Chapter 5

130 17 3
                                    

"kepalaku sakit"

Jieun merenggangkan kepalanya. Kepalanya benar benar sangat sakit dan perutnya terasa tak enak. Alkohol benar benar racun baginya. Ia tak seharusnya terlena dan minum dalam jumlah yang sangat banyak

"Noona, kau sudah bangun? Aku akan kesana dan membawa sup untukmu. Ah, aku juga membelikan obat penghilang mabuk untuk Noona semalam. Itu ada di samping meja. Jangan lupa minum itu lebih dulu ya"

Jieun tersenyum membaca pesan yang di kirimkan adiknya. Obat yang di maksud sang adik tepat berada di samping meja. Jieun membawanya bersamaan dirinya yang ke bawah untuk mengambil minum. Ia akan minum ini, setelah makan beberapa suap roti

"Kau sudah bangun. Sayang?" Suara itu bukan suara yang bisa jieun lupakan. Ia mempercepat langkah nya dan menemukan seseorang yang tersenyum begitu manis menatapnya

"Yoon, kenapa kau disini?"

"Apa lagi, tentu saja merindukanmu sayang"

"Apa? Bukankah sudah ku bilang--

Yoongi menarik jieun ke dalam pelukannya. Ia menaruh kepalanya pada pundak kekasihnya dengan pelukan yang sungguh erat

"Tak bisakah kita saling mengungkapkan rasa rindu saja? Aku kemari karena sangat merindukanmu sayang. Apa kau tak seperti itu?" Jieun luluh. Ia membalas pelukan itu dan menepuk pundak yoongi beberapa kali

Lama tak bertemu, tubuh kekasihnya ini terasa lebih kekar dan berisi. Apa ini hanya perasaannya saja?

"Aku juga merindukanmu"balas jieun

"Aku juga mencintaimu" balas yoongi tak ingin kalah dan hanya di balas tawa oleh jiehn sendiri

"Aku juga" jawab jieun yang membuat yoongi tak puas begitu saja, dan melepas pelukan mereka

"Aku apa sayang? Kau harus memperjelasnya" baiklah. Jieun akan mengalah

"Aku juga mencintaimu min yoongi. Sudah puas?" Yoongi menganguk dan memberikan satu ciuman manis di bibir kekasihnya

Pagi pagi yang begitu manis sangat begitu romantis bagi mereka. Tapi sesungguhnya itu sangat berbanding terbalik dengan perasaan dengan seseorang yang berada di luar pintu menyaksikan keduanya

Tangan yang memegang erat bekal yang berniat menjadi sarapan untuk mereka berdua pagi ini. Tanpa berkata apapun, Jungkook berbalik pergi dari kediaman sang kakak

Ia begitu bahagia bertemu kembali dengan kakanya. Sampai melupakan jika saja kemungkinan kakaknya telah di miliki oleh seseorang. Dan ia tak menyangka, seseorang itu adalah min yoongi

"Noona, kau tak bisa bersama nya"

*****

"Jeon Jungkook" Jimin menepuk pelan pundak Jungkook sampai pria itu berbalik sesaat

"Wae Hyung?" Jungkook tak peduli. Tangannya masih fokus membuka beberapa lembar pekerjaannya

"Nona jieun mencarimu"

"Nanti saja, ada banyak yang harus ku kerjakan"Jimin tak kuasa. Ia memukul bagian kepala Jungkook cukup keras hingga pria itu merintih kesakitan. Ini adalah kali kelima dalam 2 Minggu terakhir Jungkook terus menghindari jieun. Tak bisakah Jungkook menemui jieun saja, dan memperingan pekerjaannya?

"Ahh, Hyung!!"

"Temui saja nona dan jangan menghindarinya lagi. Memangnya kau anak yang sedang puber?"

Karena perkataan jimin, Jungkook mau tak mau pergi ke ruangan kakanya. Sampai akhir pun, Jungkook tak bisa menghindar. Jimin benar benar mengawalnya sampai masuk ke ruangan kakaknya

"Aku akan masuk Hyung. Jadi berhenti menatapku seperti itu"

Jungkook mengetuk pintu ruangan sang kakak beberapa kali dan masuk ke dalam

"Direktur memanggilku?" Sapaan itu sungguh membatasi hubungan mereka. Jieun berbalik dan berjalan mendekat pada sang adik

"Jung, kau sakit? Kenapa tak membalas pesanku?" Tanya jieun menaruh tangannya pada dahi Jungkook

"Aku hanya sibuk"Jungkook melepaskan tangan sang Kaka dari dahinya. Sedikit saja atensi sang kakak ternyata mampu membuat hati Jungkook kembali luluh. Dan ia tak ingin hal itu terjadi

"Kau menghindariku?" Nada jieun berubah menjadi dingin. Ia tak menyukai perubahan adiknya yang begitu tiba tiba seperti ini

"Siapa aku yang berani berbuat seperti itu direktur?"

"Lee Jungkook!!" Gertak jieun

"Lee Jungkook? Noona masih menganggapku adikmu?"

"Kau berbicara apa? Tentu saja kau adik ku"

Sekali lagi Jungkook menepis tangan sang kakak yang berniat memegang rambutnya. Jika dulu, Jungkook sangat begitu senang di perhatian oleh kakanya seperti ini, kini Jungkook merasa tak suka dengan segala perhatian jieun yang terus menganggapnya sebagai seorang adik

"Aku akan kembali bekerja direktur" Jungkook memberi salam dan berbalik

Jieun tak menahan Jungkook saat adiknya berniat pergi. Tapi sesaat setelah keluar, ia menerima pesan dari sang kakak

"Appa baru saja pulang dan ingin bertemu denganmu. Luangkan waktumu Minggu ini untuk makan bersama"

Jungkook tak mengatakan atau bereaksi apapun. Ia menyimpan kembali ponselnya dan kembali ke meja kerjanya. Baginya tak ada alasan untuk bertemu seseorang yang dulu pernah menjadi ayahnya. Sekarang atau pun nanti

******

"Jungkook kau sudah sangat besar"

Menatap dalam diam, Jungkook tak bergeming saat tiba tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya saat ia sedang menunggu bus saat dirinya pulang

"Jungkook ingat Appa? Ini Appa nak"

Mana mungkin Jungkook melupakan wajah yang sempat memenuhi masa kecilnya selama beberapa tahun itu. Gurat Wajahnya masih terlihat tegas sama seperti yang di ingatnya. Tapi sayangnya, Jungkook sama sekali tak senang bertemu dengan sang ayah

"Anyeonghaseo direktur. Kehormatan bagiku bisa bertemu dengan anda" tubuh Jungkook membungkuk memberi hormat sama halnya bawahan pada atasannya

Tidak. Bukan ini yang di inginkan tuan lee

"Jung, ini Appa nak" jelasnya

"Ada sesuatu yang ingin Appa bicarakan denganmu" jelasnya kemudian

"Ini sudah terlalu malam tuan. Jam kerjaku juga sudah habis, tak ada alasan bagi saya untuk berbincang dengan anda secara pribadi. Mohon maaf" Jungkook memberikan salam terkhirnya dan pergi menaiki taksi yang kebetulan berhenti di depannya

Sama seperti hubungan pernikahan kedua orang tuanya yang sudah berakhir, Jungkook menganggap hal itu tak jauh berbeda dengan hubungan dirinya dengan sang ayah tiri. Tak ada alasan atau hal khusus yabg harus ia bicarakan lagi dengan tuan lee

*****

"Nde eomma? Hal--halmeoni?"

Perasaan ini pernah Jungkook rasakan sebelumnya. Tapi haruskah Jungkook mengalami ini lagi?

Langkahnya melebar berlari tanpa ingin berhenti sama sekali. Kini ataupun sekarang, Jungkook selalu merasa semua tak pernah berpihak padanya. Kenapa semua ini terjadi padanya?

*****

sisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang