"Yakin nggak mau dianter?"
Petra yang lagi mengikat tali sepatu menghela napas. Dengan malas, dia mendongak. "Ayah, kan bukan sekali dua kali aku pergi sendiri. Jangan terlalu khawatir, lagian aku nggak pergi ke luar kota."
"Tapi kamu pergi ke pinggir kota!" Anto, ayah Petra. Raut khawatirnya terlihat jelas, nggak cocok dengan wajah garangnya.
Petra berdiri, memakai tas dan mengulurkan tangan. "Ayah, salim."
"Apa nggak mending nunggu abang-abangmu dulu? Biar ditemenin mereka."
"Nggak perlu, yah. Aku mau salim, mana tangan ayah?"
"Atau nggak nunggu Banyu pulang sekolah dulu, biar dia nemenin kamu."
Petra menggeram. "Ayah."
"Ayah cuman khawatir!"
"Aku cuman mau makan bakso doang ya Allah, yah." Petra geregetan. Dia sudah mengincar bakso ini dari minggu lalu. Viral di Instagram, katanya enak, uratnya mantap, kuahnya sedap, yang paling penting, porsi baksonya jumbo. Siapa yang nggak tertarik?
"Nunggu sore aja dulu. Ya?"
"Kalau sore keburu habis baksonya."
"Besok lagi, deh. Nanti ayah temenin."
"Besok-besok mulu, nanti juga ujung-ujungnya nggak jadi." Petra masih setia ngulurin tangan. "Ayah, aku mau salim."
Anto mengulurkan tangan malas, pasrah waktu Petra mencium punggung tangannya. Kalau saja siang nanti dia nggak ada jadwal dinas, pasti udah diturutin kemauan anaknya buat makan bakso. "Nanti kalau nyasar langsung telpon ayah, ya?"
"Ayah kan kerja."
"Telpon abang-abangmu."
Petra ngangguk. "Siap!"
"Jangan pulang sore-sore."
"Cuman makan bakso doang. Nggak bakal pulang sore."
"Jam satu pulang ya?"
Petra memberengut. "Kalau jam satu itu namanya pulang siang."
"Ini masih pagi, loh."
"Ini udah mau jam sebelas loh, yah." Petra mengambil helm di rak. "Aku pulang jam dua, atau nggak jam tiga. Nggak bakal pulang sore, kok. Nanti aku lapor ke ayah kalau sudah sampai rumah."
"Sampai tempat baksonya juga lapor ke ayah, ya?"
Wajah Petra memelas. "Ayah..."
"Ya udah, kalau sampai rumah nanti ngomong ke ayah, ya?"
"Iya, yah."
Anto mengusap kepala Petra yang tertutup kerudung hitam. Dia cuman bisa berdiri diam natap satu-satunya anak cewek yang pergi ninggalin dia.
Lagaknya, padahal cuman ditinggal makan bakso aja.
Petra pergi dengan motor beat hitamnya, HP dia taruh di holder motor sambil buka maps. Meluncur ke warung bakso, senyum Petra nggak pudar. Kesenangan waktu makan bakso urat udah bikin dia ngiler.
Apalagi cuaca hari ini nggak terlalu panas, jalanan nggak begitu macet, Petra makin semangat.
Sambil ngelihat rute di HP, Petra berkendara pelan, nggak terlalu ngebut. Takut malah ada suatu kejadian yang nggak diinginkan.
Mungkin karena meleng, Petra nggak lekas sampai di tempat yang mau dia tuju. Malah dari Maps, posisi dia dengan warung bakso makin jauh. Udah hampir satu jam, langitnya udah makin gelap tertutup awan mendung. Pasrah, Petra milih pulang. Dia merubah arah tujuan dari warung bakso ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Canon Rock
Teen FictionDengan mata berkaca-kaca, Petra memohon. "Ayah, aku mau dia..." 15 Maret 2024-