BAB 9 - Permata

44 6 0
                                    

Happy reading readers!







     "BRENGSEK!"

   BUGH! BUGH! DUAG!

     "MATI LO ANJING!"

   Cowok yang tengah dipukuli oleh Kaisar itu akhirnya tergeletak tidak sadarkan diri di lantai. Mata Kaisar memerah menahan tangis dan amarah. Ternyata perasaan aneh yang sedari tadi ia rasakan karena hal ini.

   Brak!

     "Ada apa Kai?!" Tanya Handy yang langsung ke lokasi saat mendengar suara keributan dari dalam kamar.

     "SEMUA KELUAR!"

   Mendapat bentakan yang tak biasa dari Kaisar, cepat cepat Mereka keluar dari tempat itu, termasuk juga Handy dan Aga. Mereka tidak salah lihat kan? Apakah Kaisar menangis? Bagaimana bisa sosok kejam tanpa belas masih seperti diriny bisa mengeluarkan emosi kesedihan. Akhirnya mereka tidak ambil pusing dulu. Nampaknya Kaisar sedang marah besar karena tadi wajahnya memerah karena menahan amarah.

   Didalam kamar, Kaisar kembali menengok ke kasur. Keadaannya sungguh memprihatinkan. Tangannya diikat dengan kain kebesi bagian atas dipan. Cepat cepat ia menutupi tubuhnya menggunakan selimut.

     "S-sakit..." racaunya

     "Gue tahu, Lo harus kuat. Orang itu udah mati..." jawab Kaisar masih belum berani menyentuh permatanya.

     "Kak Kais...ar ya"

     "Iya, ini Gue. Lo aman sekarang. Lo..." Kaisar sudah tidak kuat melanjutkan kata katanya. Hatinya benar benar hancur sekarang. Perih sekali.

     "Cia..." sebut Kaisar saat menyadari kesadaran Versen juga menghilang. Kaisar kembali menangis.

     "Cia...L-lo gak boleh rusak"

     "Enggak, G-gue gak terima!"

     "Lo permata Gue, Cia..." ucap Kaisar yang terdengar menyayat hati bagi siapa saja yang mendengarnya.

   Hati Kaisar benar benar merasa sakit. Kenapa harus Cia? Kenapa harus permatanya? Kenapa dunia ini tidak adil? Kaisar menyentuh wajah Versen yang terlihat kelelahan karena menahan sakit itu. Pipinya sedikit bengkak seperti terkena tamparan, sudut bibirnya juga luka.

   Tangan Kaisar gemetaran seolah olah takut jika ia menyentuhnya, maka ia akan menghancurkan permata rapuh yang ada dihadapannya itu. Cowok itu mengurungkan niatnya untuk menyentuh Cia nya.

   Pandangannya beralih kebagian leher Versen yang terdapat banyak sekali bekas bekas kemerahan disana. Kaisar memejamkan matanya, menahan air matanya kembali lolos keluar. Giginya bergemeletuk menahan amarah yang tengah memuncak. Orang itu. Kaisar benar benar akan membunuhnya.

   Tanpa belas kasih, Kaisar memutuskan untuk kembali menghajar pemuda itu. Ia sudah gelap mata, cowok itu terus menghantam wajah sang pelaku sampai ia kembali sadar dari pingsannya dan kembali merasakan pukulan maut dari sang Panther Of Harley itu.

   Hanya satu yang dipikirkan Kaisar saat ini.

   Bunuh. Bunuh. Bunuh. Pikirannya semakin liar.

Please, Don't Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang