[2] Interaksi

1.1K 154 13
                                    

“Hidup lagi capek-capeknya, malah ketemu dia.”

***

"Sialan lu! Cari mati!" teriak ojol itu ketika sampai di depan Ravin yang masih terkapar di atas tanah. Ojol itu terengah-engah ketika kakinya menendang perut Ravin sangat kencang.

"Argh!" Ravin seketika memegang perutnya yang terasa sangat sakit. Matanya menatap nanar ojol itu. "Kalo mau bunuh, bunuh aja!"

"Wah, nantangin! Oke kalo itu mau lu!" Ojol itu mengangkat tangannya, hendak menyabetkan parangnya. Ravin segera menutup matanya, dengan dadanya yang berdegup kencang.

Takut? Tentu saja dia takut.

Pasrah? Tentu.

"Woy! Ngapain lo bangsat!"

Teriakan itu membuat tangan ojol itu membeku. Tidak hanya ojol itu yang menoleh ke arah sumber suara, pun Ravin yang juga melirik. Di arah jam 12, sekumpulan remaja laki-laki dengan berbagai motor besar melaju ke arah mereka. Lalu berhenti tepat di dekat mereka, tanpa takut dengan parang yang teracung.

Motor-motor besar itu terlalu mewah dan terlihat tidak cocok dengan pakaian mereka yang terlihat seperti jamet, menurut Ravin. Dan saat helm yang dipakai salah satu laki-laki paling depan itu dibuka, remaja laki-laki itu langsung menatap ke arah Ravin. Pun Ravin yang menatap cowok itu dengan kening mengernyit. Rasanya seperti pernah melihat wajahnya, tapi Ravin lupa.

Merasakan tatapan Ravin, cowok itu segera membuang muka, lalu memandang ojol yang berdiri kaku dengan tatapan bengis. "Berani banget lo mau ngebegal orang di wilayah gue?" tanya cowok itu dingin.

"Lo gak tau ini wilayah punya Ethereal?" tanya cowok itu sambil turun dari motornya, diikuti oleh teman-temannya.

"Gua gak tau, sumpah!" Ojol itu menahan napas. Siapa yang tidak tau tentang Ethereal? Mungkin anak SD pun sudah tahu mengenai geng motor itu. Geng yang terkenal kejam, tak pandang mulu dalam mengeksekusi siapapun yang menjadi lawannya. Membegal, mengeroyok, dan segala tingkah buruknya, terlebih lagi desas-desus yang sering beredar bahwa mereka juga tak segan untuk membunuh.

Kini, dihadapannya cowok yang katanya ketua dari geng tersebut berdiri, menatapnya acuh tak acuh, lalu menoleh ke arah teman-temannya, memberi kode yang langsung diangguki oleh mereka.

Tanpa aba-aba, cowok lainnya segera mengeroyok ojol yang terus berteriak kesakitan meminta ampun.

"Ampun!! Argh!!!" teriaknya kesakitan.

Bukannya berhenti, beberapa cowok itu malah semakin semangat dalam memberikan pukulan terbaiknya, terlebih lagi mereka sambil tertawa seperti orang gila.

Ravin agak merinding melihatnya, mereka terlihat seperti sekumpulan psikopat. Sedikit agak bersyukur karena dia selamat dan ditolong oleh mereka. Namun, dia bingung dan memilih diam saat cowok yang tidak ikut mengeroyok itu berdiri menjulang di hadapannya, tanpa memberikan uluran tangannya. Menatap Ravin dengan pandangan yang sulit didefinisikan.

"Kenalin, nama gue Satya. Gue tau nama lo Ravindra. Gue suka sama lo, dan gue gak suka penolakan. Mulai hari ini, lo jadi pacar gue." Pernyataan itu meluncur begitu saja dari bibir seorang pemuda yang mengaku bernama Satya.

"Hah??" Otak Ravin nge-lag, matanya menatap Satya dengan raut bingungnya yang kentara. Tapi, sepersekian detik berikutnya Ravin mengerti, dan mulai mengubah mimik wajahnya menjadi datar. "Kayaknya lo salah orang, nama gue Agus, bukan Ravindra."

Orang gila! Kenal aja enggak! batin Ravin merinding.

Satya berdecak. "Ck! Gak usah bohong! Gue tau nama lo Ravindra, 'kan?"

[1] Kang Begal : REMAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang