Full Flashback

72 11 6
                                    


••••••••••

Di sebuah ruangan yang sangat dingin, suara alat disekitarnya mampu membuat siapapun akan merasa khawatir dan takut. Aura ruangan yang terdengar nyaring suara monitor, beberapa dokter yang berjuang mati matian untuk menyelamatkan sebuah nyawa yang berada di ujung tanduk.

Seorang gadis yang sedang berjuang antara hidup dan mati, berjuang melawan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Terdapat banyak sekali alat yang terhubung ke tubuh gadis itu, cahaya lampu menyoroti semua tubuh nya.

Kiara Ellaina, terbaring tidak sadarkan diri di sebuah bangkar ruang operasi. Bertahan dan bertopang hidup pada semua alat-alat di sekujur tubuhnya.

"Tulang ekornya hancur, Dok!" seru seorang dokter.

Semua yang ada di sana dengan sangat telaten dan juga hati-hati dalam upaya yang di lakukan itu.

"Siapkan semua alat operasi lain!"

Keadaan semakin mencekam, detak jantung gadis itu seketika menghilang, nyaris suara monitor menyaring lurus. Dengan cepat dokter yang lain segera mengambil tindakan kejut jantung menggunakan Defibrillator.

Defibrillator adalah perangkat yang memberikan kejutan listrik ke jantung, untuk mengatasi irama jantung abnormal yang berpotensi fatal (aritmia). Alat ini juga umum digunakan pada pengidap henti jantung atau ventrikel agar detak jantung kembali ke ritme normal. Dengan penuh keringat serta ketakutan nya, akhirnya jantung itu kembali berfungsi.

Diluar ruangan, sudah terdapat Bagas juga Cyra yang menunggu dengan raut khawatir, ketakutan yang mereka rasakan menjadi jadi. Tertunduk lesu tak berdaya, berharap seseorang keluar dengan kabar bahagia.

Namun, selang beberapa saat, salah satu Dokter keluar dengan raut yang sudah sangat bisa di tebak itu. Dia menghembuskan nafas pelan, dan menyuruh keduanya untuk ikut ke ruangannya sekarang juga.

Disana dokter menjelaskan tentang apa yang di alami gadis itu.

"Pertama saya turut prihatin atas apa yang menimpa anak Bapak, Ibu." ucap nya.

Cyra hanya mampu menahan tangis sembari mengangguk lemah.

"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya, karena sudah melakukan tindakan ini tanpa persetujuan kalian. Hal yang saya ketahui saat melihat gadis itu, adalah rahang nya yang hancur, beberapa tukang kaki dan sedikit tulang lengan nya patah, dan yang terakhir tulang ekornya juga ikut hancur." jelas Dokter itu.

Kedua pasangan di depannya lagi lagi hanya bisa menunduk tak berdaya mendengar bagaimana keadaan putri kesayangan nya itu. Sungguh, sangat malang.

"Lalu, bagaimana Dok?" lirih Cyra dengan mengharapkan sebuah keajaiban untuk keselamatan putrinya.

"Saya sudah melakukan tindakan operasi untuk tulang ekornya, dan dia harus mengalami kebutaan pasal kejadian yang menimpanya. Selain itu, rahangnya yang hancur sudah kami pertahankan agar kembali seperti semula dengan bantuan Neck support sebagai penyangga leher. Dia memang selamat, Pak, Bu. Namun keadaannya saat ini masih koma setelah jantung nya berhenti sejenak. Semoga dia bisa melewati masa-masa kritis nya saat ini."

Setelah berbicara cukup lama dengan Dokter tadi, Bagas dan Cyra kembali menuju ruangan itu untuk melihat bagaimana putrinya. Melalui celah-celah jendela, dapat terlihat seorang gadis dengan banyak alat di sekujur tubuhnya. Tidak ada satupun yang boleh di izinkan untuk masuk saat ini, terutama kedua orang tuanya.

Keluarga Alexander pun turut hadir disana untuk melihat bagaimana keadaan Kiara, mereka sangat shock atas apa yang menimpanya. Andai saat itu mereka tidak membiarkan Kiara pulang sendiri, mungkin hal menyedihkan ini tidak akan pernah terjadi. Di mobil selama perjalanan, Langit hanya menunduk menahan sesal di dada nya. Pundak nya bergetar tak kala melihat Kiara terbaring lemah di tengah ruangan yang dominan berwarna putih itu. Clarissa mengusap punggung putranya itu guna memberikannya semangat.

𝐋𝐀𝐍𝐆𝐈𝐓 [ Revisi! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang