Disebuah petak panjang seluas 100 meter yang terbentang disebelah sebuah gedung sekolah, terdapat muda-mudi yang tengah asik menggiring bola, sesekali melempar ejekan atau candaan satu sama lain.
"Nendang kok pencot? Jelek amat." Bachira Meguru, dengan gaya eksentrik khas nya, menjulurkan lidah—meledek sang teman yang kepalanya sudah berapi-api.
"Berisik lo!" Isagi Yoichi—yang merupakan korban dari ledekan Bachira mendengus sebal. Wajahnya terlihat kesal dan jengkel.
"Ha! Tipikal Isagi! Tukang ngamuk." Jingo Raichi, si rambut duri dan gigi runcing—yang mirip hiu—mencibir Isagi. Padahal, sikapnya lebih parah daripada si kuncup blueberries itu.
"Lo diem ya! Dasar gak sadar diri!" tunjuk Isagi geram.
"Lagian, lo kenapa sih? Gak kayak biasanya. Galau banget itu muka kayak abis nginjek tai ayam." Chigiri Hyoma berkomentar. Ia duduk di lapangan dengan santai sambil menopang dagu. Matanya yang berwarna pink— senada dengan rambutnya— menatap Isagi dengan heran.
Setelah jam pelajaran olahraga usai, mereka sedikit bermain-main sembari menunggu jam istirahat berbunyi. Berhubung guru olahraga mereka sedang berbaik hati mengizinkan para muridnya itu bermain sesuka hati. Tentu saja, kesempatan yang diberikan tidak akan dilewatkan begitu saja.
Isagi mendengus sebal sembari membawa kedua tungkainya untuk duduk ditepi lapangan dan mengelap peluh yang membasahi wajahnya dengan kaos olahraga miliknya. Saat ini ia tengah risau. Pasalnya, ia belum menemukan (Name).
Kemana perginya gadis jadi-jadian itu?!
Apakah sudah sampai atau belum?
Isagi menghela napas panjang sebelum mengeluarkan unek-uneknya. "Lo pernah gak sih, punya temen—"
"Enggak." Bachira menyela dengan tidak sopan.
"GUE BELUM SELESAI NGOMONG MONYET!" Isagi ngamuk. "Apanya yang enggak? Lo anggap gue apa selama ini?!"
Pemuda yang sering dibilang mirip dengan lebah itu memamerkan cengirannya. "Kawan."
"Tai lo!" Isagi memaki.
"Kenapa sih, gi? Marah-marah mulu udah kayak—"
"Lo diem." Isagi menunjuk Chigiri agar tutup mulut. Ia menghela napas gusar sembari mengacak-acak surainya. "Gue tuh capek!"
"Kenapa?" tanya Kunigami yang tengah bersandar di gawang.
"Itu orang kerjaannya nyusahin mulu! Mana nyebelin, bisanya bikin orang khawatir!"
"Siapa? Gue?" Bachira menunjuk dirinya sendiri.
"Endasmu!" semprot Isagi kesal. Ia menundukkan kepala seraya misuh-misuh tidak jelas.
Permainan yang sedang mereka lakukan menjadi terhenti karena kelakuannya. Teman-temannya saling melempar pandang—melihat kelakuan Isagi yang tidak seperti biasanya. Mereka bingung, hal lain apa yang membuat si maniak bola yang di dalam kepalanya hanya berisi benda bulat itu, sekarang terlihat sangat gelisah. Apakah hal itu sangat penting?
Bachira mendekati Isagi sembari tersenyum setan. "Hmmm ... Jangan-jangan, lo lagi galauin cewek, ya?"
"Pantes daritadi gak fokus." Chigiri menimpali.
"HAH?!!! ISAGI PUNYA CEWEKK?!!! LO SERIUSAN BROO?!!! DI ASRAMA KITA YANG SERBA COWOK INI?!!!!" Igarashi Gurimu—si botak yang sering di panggil biksu, berteriak tidak terima. Chigiri sampai harus menimpuk kepalanya yang botak itu dengan sepatu untuk membungkam mulut berisiknya.
"Cewek darimana?! Hongkong?!" amuk Isagi. Dua temannya ini malah menambah pusing kepalanya.
"Keren juga cewek lo dari Hongkong." balas Bachira bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Lock Academy
FanfictionDemi menolak perjodohan yang di lakukan oleh kedua orang tuanya, (Fullname) nekat masuk ke akademi Blue Lock yang notabenenya sekolah untuk anak laki-laki. Jadilah (Name) memutar otak agar bisa bersekolah disana. Dengan di bantu oleh sahabat kecilny...