Note : Cerita ini menggandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca. Tidak untuk diterapkan di dunia nyata!
Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment.
.(Sorry for typo's)
Enjoy and Happy Reading.
.
.
."Usaha Sang Sulung, Demi Ayah, Demi Semuanya."
~
|Diam sudah cukup.|
_
"Dar, bangun dulu yuk. Mandi, mandi. Katanya mau cuci motor." Kami menepuk pelan wajah Haidar, membangunkan adiknya yang tadi meminta tidur lagi setelah solat subuh, sepertinya kelelahan.
"Lima menit, Mas~"
"Nu-uh, sekarang."
"Ya udah kelonin sebentar~" Kai memutar bola matanya malas, ia tarik paksa tangan sang adik yang terangkat mengajaknya bergabung ke atas kasur empuk disana.
"Ayok aktifitas dulu, nanti siangan bobok lagi."
"Aaa tapi ak-"
"Mas tinggal kerja ajalah, ya?"
Haidar bangkir secepat kilat, berdiri di depan Kai yang melongo tak percaya, sejenak hening sampai Kai mendengus sebal, "Jangan gitu lagi! Pusing nanti kamu."
"Jangan kerjaaa, katanya mau full kumpul hari ini~" Haidar merengek kesal, wajahnya yang kusut sebab belum cuci muka bertambah kusut sebab cemberut.
Kai terkekeh kecil, mulai mendekati pintu keluar dari kamar sang adik, "Makanya mandi, Idar!"
"SIAP!" Haidar beranjak dengan sedikit sempoyongan menuju kamar mandi.
Kai menggelengkan kepalanya sembari menutup pelan pintu kamar sang adik.
Langkahnya kini mendekat pada Naka yang sibuk berkutat dengan wajan dan teman-temannya.
"Mau Mas bantu?" Naka terperanjat sejenak, lalu menoleh kaget pada sang kakak pertama.
"Makasih Mas, ini udah mau selesai kok. Yang nyuci bagian dua curut, tadi udah ngerengek minta bantuin, aku mah ogah ambil resiko dapur hancur, jadi biar mereka yang cuci-cuci aja nanti." jelas Naka panjang sembari menyelesaikan masakan ayam kecapnya.
"Wah, pinternya adek-adek Mas."
"Iya dong! Mas Kai tau nggak, tadi yang cuci piring, terus naroh piringnya di rak itu aku loh!" sahut curut bungsu, Jaka.
"Yang mbilas sama ngelap aku loh Mas!" serobot curut kedua, Caka.
"Iyaa pinter ya kalian."
"Tapi Caka mau jatohin gelasnya satu, Mas." adu Jaka, mencari celah pujian 'lebih baik' dari Caka.
"Dihh, dia malah nyenggol Caka mulu'! Makanya mau jatoh! Terus ya Mas, si Jaka numpahin sabunnya kebanyakan jadi Caka harus misah sabun ke tempat lain!" balas Caka dengan mata yang memandang Jaka sengit.
"Waduh, perang Iki Mas." Naka melangkah membawa masakannya, membiarkan kedua adiknya berdebat dan Kai memandang haru keduanya, haru dan sedikit kesal sebenarnya, hehe.
"Lah, lo yang salah ye! Nggak bilang tuh kalau sabunnya harus di tumpah dikit, gue kira mah ya semuain sewadahnya." ucap Jaka santai.
"Lah otak lo yang bego berati!" ucap Caka kesal, pemikiran Jaka memang out of topic.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksamana - "Di Ambang Karam"
Teen FictionStatus Story : ON GOING [Slow up] Deskripsi : Jadi anak sulung itu mudah? Entahlah, tanya saja pada Kai dan pengorbanannya. Jadi adik merangkap kakak itu mudah? Eum, ntahlah, lihat saja bagaimana Haidar dan Nakala kelimpungan menaruh diri. Apakah me...