3. Jangan Mau Tuk Berjalan

489 93 23
                                    

Note : Cerita ini menggandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca.
Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment.

Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

Sahabat dan Saudara”
~
|Kamu berhak, sangat ber-hak untuk kecewa, tapi tolong, lihat aku yang perlu kamu selamanya, jadi, jangan pergi dan tak kembali ya.|

_

“Dar, langsung balik lo?” tanya Mava.

“Yoi, lo sendiri gimana? Mau lihat-lihat kampus dulu kah? Kalo mau gue temenin deh, belum terlalu sore juga ini” tawar Haidar pada Mava, sang sahabat lama yang sudah hampir tiga tahun terpisah darinya.

“Nggak deh, gue nebeng yak, kita main ke danau sabi kali Dar?” Mava menarik turunkan alisnya, menawarkan pilihan yang jauh lebih menarik daripada mengitari kampus barunya, iyap, Mava memutuskan pindah kesini lagi, hidup bersama Sea dan memilih dekat dengan Haidar.

Singapura terlalu monoton bagi Mava tanpa Haidar.

“Boleh deh, tapi izin dulu sama Bang Sea, ntar lo di jemput lagi” ujar Haidar yang kini turun dari motor dan menyerahkan helm yang tadi ia pakai kepada Mava.

“Udah izin. Ngapain turun lo? Ini juga apa?” Mava menunjuk helm yang disodorkan padanya.

“Helm lah ege, emang gak keliatan kah segede ini?” sarkas Haidar sembari menggoyangkan helmnya.

“Ya gue tau itu helm, tapi buat apa Haidarrr?”

“Dipake lah Avaaa”

“Gue yang di depan?” pertanyaan yang sudah pasti jawabannya iya-lah, wahai saudara Mava yang terhormat.

“Tch, helmnya lo yang pake, cuma bawa satu juga” ujar Mava sembari menaiki motor Haidar.

“Aaah, gak mau, lo kan yang di depan, gak usah sok peduliin gue deh lo, sekarang tuh ya, seorang Haidar udah gede!”

Mava tersenyum sejenak, masih sama, Haidar masih sama, sahabatnya adalah manusia ysng memiliki hobi tantrum dimana-mana.

“Bukan gitu Dar, kepala lo tuh kecil, mana muat helmnya di gue” jelas Mava dengan lembut, membuat Haidar terdiam dan cengengesan setelahnya.

“Cobain dulu coba!” Haidar mendekat, memasang helm yang memang kekecilan untuk Mava itu agar terpasang.

“Gak muattt” Mava sedikit memekik, telinganya terjepit help!

“Hehehe, gak muat ternyata Mav, ya udah deh ga usah helm-an kita, biar adil, buka dulu jok nya!” ucap Haidar yang entah kenapa terdengar sangat puas.

“Hihihi, gik miit tirnyiti Miv” reka ulang perkataan Haidar terucap pada mulut Mava yang mengomel, walau tangannya sudah bergerak membuka jok motor Haidar.

Haidar tertawa kencang mendengarnya, lalu naik ke jok belakang, memeluk pinggang Mava yang sudah lama tak ia usili.

“Akhirnya kita gak LDR lagi ya sayang~” ucapnya mendayu, membuat Mava yang akan menstater motor bergidik ngeri.

Laksamana - "Di Ambang Karam"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang