_ _ _ _
"apa anda bersedia untuk mencintai pasangan anda dalam suka dan duka, dalam keadaan sehat dan sakit, dalam keadaan kaya dan miskin." ujar sang pastor pada bagian pengucapan janji suci.
melihat wajah jaemin yang sedikit pucat, donghyuck meraih tangan jaemin dan menggenggamnya dengan lembut. donghyuck paham bahwa jaemin merasa gugup dan cemas— sebenarnya juga tidak jauh berbeda dengan keadaannya. namun, donghyuck berharap jaemin bisa merasa lebih tenang pada pernikahan pertama dan terakhirnya.
"iya saya bersedia!" donghyuck berujar dengan lantang saat bagian pengucapan janji di depan pastor dan para tamu—jaemin sendiri sampai kaget. sontak saja para tamu tertawa dengan tingkah donghyuck. sang pastor sempat terkekeh pelan, lalu memandang ke arah jaemin sembari tersenyum.
"iya saya bersedia!" jaemin juga berujar dengan lantang. membuat para tamu kembali tertawa. beberapa tamu bahkan berbisik dan memuji mereka dengan sebutan pasangan yang sangat bersemangat.
pipi jaemin menghangat saat mendengar pastor mempersilahkan mereka untuk berciuman. pikirannya mulai berkelana kemana-mana. hingga tanpa sadar jaemin menggigit bibirnya gugup.
"jangan digigit cantik." donghyuck berujar hampir menyerupai bisikan. sebelum jaemin sempat mengatakan apapun, donghyuck lebih dulu mencium bibirnya.
setelahnya yang jaemin ingat hanya rasa manis dan betapa lembutnya ciuman mereka.
_ _ _ _
"mau langsung tidur?" tanya donghyuck pada jaemin yang sudah merebahkan diri dengan nyaman di kasur. sembari donghyuck mengusak rambutnya yang masih basah sehabis mandi.
kedua manik legam jaemin mengerjap bingung. dia mengira malam ini akan menjadi malam pertama untuk mereka berdua.
"kita tidak akan melakukannya?"
"melakukan apa?" donghyuck balas bertanya dengan nada jahil.
jaemin mengatupkan bibirnya lalu menggelengkan kepalanya dengan kuat.
"lupakan." gumam jaemin, membuat donghyuck terkekeh gemas sembari merebahkan dirinya di sebelah jaemin.
"memang kamu sudah siap?"
jaemin mengangguk ragu.
"jangan ya. jangan melakukannya hanya karena, kamu menganggap aku menginginkannya." donghyuck memberi penekanan pada kalimat terakhir sembari menekan-nekan pipi jaemin dengan kedua tangannya.
"maaf."
"jangan minta maaf, cantik."
cantik, entah kenapa kata itu membuat jaemin merasa lebih nyaman.
jaemin menggeleng kemudian dengan lembut dia bicara, "maaf karena kamu harus menikah denganku, aku punya banyak kekurangan. aku mudah kepikiran, mudah sakit, mudah menangis, dan aku juga pernah gagal dalam percintaan."
"jaemin…."
"tapi aku punya penglihatan yang bagus, aku juga pandai memasak, dan walau sedikit, aku paham soal bisnis jadi kalau suatu saat kamu merasa kesulitan, aku bisa membantumu. aku akan berusaha supaya kita berdua bisa hidup bersama."
setelah mendengar penjelasan suami manisnya, donghyuck membawa jaemin ke dalam rengkuhannya. perasaan hangat dan berdebar menjalar dalam diri mereka berdua. kedua manik mereka saling menatap, hingga jaemin bisa mendengar deru nafas suaminya.
hening menguasai kamar tidur mereka untuk sesaat, sebelum donghyuck menghela nafas dan mulai berbicara.
"saat kita dijodohkan, sejujurnya aku tidak berharap banyak. memang kenapa kalau pernikahan kita penuh kekecewaan dan air mata? memang kenapa kalau kita sering bertengkar? memang kenapa kalau nanti kita ternyata tidak serasi? kita berdua hanya manusia biasa."
mendengarnya, jaemin merasa ingin menangis. mereka menikah tanpa rasa cinta, tapi jaemin tidak menampik kalau dia merasa sedikit dicintai.
"kamu tidak perlu minta maaf untuk kekurangan kamu, karena pada dasarnya aku juga punya kekurangan. sama seperti kamu, aku juga akan berusaha supaya kita bisa hidup bersama."
setelahnya, donghyuck mencium pipi jaemin yang basah karena air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
the perfect blue ; hyuckna
Fanfiction• lee donghyuck • na jaemin jaemin yakin bahwa pernikahan yang diatur secara tiba-tiba ini akan hancur suatu saat nanti. namun, donghyuck tidak berpikir demikian.