Rena dan Rendi

146 9 112
                                    

Aku kembali

7.231 kata guys, siap-siap gumoh

---

"Ayo kita pacaran."

Lagi dan lagi. Ajakan itu sudah sering Rendi dengar dari mulut gadis mungil bernama Rena, dan sekarang, saat istirahat tiba gadis itu menghampirinya dan duduk di sampingnya yang memang kosong--teman sebangkunya tidak masuk kerena sakit.

"Nggak minat," jawab Rendi singkat, padat dan jelas. Dia memilih menyibukkan diri dengan bermain game di ponselnya, tidak ingin melihat gadis di sampingnya.

"Kalo gitu, ayo nikah!" Rena berucap tanpa beban.

Rendi melotot pada Rena yang sedang memasang wajah polosnya.

"Gila!"

Bukan Rendi yang berkata seperti itu, tapi gadis yang duduk di depan bangku tempat Rena duduk sekarang. Gadis itu menghadapkan badannya ke belakang.

"Dih, nguping," cibir Rena yang membuat gadis di depannya menatapnya tajam.

"Gue bukan nguping, tapi lo yang ngomongnya kenceng sampe ke kuping gue!" Gadis itu mengusap telinganya seakan-akan suara Rena membuat indra pendengarannya terganggu.

Rena hanya mencibir tanpa suara, malas meladeni mahkluk di depannya.

"Rendi mau bobo' ya?" tanya Rena yang melihat Rendi menidurkan kepalanya ke meja dengan tas pemuda itu yang dijadikan bantal. "Ya udah, gue pergi dulu." Sebelum pergi, Rena menyempatkan untuk mengelus rambut Rendi.

Gadis--penguping--yang masih memperhatikan gerak-gerik Rena dari posisinya itu, menatap tak percaya pada tindakan Rena. Apalagi saat melihat Rendi yang diam tak bergerak, seakan tidak mempermasalahkan perbuatan Rena padanya.

"Saya pamit undur diri, Tuan Putri Gita, si gadis penguping!" kata Rena sembari membungkuk sembilan puluh derajat dan menekan kata 'penguping'. Setelahnya, dia tersenyum miring pada gadis yang bernama Gita itu dan berlalu meninggalkan kelas.

Rendi menegakkan badannya dan bersandar di punggung kursi, dia melihat Gita yang wajahnya sudah memerah karena marah.

Pemuda itu tidak ingin ikut campur dengan keributan antara Rena dan Gita. Dua orang itu seperti kucing dan tikus, tiada hari tanpa gelut.

🍃

Di hari Minggu, Rendi rutin lari pagi sampai ke taman yang jaraknya sekitar 1 kilo dari rumahnya. Biasanya dia berangkat dari rumah pukul 6 dan pulang pukul 8 atau 9 pagi.

Beberapa meter lagi sampai di taman, Rendi menghentikan larinya karena melihat perempuan bermasker yang menarik perhatiannya turun dari angkot membawa plastik besar di kedua tangannya. Dia seperti mengenali sosok itu. Posisinya berdiri dan perempuan itu cukup jauh.

Entah kenapa kaki Rendi melangkah mengikuti perempuan tadi yang sudah berjalan ke gang kacil dekat taman. Rendi memasukkan kedua tangan di saku hoodie yang dia kenakan dan berjalan santai agar tak terlihat mencurigakan. Pastinya sembari menjaga jarak dari perempuan di depannya.

"Rena," panggil wanita paruh baya di depan salah satu rumah--sedang menyapu.

Rendi terdiam di tempatnya dan merutuki dirinya. Bisa-bisanya dia bertingkah seperti penguntit hanya karena ingin mengetahui sosok perempuan yang familiar baginya.

Rasa penasarannya terjawab ketika seseorang memanggil nama perempuan tadi.

Bener ternyata.

ONE HALFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang