21' Satu Jam

11 1 0
                                    

Seminggu berlalu dan hari keberangkatan Zio sekeluarga kembali ke tanah air pun tiba.

Tak hanya Bibi beserta suaminya, Shelin, Kania dan Wingga pun ikut mengantar rombongan keluarga kecil tersebut. Mulai dari perjalanan darat dengan mobil hingga tiba di Bandar Udara Internasional Adisutjipto.

Mereka menggunakan dua mobil; satu milik suami Bibi yang diisi pasangan suami istri tersebut dengan orang tua Zio. Sementara mobil satunya milik Wingga yang disopiri laki-laki itu sendiri dengan Kania di sisinya, serta Shelin, Zio dan Jihwan di kursi belakang.

Sepanjang perjalanan yang memakan waktu hampir tiga jam itu diisi dengan obrolan ringan yang seru dan penuh tawa. Musik yang diputar lewat music player mengiringi keseruan hari itu yang akan diakhiri dengan sebuah perpisahan.

"Jangan galau gitu lah, Shel. Zio kan masih di sebelahmu tuh," goda Wingga ketika tak sengaja melihat lewat center mirror, calon adik iparnya itu sedang melihat keluar jendela.

"Heh?" Padahal saat itu Shelin tak sengaja melihat papan reklame yang memuat gambar salah satu boy group asal Korea Selatan beranggotakan tujuh orang yang mengiklankan sebuah produk mi instan asal Indonesia.

Sementara itu Zio menoleh ke arah Shelin yang duduk di sebelah kirinya. "Kamu lihat apa?" tanyanya ketika tahu Shelin tidak ngeh dengan ledekan Wingga barusan.

"Itu tadi aku lihat iklan mi instan yang BA-nya boy group kesukaan Sarah. Mau fotoin ala estetik gitu, eh malah telat," jelas Shelin secara rinci.

Zio beralih ke tangan kanan Shelin yang memegang ponsel dalam keadaan fitur kamera yang terbuka. Membuktikan gadis itu jujur dengan ucapannya.

"Oh, emang siapa BA-nya?" tanya Zio penasaran.

"Sebelum aku jawab, tadi Kak Wingga ngomong apa deh?" Shelin pun tak bisa menahan rasa penasarannya dengan ucapan Wingga yang terdengar kurang jelas karena fokusnya sempat terbagi ke luar mobil tadi.

"Hah? Oh, bukan apa-apa kok," kilah Wingga sambil mengusap tengkuknya canggung. Sepertinya laki-laki itu diam-diam berguru gerakan itu dari Zio.

'Niatnya mau ngecein tapi gagal,' batin Wingga miris. Di sebelahnya tampak Kania menahan tawa seolah tahu apa yang dikatakan tunangannya dalam hati.

Shelin tak ambil pusing kemudian menyebutkan boy group kesukaan Sarah itu pada Zio.

"Di Seoul banyak papan reklame mereka. Kapan-kapan aku fotoin, kamu kasih ke Sarah," ucap Zio yang entah kenapa terdengar manis sekali.

"Makasih. Baik banget deh," celetuk Shelin setengah bercanda.

**

Rombongan dua mobil itu tiba di bandara pukul 12.30, satu setengah jam sebelum jadwal keberangkatan pesawat keluarga Zio ke Seoul.

Mereka menyempatkan untuk makan siang di restoran yang ada di bandara sebelum mengantar keluarga itu ke ruang tunggu.

"Shel," panggil Zio tiba-tiba. Makanan di piringnya sudah tandas, begitu juga dengan milik Shelin.

"Lihat, ini Dito kan?" Zio menyodorkan ponselnya yang menampilkan fitur Direct Message pada aplikasi Instagram. Terlihat di sana sebuah ruang obrolan yang di bagian atas kiri menampilkan username akun yang diketahui Shelin milik Dito.

Sebenarnya Zio sudah tahu akun itu memang milik Dito karena sebelumnya dia sempat membuka profil dan melihat akun tersebut diikuti oleh Shelin.

"Iya. Loh dia DM kamu? Kapan?" Shelin pun merapatkan tubuhnya untuk melihat dengan jelas isi percakapan dua laki-laki itu.

"Tadi malam," jawab Zio singkat lalu lebih mendekatkan ponselnya ke arah Shelin.

Dito
Jadi pulang ke Seoul besok?

Bye My First [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang