5. Lalu, Tinggalah.

362 64 22
                                    

Note : Cerita ini menggandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca. Tidak untuk diterapkan di dunia nyata!
Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment.

Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

"Fakta yang Sesungguhnya Justru Akan Melukaimu."

~
|Setiap manusia selalu memiliki setidaknya satu rahasia.|

_

"Gue harap lo nggak lari lagi Cak." ucap Jaka pada saudara kembarnya yang duduk di tepi kasur.

"Mau ngapain lagi, sih? Gue udah bilang kan Ja, gue bakal ngertiin semuanya kalau di kasih jawaban. Kalau kayak gini, gue harus ngertiin apa? Setiap pertanyaan gue nggak pernah di jawab." sahutnya cepat, sembari memandangi ponselnya.

Dua menit berlalu, keheningan memeluk erat keduanya, ingatan tentang pesan Haidar terlintas begitu saja.

Abangnya Caka.

|Dek, plis sekali ini aja ya, ikut kumpul ntar malem.

|Jangan khawatir, kali ini semua pertanyaan lo bakal Mas jawab, gue sama Mava jamin itu.

Kenapa sama Bang Ava juga?

|Nanti, adek bakal tau. Pokoknya jangan lari lagi dek.

|Jangan lari, ayok menderita sampe sembuh.

|Bareng-bareng, sama Abang. Oke?

Read.

|Jangan cuma di baca, Caka. Abang bener-bener nunggu kamu nanti bareng kami.

Read.

Caka menghela nafasnya susah payah, terlihat sesak sebab banyak hal melintas di benak juga pikirannya.

"Ja." panggilnya yang tak di sahuti oleh Jaka.

"Jakaa." panggilnya lagi, kali ini direspon dengan deheman oleh sang kembaran.

"Nanti ..." Sebentar, Caka diam, membersihkan kerongkongannya dari saliva yang terasa memberatkan ucapannya, "Nanti bantu gue ya. Tahan gue kalo gua mau nyakitin Mas lagi, tolong topang juga gue kalo misal fakta hari ini bikin gue nyesel, boleh kan?"

Jaka memandang dalam Caka, sebelum dengan senyum ia berkata, "Boleh dong, lo kan kembaran gue, ege."

Senyuman keduanya mengembang setelahnya, mencoba menata hati dan bersiap menerima cerita Kai malam ini.

Semoga, setelah ini, mereka akan segera mereda, mampu menerima dan memberi kehangatan layaknya keluarga.

Tolong, jangan biarkan Caka terlarut dalam keegoisan, jangan biarkan dia tinggal sendiri dalam rasa penasaran ini.

•••

"Jean,"

"Menurut lo, Haidar cocok nggak jadi adek gue?" Naka bertanya sembari memberikan plastik bekas jajannya pada Jean, sedang Jean menerima dengan senang hati saja dan membuangnya pada tempat sampah dipinggir jalan.

Laksamana - "Di Ambang Karam"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang