Note : Cerita ini menggandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca.
Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment.Enjoy and Happy Reading.
.
.
.“Mas Kai kepala keluarga, Haidar itu wakilnya.”
~|Terkadang, memang mengetahui sesuatu yang tak banyak orang lain tau itu, akan menjadi beban tersendiri bagi dirimu.|
_
“Wedos kenther” Haidar bersuara disela kegiatan ‘mager-mageran’ bersama ketiga saudaranya, Naka, Caka, dan Jaka di ruang tamu sederhana milik mereka.“Wedos kenther” Naka menyahuti sebagai backsound, sesuai dengan sound yang pernah mereka dengarkan pada platform tiktok.
“Wedos kenther” Haidar kembali menyambung.
“Wedos kenther” kini Caka turut serta, mengantikan posisi Naka sebagai backsound.
“Wedos yang sangat kambing yang sangat domba” ketiganya enjoy, menikmati tarikan suara Haidar, namun Jaka merasa bagai makhluk asing, ia hanya memandang ketiga kakaknya dengan pandangan aneh.
“Sangat domba” Naka dan Caka menyahuti bersamaan.
“Billie Elish.., dodol pecel!” Haidar mengangkat telunjuknya ke atas saat menyebut kata ‘dodol pecel’.
“Ojo sampe wedos nyolong apel” Naka menyambung dengan melakukan gaya yang sama seperti Haidar.
“Ojo sampe wedos nyolong apel!” Caka pun mengikuti jejak Naka setelahnya, sehingga kini Haidar, Caka dan Naka dalam pose yang sama.
Tak lama, ketiganya tertawa renyah dan kembali mendudukan diri di sofa yang ada.
“Emang Billie Elish jual pecel Bang?” percayalah, pertanyaan singkat Jaka ini mampu meredam seketika tawa dari ketiga Laksamana bersaudara itu.
“Ho'oh, kemaren Bang Idar beli disono” sahut Caka dengan nada serius.
“Lah dimana? Gue gak pernah liat tuh?”
“Pertigaan depan, biasanya Billie Elish nya pake daster merah, masa ga tau sih Ja” jelas Caka, detik setelahnya ketiga kakak Jaka itu tertawa, sedang Jaka masih mencoba memproses sosok Billie Elish yang mereka maksud.
“Billie Elish apaan, itu mah Mbak Sri, orgil yang ngejar-ngejar cowok-cowok, gendeng!”
“Nah itu!”
Naka dan Haidar menyeka air mata, merasa lelah sampai sesak sebab tawa yang tak kunjung mereda.
“Ah, capek.., udah” Haidar berucap disela tawanya, tangannya sudah mencengkram erat sofa disana.
“Wahahaha, Bang Id-ar.., nang-is an-jir, mak-sud gue, ASTAGFIRULLAH BANG!”
“Ulangin lagi tadi ngomong apaan!” Haidar memekik dengn mata menatap tajam Caka.
“Sensi bet Abang gue, tadi masih ketawa-ketawa kek malaikat, tiba-tiba langsung jadi setan” gumam Jaka bergidik ngeri.
“Gue denger loh Ja!” Naka yang disampingnya berbisik tepat di telinga Jaka, membuat sang adik berjenggit kaget.
“Aaa, nggak Bang, ampun, keceplosan sumpaaah”
Halo, aku Haechan~ Idol kamu yang paling setia~
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksamana - "Di Ambang Karam"
Teen FictionStatus Story : ON GOING [Slow up] Deskripsi : Jadi anak sulung itu mudah? Entahlah, tanya saja pada Kai dan pengorbanannya. Jadi adik merangkap kakak itu mudah? Eum, ntahlah, lihat saja bagaimana Haidar dan Nakala kelimpungan menaruh diri. Apakah me...