Viza Menatap liam yang asik mengelus pipinya, rasanya viza ingin membunuh pria di hadapannya ini. secara sadis tapi dirinya sadar kalau ia bukan piskopat, dan seorang pembunuh. Viza Menatap tajam liam yang ditatap malah tertawa kecil.
"Lepaskan saya, pak. Saya membenci bapak" Teriak viza marah.
Liam mengelus pipi viza lembut, mencium pipi viza yang terus memberontak. "Saya bisa saja bunuh keluarga kamu, kalau kamu memberontak" Ancam liam mulai kesal.
Viza melotot ia semakin menatap tajam liam. "Jangan pernah anda menyentuh keluarga saya, atau anda saya laporkan ke polisi, Dengan laporan pemerkosaan." Ancam viza tidak main-main.
Liam tertawa kecil mendengar ancaman viza. "Silahkan laporkan dan ceritakan semuanya, saya yakin bukan saya yang masuk penjara tapi ayah kamu sendiri. Karena, dia telah berhutang pada kedua orang tua saya namun tidak juga kunjung bayar. Sampai hari ini."
Ucapan liam mampu membuat viza bungkam, viza baru ingat kalau keluarga dirinya telah berhutang puluhan juta pada keluarga arsenio.
"Apa mau mu?" Tanya viza.
Liam mengelus rambut viza yang langsung viza tepis. "Saya mau kamu menuruti kemauan saya" Bisik liam "setelah itu hutang keluarga kamu saya anggap lunas" lanjutnya dengan senyum miringnya.
"Menuruti apa?." Tanya viza.
"Menikah dengan saya." Jawab liam.
***
Setelah kejadian itu viza benar-benar menghindari liam, ia tidak masuk di jam pelajaran liam Membuat liam semakin kesal. Seperti sekarang ini viza keluar kelas saat hendak ganti jam pelajaran.
Liam yang melihat itu menarik viza ke ruangannya Menatap viza tajam. "Kenapa kanu tidak masuk jam pelajaran saya selama satu minggu ini?."
"Karena aku tidak mau" Jawab viza cepat.
Liam mendorong pelan viza ke sofa menindih tubuh viza Membuat viza kembali takut. "Semakin kamu menghindari saya, semakin saya mendekati kamu, viza " Ucap liam melepaskan pakaian viza.
Viza berusaha menahan tangan liam namun kekuatannya tidak sebanding dengan liam. "J-jangan lakukan itu lagi, aku tidak mau, STOP!. AKU TIDAK MAU HAMIL." Teriak viza air matanya mengalir deras.
Mendengar itu liam langsung tertawa terbahak-bahak. "Tidak akan, saya sudah minum obat pencegah kehamilan." Ucap liam tenang.
"Mana ada gitu, harusnya aku yang minum" Ucap viza masih berusaha melepaskan diri dari liam.
"Sok tahu, kedua orang tua saya seorang dokter" Ucap liam sinis.
Viza tidak merespon ia menutup tubuhnya dengan kedua tangannya. "Jangan gila! Aku tidak mau melakukan itu lagi, ini namanya pelecehan"
"Suruh siapa kamu menolak ajakan nikah saya" Ucap liam mencium leher viza Membuat sang empu melotot kaget. "Mau melakukannya dimana?" Bisik liam.
"Aku tidak mau melakukanya" Ulang viza memberontak.
Liam tidak menjawab ia melepaskan pakaiannya di depan viza, Membuat viza langsung menutup matanya rapat-rapat. Liam yang melihat itu terkekeh kecil, mengelus pipi viza lembut. Ia langsung melakukannya dengan lembut tidak ada kekerasan. Tidak seperti minggu lalu.
"Diam!" Kesal liam.
"P-pintu" Lirih viza.
Mendengar itu liam langsung menekan tombol yang langsung otomatis semuanya tertutup rapat, termasuk jendela. Tidak lupa ia menyalakan musik yang sangat indah ia ingin di siang hari ini akan meninggalkan suasana indah.
Dua jam Mereka melakukanya, namun. liam tidak ingin menyudahinya, sedangkan viza sudah lemas. "Sudah pak" ucap viza.
Liam mengangguk ia menatap wajah viza. "Besok kamu tinggal di apartemen saya" Ucap liam sambil memakai pakaiannya. "Supaya saya bisa melakukannya dengan puas" lanjutnya tersenyum miring.
Viza menggeleng cepat. "Enggak! Enak aja---"
"Yasudah menikah dengan saya, apa susahnya sih saya mengajak kamu serius. Daripada kamu dikotori saya terus, kamu mau dicap sebagai perempuan murahan. Hah?." marah liam.
"Kenapa bapak mak----"
"SAYA MAU BESOK KITA MENIKAH KALAU KAMU MAU SEMUA HUTANG KEDUA ORANG TUA KAMU LUNAS. SAYA BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERBUATAN SAYA!. SAYA BUKAN PRIA BAJINGAN YANG SETELAH MENGAMBIL KESUCIAN WANITA LANGSUNG MENINGGALKANNYA BEGITU SAJA." marah liam.
***
Mereka sah menjadi suami istri beberapa jam lalu. Sekarang viza tinggal bersama liam pria yang baru ia kenal Dan sekarang menjadi suaminya. Mereka juga langsung tinggal bersama di apartemen liam.
"Kamu tidak usah beres-beres setiap Minggu ada orang yang datang kesini untuk beres-beres" Ucap liam.
Viza menoleh ia menggeleng. "Mulai sekarang biar aku yang kerjain semuanya, jangan merepotkan orang lain" Tolak ziva.
Liam tersenyum tipis. "Saya menjadikan kamu istri saya untuk menemani saya, bukan untuk menjadikan kamu sebagai pelayan. Oh, bukan sebagai istri saja, tapi. Memuaskan napsu saya." Bisik liam memeluk viza dari belakang.
Viza menahan tangan liam yang mengelus perutnya. "A-aku mau beresin baju aku dulu" Ucap viza melepaskan pelukan liam dan langsung masuk kamar.
Liam terkekeh kecil ia duduk di sofa membuka laptopnya, mengecek nilai mahasiswa-mahasiswi nya. Liam geleng-geleng kepala melihat nilai istrinya yang sangat jelek. "Pemalas" Gumam liam.
Viza keluar dari kamar liam yang sekarang menjadi kamarnya juga. "Pak li----"
"Ini di luar kampus jangan panggil saya pak. Panggil saya sayang, baby, cinta" Potong liam tanpa menatap viza.
"Kakak aja deh" Cicit viza. "Kak liam----"
"Saya bukan kakak mu" Potong liam lagi.
"Terus saya panggil apa, ribet banget" kesal viza.
"Mas, cinta, sayang, baby. Silahkan pilih" Jawab liam melirik viza sinis.
Viza bergidik ngeri. "M-mas, aku tidak mau hubungan kita banyak yang tahu, aku mau kita terlihat biasa saja saat di kampus" Ucap viza duduk menghadap liam.
Liam menutup laptopnya menatap viza. "Kenapa memangnya?, Kamu malu punya suami seperti saya?" Tanya liam dengan tatapan datar.
"Malu banget kenapa aku punya suami seperti mu, yang mesum" Batin viza bergidik. "E-enggak sih, cuman. kita harus jaga jarak takutnya kalau semua orang tahu aku istri dosen, nanti pas aku dapat nilai tinggi mereka ngira, aku karena istri kamu" Jawab viza.
Liam tertawa kecil. "Hahah. Dapet nilai tinggi? Nilai kamu saja dari semester 1 sampai sekarang rendah, sebenarnya kamu belajar, atau tidak? Nilai yang paling kecil di kelas kamu. bahkan di kampus xxxx cuman kamu doang." Ucap liam meledek viza.
Viza melotot sempurna ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Masa sih?, Aku sering belajar tapi-----jarang banget soalnya aku sibuk kerja" Cicit viza sedih mendengar nilainya yang paling kecil.
Melihat istrinya sedih liam tidak tega. Ia berpindah duduknya di samping viza membuka buku tebal yang sempat ia bawa. "Jangan sedih, sekarang kamu belajar supaya dapat nilai tinggi, walaupun kamu istri saya. Bukan berarti kamu mendapatkan nilai tinggi secara cuma-cuma." Ucap liam.
Viza mengangguk ia langsung belajar, belum ada setengah jam viza sudah mengantuk. "Udah, ah. Aku mau tidur dulu besok lagi aja belajarnya" Ucap viza langsung beranjak dari duduknya Meninggalkan Liam yang menatapnya dingin.
Karena tidak ingin berdebat liam memutuskan untuk lanjut kerja, ada banyak pekerjaan yang belum selesai. Walaupun ia sudah memiliki banyak uang. Bukan berarti ia tidak kerja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession Dosen
Teen FictionBagaimana rasanya disukai dosen sendiri?, Bukan hanya sukai tapi di obsesi dosen sendiri. Sampai akhirnya bencana besar menimpah gadis miskin pelayan cafe. Langsung baca aja🙏 setiap cerita enggak aku baca ulang jadi maaf kalau banyak TYPO🙏😂