Chapter 4 season 2

1.2K 87 34
                                    

Lisa baru bisa merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku karena baru saja selesai rapat beberapa menit yang lalu. Ia pun melirik jarum jamnya yang menunjukkan pukul 12 siang dimana waktu makan siang sudah masuk.

"Yebin, ke ruangan saya sekarang." Panggil Lisa dari telepon kantor.

Setelah mengatakan itu Lisa mematikannya dan tidak berapa lama kemudian sekretarisnya datang.

"Iya, Sajangnim?"

"Saya lagi males kemana-mana jadi saya mau kamu pesan makan siang ya."

Yebin mengangguk. "Baik Sajangnim."

Setelah itu ia pun pamit dan meninggalkan atasannya itu seorang diri di dalam. Ada yang berbeda dari atasannya itu, hari ini Lisa tidak terlalu banyak berbicara dan terkesan menyimak saja di rapat tadi padahal biasanya ia akan ikut berbicara tapi kendati begitu ia tidak akan bertanya karena tahu batasan dan privasi dari atasannya itu.

Ceklek

Lisa menoleh ketika pintu ruangannya terbuka dan memperlihatkan suaminya yang baru saja datang. "Ngapain kesini?" Tanya Lisa dengan wajah datarnya.

Omong-omong ia masih kesal dengan jawaban suaminya karena perdebatan mereka tadi pagi, biarkan saja. Suaminya itu memang sesekali harus di hukum juga biar tahu menjaga ucapannya.

Aksara berjalan ke arah bangku Lisa dan menarik satu bangku yang ada di depan mejanya sehingga mereka saat ini bersampingan. "Maafin aku." Ujar Aksara yang sudah memeluk istrinya dari samping.

Sama dengan Lisa ia pun tidak terlalu banyak bicara ketika di kantor tadi dan tidak fokus sehingga ia memilih menemui istrinya seperti saat ini karena pesannya sebelumnya hanya di baca saja.

"Iya aku tau aku salah terus aku bener-bener ngerasa bersalah karna ngomong gitu ke kamu, maafin aku ya." Ujar Aksara dengan suara seraknya hampir menangis karena tidak kuat di abaikan istrinya seharian ini. "Jangan cuekin aku dong kamu kan tau aku paling gabisa di cuekin apalagi itu kamu." Ucap Aksara dan mengeratkan pelukannya.

Merasakan lehernya basah membuat pertahanan Lisa akhirnya runtuh juga. Rasa kesalnya yang dibuat suaminya tadi pagi meluruh begitu saja apalagi ketika merasakan punggung Aksara bergetar.

"Sayang hiks." Akhirnya isakan itu lolos juga karena tidak bisa menahan rasa sesak di dalam dadanya karena melihat istrinya yang begitu terniat sekali menghukumnya hari ini sehingga ia benar-benar di abaikan bahkan nyaris tidak mendapat kabar sebelum ia yang memilih menghubunginya lebih dulu.

Lisa menghela nafas dan mengulurkan tangannya untuk mengusap punggung suaminya yang bergetar di pundaknya. "Udah gede masih aja cengeng." Ujar Lisa dan mengusap punggungnya.

Aksara mengangkat wajahnya yang terlihat sembab dan air matanya yang masih mengalir. "Aku di maafin, kan? Gak di cuekin lagi?" Tanya Aksara dengan suara seraknya.

Lisa tersenyum gemas dan mengusap airmata yang masih mengalir itu dengan kedua ibu jarinya dan mengecup matanya yang berair itu bergantian. "Iya sayang. Udah dong masa udah gede masih cengeng aja." Ujar Lisa dan terkekeh pelan mencubit hidungnya dengan gemas.

Aksara memanyunkan bibirnya dan kembali memeluk istrinya dengan erat. Hatinya sudah lega mendengar perkataan istrinya barusan. "Gaenak tau di cuekin seharian ini." Ujarnya yang meletakan kepalanya di atas dada Lisa.

"Makanya kalo ngomong itu di pikirin dulu." Ucap Lisa dan menarik pipi gembulnya dengan gemas.

Aksara mengangguk mengerti. "Maafin aku."

Lisa mengangguk. "Iya sayang."

Aksara tersenyum dan hatinya menghangat seketika kemudian menatap istrinya kembali. "Kiss pagi aku?"

BUCIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang