Note : Cerita ini menggandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca.
Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment.Enjoy and Happy Reading.
.
.
.“Caka dan Saudaranya”
~
|‘Menikmati rasa sakit itu boleh, tapi tolong turunkan sedikit rasa egoismu ya.’|__
“Pulang dek?” Kai bertanya pada salah satu adiknya, Caka, adik yang paling sulit di jangkau olehnya.
Caka berlalu begitu saja, menanggapi hanya dengan deheman lirih.
Setelahnya diam, Kai sibuk menata piring yang baru saja ia cuci, sedang Caka menikmati air minum di gelas kesayangannya. Dirinya lelah, menjadi yang pulang terakhir di antara Naka dan Jaka, sebab ia tadi harus tertahan disekolah untuk merencanakan agenda acara bersama teman-teman OSIS Caka.
“Assalamulaikummmmmm epribadiiii” Haidar masuk, membuat kedua anak Adam yang tadinya berdiam bersama hening perlahan tersenyum.
“Wa'alaikumsalam Dar” Kai menjawab sembari membiarkan tangan yang baru saja ia keringan di cium oleh sang adik.
“Ngapain mas?”
“Abis nyuci piring dek”
“Ih, harusnya di tinggal aja Mas, biar gue atau yang lain yang nyuci”
Kai tertawa renyah dan menggusak lembut surai manis hitam lebat milik adiknya.
“Gapapa, kalian kan juga sekolah, capek, lagian Mas hari ini mau kerja malem”
“Kok gitu sih?!” Haidar mencak-mencak tak jelas, meluncurkan protes atas perkataan Kai.
“Iya, shift Mas dah habis yang siang dek, tiga bulan ini Mas bakal masuk malem terus,”
“Udah udah, Mas mau mandi, kamu istirahat sana terus mandi” Kai berlalu sebelum Haidar kembali meluncurkan protesan.
“Aaaa Mas nyebelinn!!” Haidar yang ditinggal pun tantrum sendiri, sebelum menyadari kehadiran Caka yang kini memandangnya dengan senyuman geli.
“Apa lo liat-liat hah? Sini bagi minum” Haidar mendekat, merebut air minum Caka yang tinggal separo.
Caka sendiri tak masalah, dirinya justru menawari air tambahan untuk kakak keduanya itu, kakak kesayangan Caka.
“Baru pulang?” tanya Haidar, dan Caka hanya mengangguk mengiyakan.
“Kalo ditanya jawab dek, jangan kebiasaan diem” tuh kan, kenapa sih Abangnya ini suka tantrum, dan lebih anehnya, Caka adalah salah satu orang yang suka membuat juga melihat Haidar tantrum, emang, adek akhlakness.
“Iya Abangku sayang yang paling ganteng, baru pulang gue, adek kesayangan lo nih, baru balik, capek”
“Gue ganteng ya Cak? Seganteng itu ya Abang lo ini?”
Sayang sih sayang, tapi kalo udah kek gini, Caka juga males ngadepin Haidar.
“Ceberapa ganteng cih Abang, em? eum?” Haidar bertanya dengan nada yang seringkali bermunculan di tiktok, dengan kepala yang dimiringkan, melihat Caka dari bawah.
‘Mana boleh segemes itu edan’ batin Caka menolak, aduh, tapi Caka gak bisa nolak, Abang nya terlalu mengemaskan untuk di abaikan.
“Iya, ganteng.”
“Gantengan siapa sama gue dek?” satu suara masuk, turut bergabung pada perbincangan itu. Nakala, kakak ketiga Caka.
“Ya elah pake nanya,” Caka, juga Jaka yang ikut menyusul sang kakak berbicara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksamana - "Di Ambang Karam"
Teen FictionStatus Story : ON GOING [Slow up] Deskripsi : Jadi anak sulung itu mudah? Entahlah, tanya saja pada Kai dan pengorbanannya. Jadi adik merangkap kakak itu mudah? Eum, ntahlah, lihat saja bagaimana Haidar dan Nakala kelimpungan menaruh diri. Apakah me...