6. Perihal Cinta

619 112 16
                                    

Chapter ini ditulis untuk menampar diri sendiri. Berhubung pembahasan di dalamnya sensitif, mohon dibaca dengan dada yang lapang, ya.

***

Narayan dan Winata pindahan. Sejak pagi hingga siang wara-wiri di dalam rumah demi membereskan perabotan. Sejam yang lalu ada Haris membantu, tetapi harus pergi lantaran mendapat panggilan dari gebetan. Sebenarnya rumah di kawasan Buah Batu tersebut sudah dibersihkan kemarin, Narayan dan Winata hanya tinggal menata furniture saja. Namun, kendati hanya demikian, mereka cukup kecapekan. Keduanya kini duduk di ruang tamu, bersebelahan dengan siku saling bersentuhan, sama-sama menyandarkan punggung ke sofa.

Narayan mengangkat tangan demi mengecek jam di pergelangannya. Sebentar lagi Dzuhur. Ia menoleh ke kanan, matanya praktis membingkai sisi wajah Winata yang menawan. Ia tarik senyum tipis, kagumi rupa sang istri dalam diam. Namun, tiba-tiba pejaman mata Winata terbuka dan tanpa diduga-duga menyambut tatap Narayan. Si lelaki sedikit terenyak, yang perempuan menautkan alis.

"Awas nanti jatuh cinta~" Dengan iseng Winata menyenandungkan lagu milik salah satu band ternama, sambil mengerling jahil. Suka sekali Winata tuh menyaksikan reaksi salah tingkah Narayan. Lihat, lelaki itu sekarang masih menoleh pada Winata, tetapi bola matanya bergulir ke sembarang arah, segala sesuatu di sekitar Winata ditatapnya demi menghindari kontak mata dengan perempuan itu. Sisi dari diri Narayan yang ini sangatlah lucu.

"Iseng banget kamu, Cil." Narayan mengusap sekilas pipi Winata dengan punggung tangan, menuai delikan sinis perempuan itu. Winata masih keki dipanggil bocil, Narayan tahu, makanya terus ia panggil begitu.

Ini hari ketiga pernikahan mereka, dan sejauh ini keduanya terlihat menikmati; dalam konotasi yang tidak terlalu intim. Interaksi mereka memang manis, tetapi untuk urusan ranjang, baik Narayan atau Winata belum ada yang menyinggungnya. Terlalu awal untuk itu, Winata mau mengenali Narayan dulu, kalau bisa mau jatuh cinta dulu baru serahkan mahkotanya. Narayan juga tidak menuntut, akan memberikan sang istri waktu hingga benar-benar siap. Lagipula Narayan sendiri belum siap. Ia takut saat renggut keperawanan Winata malah wajah perempuan lain yang terbayang-bayang di benaknya.

Tidak perlu terburu-buru. Santai saja. Biarkan segala sesuatunya berjalan tanpa paksaan. Slow but sure. Cinta akan tumbuh karena terbiasa, 'kan? 

"Nanti bantuin aku pasang poster pacar-pacarku, ya?" pinta Winata.

Narayan refleks melempar pandang pada dua kardus yang berada tidak jauh dari kakinya, mengamati sesaat gulungan-gulungan poster idol Korea milik Winata. "Kamu kenapa sesuka itu sama mereka, Wi?" Lelaki itu bertanya tanpa nada meremehkan, murni ingin tahu. Selama ini ia cukup penasaran dengan fenomena K-pop di kalangan para perempuan muda, sebab ia lihat-lihat totalitas sekali mereka mengagumi idol-idol kesukaannya.

Yang ditanya menegakkan punggung, lantas menatap lekat-lekat apa yang sedang Narayan tatap. Tidak bisa tidak senyum perempuan itu jika mengingat seberapa berharganya mereka yang ada di poster tersebut. "Ini mungkin bakal kedengaran menggelikan buat kamu, tapi mereka ini serupa obat. Pas kamu capek, terus lihat mereka, and boom! Capeknya ilang. Mereka tuh selalu di sana kalau aku butuh hiburan. Mereka tuh panutan. Kerja keras mereka, semangat mereka gapai apa yang mereka cita-citakan—adalah sesuatu yang mau aku tiru, Mas Na."

Narayan manggut-manggut, lantas beralih fokusnya dari poster ke wajah Winata. Lekat-lekat ia menatap mata Winata yang gamblang memendarkan kekaguman. "Berarti kamu suka ke mereka karena pada diri mereka, kamu menemukan hal-hal baik?"

Winata mengangguk.

"Tapi bahagia yang mereka kasih itu semu, Wi. Enggak abadi." Narayan menyungging senyum saat Winata menyatukan tatapan mereka. Ada kernyitan di dahi perempuan itu, pertanda Winata kurang suka atas kalimat Narayan barusan. Narayan sudah membuka mulut, hendak kembali berkata, tetapi Winata lebih dulu angkat suara dan menyanggah,

NARAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang