak ada teman ngobrolnya.

Please, Don't Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang