8. Orang tua liam.

332 8 0
                                    

Setelah kejadian itu viza selalu patuh perintah liam, ia tidak menolak sama sekali. Bahkan liam menginginkan viza setiap malam. Seperti sekarang ini viza tidak merasakan kantuk di matanya, padahal ia belum tidur semalaman. Gara-gara suaminya yang terus menggempurnya.

"Udah, aku lemes." Lirih viza.

Liam mengangguk ia kasihan juga melihat istrinya kelelahan. "Istirahat, saya mau kerja dulu." Ucap liam, menarik selimut sampai menutupi dada viza.

"Aku ada kelas kamu, ya?." Tanya viza baru ingat.

Liam diam sebentar sebelum ia mengangguk. "Ya, hari ini kamu hanya satu kelas. Kan?." Tanya liam.

Viza mengangguk. "Ya, aku mau masuk aja. Deh." Ucap viza, ia tidak mau ketinggalan materi.

"Yakin?, kamu masih lemas lho." Tanya liam ragu.

Viza mengangguk ia langsung berjalan ke kamar mandi, buru-buru mandi. Selesai mandi ia langsung memakai pakaian, melirik liam yang duduk di sofa menatapnya dengan tatapan lembut.

"Ganteng, sih. Tapi sayangnya dia piskopat." Batin viza bergidik takut.

Setelah selesai siap-siap mereka langsung berangkat ke kampus, viza hanya diam menatap lurus depan. Sejujurnya tubuhnya lemas, tapi ia tidak mau ketinggalan materi walaupun dosennya suaminya sendiri.

"Eh-eh, mas turunin aku di sini." Panik viza.

Liam tidak menjawab pria itu masuk kedalam kampus, memarkirkan mobilnya di parkiran mobil dosen. Menoleh menatap viza yang kesal menatapnya.

"Mulai hari in----"

"Egois banget sih kamu, mas." Setelah mengatakan itu viza langsung keluar mobil, ia tidak mau banyak bicara dengan suaminya.

Liam mengeram tertahan. "Dasar istri tidak tahu beruntung."

***

Viza melirik sinis Liam yang terus menatapnya dengan tatapan datar, viza tahu kalau liam sedang marah padanya gara-gara tadi pagi.

"Mau kamu apa sih?, saya hanya ingin kamu tidak perlu jalan kaki dari halte bus ke kampus. Yang menurut saya sangat jauh." Kesal liam.

Viza melipat kedua tangannya di dada. "Mas enggak akan tahu rasanya di-----"

"Terserah kamu, saya malas beradu marah sama kamu. Yang ujung-ujungnya kamu yang bakal nyesel." Potong liam.

Hening.

Viza fokus dengan film yang ia tonton, sedangkan liam terus menatapnya dengan tatapan dingin. Mereka sama-sama diam.

"Mamah dan papah mau kesini." Ucap liam tiba-tiba.

Viza menoleh menatap suaminya. "Kedua orang tua kamu?." Tanya viza.

Liam mengangguk pelan. "Ya, kedua orang tua kamu juga." Koreksi liam.

Viza mengangguk pelan. "Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku?, apa kamu akan menceraikan aku?." Tanya viza tiba-tiba.

Liam langsung menatap datar viza. "Bisa tidak jangan bicara seperti itu, saya tidak akan menceraikan kamu sekalipun permintaan kedua orang tuaku. Dan, saya tidak akan mau kehilangan kamu, ngerti?."

Viza diam menatap wajah liam sebentar. "Padahal aku berharap kamu mau menuruti kemauan kedua orang tua kamu." Cicit viza yang masih terdengar jelas liam. Yang langsung menatapnya tajam.

obsession DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang