3

1.5K 283 44
                                    

Begitu tamu yang nampaknya tak diinginkan tadi pergi, Naruto menutup pintu rapat-rapat lalu memasang wajah frustasi seraya melangkah masuk ke dalam rumah, ia bahkan melupakan kewajibannya untuk menjelaskan pada Hinata soal situasi yang baru saja terjadi.

Hinata mengekori langkah pria itu, hendak bertanya namun sungkan saat mendapati dia nampak stress setelah menutup pintu dengan bantingan yang cukup kasar, namun bukankah dirinya berhak mendapat penjelasan atas situasi yang terjadi barusan?

"Siapa dia, Naruto?" Akhirnya Hinata melontarkan pertanyaan.

Naruto menghentikan langkahnya yang baru menginjak satu anak tangga untuk naik ke lantai dua. Dia memejamkan kelopak matanya sebentar sebelum memberikan jawaban. "bukan siapapun."

Hinata menghentikan langkahnya, mungkin pria itu memang tidak ingin memberitahu, maka ia tidak akan memaksa untuk diberitahu.

"Hinata, ada syarat tambahan untuk kesepakatan sewa. Katakanlah kau istriku saat orang asing datang dan bertanya siapa dirimu dan kenapa kau ada di sini." Naruto tidak ingin wanita itu tahu atau terlibat, pun dirinya sudah tidak menginginkan kehidupan seperti dulu lagi, namun ia tak punya alasan yang cukup kuat untuk menolak, maka ia akan jadikan istri dan keluarga sebagai alasannya menolak tawaran itu kembali.

"Tapi aku bukan-.." Hinata menatap mata biru pria itu yang berdiri di undakan tangga pertama sambil menatapnya.

"Aku tahu." Naruto memotong ucapan wanita itu. "hanya saja itu syarat kesepakatan sewa yang aku inginkan, jika kau keberatan, kau boleh pergi dari sini, Hinata. Akan ku kembalikan uangmu nanti."

Hinata merasa sedikit tertohok mendengarnya, seolah dia baru saja diusir dan diminta pergi. Namun ini memang bukan rumahnya, dia tidak berhak tahu atau menolak ketika menetap di sini, rasanya seperti diberi tumpangan karena biayanya begitu miring.

Naruto melangkah cepat naik ke lantai dua untuk memeriksa surel yang Sakura katakan tadi.

...

Shikamaru menyandarkan punggungnya ke kursi seraya menerima telepon dari Naruto. "Mereka hanya ingin kau kembali, ada pekerjaan penting di Kobe."

"Itu bukan urusanku lagi." Naruto tidak ingin dengar apapun soal itu. "pekerjaanku berakhir di malam aku membunuh pimpinan mereka, kau tahu itu."

"Kudengar masalah baru muncul setelah kematiannya, kau penyebab kematiannya maka kau dicari untuk mengakhiri semua ini." Shikamaru diam-diam masih memantau pekerjaan lamanya, perkembangan apapun soal misi di masa lalu ia gali informasinya.

"Aku menyetujui pekerjaan itu karena imbalannya aku bisa bebas tugas dan berhenti bekerja, tapi kenapa sekarang mereka melanggar kesepakatan itu?" Naruto benar-benar tidak mengerti.

"Tak ada yang bisa menjamin kedamaian terjadi setelah pimpinan mereka mati, pemerintahan mungkin ingin melimpahkan semua kesalahan kepadamu sebab tujuan mereka tidak tercapai." Shikamaru pikir itu alasan paling masuk akal.

"Ck, sial!" Naruto baru menyadari bahwa selamanya dia tidak akan bisa hidup dengan tenang lagi.

Lima tahun lalu, berdiri sebuah kelompok radikal. Kelompok itu beranggotakan para politisi dan pebisnis dengan koalisi kotor yang ingin menjatuhkan kekaisaran.

Kelompok itu bukanlah kelompok radikal kelas teri yang berisikan para pemuda berjiwa nasionalis, namun kelompok itu berisikan para pebisnis dan politikus kelas kakap yang haus kekuasaan dan juga uang.

Pergerakannya nyaris tidak terendus, namun perubahan yang diakibatkan oleh kelompok tersebut benar-benar mengkhawatirkan. Ekonomi, pembangunan, pertahanan, mereka memiliki anggota penting di tiap aspek vital itu.

By Your SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang