3' Banyak Hal Baru

33 6 0
                                    

Selepas makan malam, Zio tidak langsung pulang. Bersama Kania, ia dan Shelin berada di ruang tamu membahas banyak hal.

Menurut Zio, berbeda dengan Shelin yang tenang, Kania berbanding terbalik dengan si adik. Kania tepat disebut seorang extrovert dan memang begitu adanya. Jadi, kepada Kania ia bisa bertanya banyak dan mendapat jawaban dari seribu satu pengalaman Kania yang nyata.

Zio sendiri mengaku dirinya cerewet dan punya rasa penasaran yang tinggi. Akan tetapi, saat bersama Shelin ia jadi terbawa sikap tenang gadis itu. Ia bertanya seperlunya kepada Shelin, tapi kepada Kania ia seolah bisa memuaskan seluruh rasa penasarannya.

Malam itu, Zio mengetahui banyak hal baru dari Kania. Hal-hal itu sebagian besar tentang Indonesia dan didampingi pengetahuan mengenai emosi proses menuju dewasa.

“Zio kan udah tanya banyak, sekarang giliran aku yang tanya, boleh dong?”

Shelin hanya bisa mengamati dalam diam betapa semangatnya Kania menanggapi Zio. Dari sana, ia mengetahui bahwa ternyata Zio cerewet dan kepo-an sekali.

“Boleh, tapi pengalamanku sedikit, jadi Kak Kania nggak bisa tanya banyak,” jawab Zio. Kalimatnya yang panjang sempat membuat Kania kagum, tapi tetap tersimpan logat yang asing di dalamnya.

“Sedikit katamu? Zi, aku belum pernah ke luar negeri loh.” Kania menikmati nadanya dalam mengintimidasi laki-laki imut yang lima tahun lebih muda darinya itu.

Zio kelabakan dan mengusap tengkuknya dengan canggung. Ia bingung harus menjawab bagaimana. Antara tidak tahu bahasanya dan memang tidak tahu harus menjawab apa, Zio mati kutu.

“Kakak tuh, Zio jadi bingung kan kasian.” Shelin tiba-tiba mengomel, tapi jelas sekali gadis itu tengah menahan tawanya untuk Zio dan Kania. Karena sesaat setelahnya, Kania ikut kelabakan telah membuat anak orang kebingungan.

“Maaf ya, nggak maksud gitu. Yuk, langsung mulai aja Q and A-nya.” Dan, Kania pandai membalikkan suasana.

“Nama Korea kamu?” pertanyaan pertama Kania.

“Jung Ji Ho.”

**

Seharusnya Zio pulang tanpa harus diantar Shelin. Ia memikirkan betapa itu merupakan hal yang memalukan. Tetapi bagaimana cara menolak niat baik gadis itu, Zio tidak mengerti. Baginya, hanya dengan menurut pada apa yang dikatakan Shelin, ia dan gadis itu akan mendapatkan ketenangan yang sama.

Setelah ucapan terima kasih dari Zio, Shelin langsung berpamitan, “aku langsung pulang, ya?” Zio mengangguk dan berterima kasih sekali lagi.

Bye bye!”

Shelin memutuskan untuk duduk sejenak di teras rumah. Tahu kan? Shelin sangat menyukai udara malam. Dan, ia juga mendapatkan ketenangan dengan membiarkan hatinya bercengkrama dengan kesejukan.

Saat itu Shelin teringat akan percakapan antara Kania dan Zio beberapa saat lalu. Shelin mampu melihat mata Zio yang antusias ketika pertanyaannya mendapatkan jawaban yang menyenangkan dari Kania. Jawaban yang berlandaskan pengalaman, itu adalah poin yang menjadi favorit Zio.

Kania sudah lima tahun lebih lama dibanding Zio menjalani kehidupan di dunia ini. Akan tetapi, dari situ kita tidak bisa menyimpulkan bahwa Kania punya pengetahuan yang lebih banyak. Misal, letakkan lagi posisinya di sisi Zio, laki-laki itu sudah menempuh perjalanan jauh dan menjalani sebuah plot twist; tinggal karena terjebak di negara orang. Namun, pengetahuan yang banyak juga tidak hanya bisa didapat dari tinggal di luar negeri.

Shelin mengagumi semesta yang diciptakan tidak luput dari keseimbangannya. Bagaimana semesta juga menjelaskan kedudukan antar penghuninya adalah sama.

Bye My First [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang