chapter 1

175 23 0
                                    

Bola mata yang bulat besar dengan gigi kelinci dan lesung pipitnya adalah satu satunya yang bisa ku ingat dari adik kecilku

Saat umurku menginjak 5 tahun, ayahku benar benar berhasil memberikan keluarga untukku

Seorang ibu dan seorang adik. Aku ingat, itu adalah masa terbaikku saat itu. Tak ku sangka, dengan adanya seseorang yang menemani ku membuat kepribadianku secara perlahan berubah. Apa ini yang di sebut dengan kebahagian?

"Noona, jangan mengelitiku terus" tawa itu tak pernah gagal membuatku tersenyum. Tertawa, tersenyum dan berbahagia. Kurasa karena inilah kami meresa begitu dekat. Karena kami melengkapi satu sama lain

Aku yang tak mempunyai seorang ibu bahkan saudara. Dan ia yang tak memiliki seorang ayah dan juga saudara. Sesungguhnya masa kecilnya tak jauh berbeda denganku. Ia tak mempunyai ayah sejak ia di lahirkan. Ibunya yang kini menjadi ibuku memilih tak memberitahu kehamilannya saat mengandung Jungkook. Dan sampai ia bertemu dengan ayahku, ia membesarkan Jungkook seorang diri

"Eomma, katakan pada jieun Noona untuk berhenti"

"Jieun, Jungkook sayang. Berhenti bermain dan kemarilah makan" seruan eomma menghentikanku mengelitiku tubuh mungil Jungkook

"Sekarang Berhenti meledekku Jungkook. Kau dengar kan, eomma memanggil kita untuk makan"

"Arraseo noona. Aku tak akan meledek Noona lagi"

"Kalau begitu ayo" aku mengulurkan tanganku berniat untuk menggendong tubuh mungil kecilnya. Tapi ia jutsru memukul tanganku

"Aku sudah besar Noona. Jangan mengendong ku lagi"

"Kau yakin? Tubuhmu kecil seperti itu"

"Ahh, Noona. Sudah ku bilang aku akan Tumbuh besar dan tinggi. Bahkan melebihi Noona" aku tertawa. Ya mungkin saat itu akan tiba bukan?

"Arraseo tumbuhlah dengan cepat Lee Jungkook"

*****

Saat itu aku berpikir, jika aku akan terus melihat perkembangan Jungkook sampai ia besar nanti. Tapi nyatanya semuanya berkata lain

5 tahun berlalu, saat itu umurku menginjak 10 tahun. Keadaan keluarga ku yang begitu harmonis menjadi begitu berantakan. Tak terhitung lagi, hampir setiap hari aku mendengar pertengkaran eomma dan juga Appa

Semula mereka hanya bertengkar sesekali. Tapi sudah satu tahun ini, pertengkaran mereka terus berlanjut sampai tak memperdulikan adanya keberadaan ku atau pun Jungkook

"Kau benar benar. Kau pikir, aku menikah denganmu hanya untuk menjadi ibu rumah tangga?"

"Aku menikahimu karena menginginkan mu menjadi ibu dari anak anak ku. Apa sebegitu susahnya untuk kau berdiam diri dan tak lagi bekerja?" Tanganku terhenti membuka pintu, mendengar lagi lagi pertengkaran itu

Dari pada masuk, aku berbalik berjalan ke luar rumah. Setidaknya eomma dan Appa akan memperdebatkan hal yang sama dalam 2 jam lebih. Dan kurang dari waktu itu, baru aku akan pulang

"Noona akan pergi kemana?" Suara itu menginterupsi ku. Aku melihat ke belakang sesaat dan menghampiri Jungkook yang kini berada di luar

"Berjalan jalan sebentar. Jungkookie masuk saja. Sebentar lagi jam makan malam" aku mengusap rambutnya gemas. Kini Jungkook sudah lebih besar. Usiannya sudah menginjak ke 8 tahun. Hanya berbeda 2 tahun denganku

"Aku ingin ikut dengan Noona. Boleh?" Aku terdiam sedikit ragu harus mengajaknya atau tidak. Tapi mendengar suara barang pecah di dalam sana, aku lebih mengkhawatirkan Jungkook lebih dari apapun. Maka aku memakaikan jaket yang kupakai pada jungkook dan menggengam tangannya

sisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang