16

1.4K 232 42
                                    

"Kau menerima tamu hm?" Naruto menelepon Hinata begitu dia tiba di markas Kobe.

Hinata tidak bisa berbohong dan dirinya tidak ingin berbohong kala melihat CCTV di sudut ruang tengah, nampaknya baru saja Naruto letakan semalam.

Pria itu memang mengatakan berencana memasang CCTV belum lama ini, namun dia tidak menyangka pria itu meletakannya di sana dan seolah memergoki dirinya menerima tamu.

"Maafkan aku, aku tidak bisa mengusirnya begitu saja saat dia sudah tiba di depan rumah dan mengetuk pintu." Hinata benar-benar mengerti kalau Naruto akhirnya sangat marah karena hal ini.

"Kau mengabaikan ucapanku, Hinata." Ucap Naruto dengan kekecewaan memenuhi hatinya.

"Maafkan aku, Naruto." Hinata baru tiba di resto saat Naruto menelepon dan menembaknya dengan pertanyaan itu.

"Apa karena dia mantan kekasihmu, maka kau membuka pintu untuknya?" Naruto tahu ucapannya ini terdengar gegabah, namun sepanjang perjalanan dirinya merasa benar-benar resah dan marah karena wanita itu.

"Naruto, bukan begitu." Hinata mencoba menjelaskan. "tidak ada kaitannya dengan dia mantan kekasihku."

"Sebab kau mengabaikan ucapanku dan ingkar, aku kehilangan separuh rasa percayaku padamu Hinata." Naruto tahu ucapannya tajam tapi dia ingin Hinata menyadari kesalahannya.

Hinata memejamkan mata mendengar ucapan menyakitkan itu terlontar dari bibir Naruto. Dia tahu kesalahannya, namun pria itu telah menyakitinya dengan ucapan, bagaimana bisa pria itu kehilangan kepercayaan saat pagi tadi sebelum berangkat dia menyerahkan seluruh dirinya untuk pria itu. "maafkan aku."

Naruto tidak menerima permintaan maaf itu. "kita bicara lagi nanti." dia lalu menutup panggilannya secara sepihak.

"Mendapati pengkhianatan atau apa hm?" Tanya Shikamaru begitu mendengar Naruto bertengkar via telepon dengan kekasihnya.

Mereka berdua tiba lebih dulu di markas, entah di mana Sasuke dan Sakura berada, nampaknya dalam perjalanan.

"Dia bertemu mantan kekasihnya, di rumah." Naruto kemudian duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya.

"Mantan kekasih?" Shikamaru menyerenyit.

"Pria itu memintanya kembali, mengatakan penyesalan soal keputusan berpisah, dan membujuknya dengan mengatakan bahwa hubungan kami saat ini tidak ada artinya dibandingkan dengan hubungannya selama empat tahun dulu." Naruto menatap Shikamaru dengan datar, namun dia menceritakan apa yang membuat dirinya bertengkar dengan Hinata.

"Pria itu nampaknya begitu gigih ingin kembali hingga datang ke rumahmu." Shikamaru turut merasa prihatin.

"Ya, sangat berambisius ingin kembali. Kau tahu siapa keparat itu?" Naruto mengulas senyum penuh kemuakan.

"Siapa?" Shikamaru mengerutkan kening.

"Toneri Otsutsuki." Naruto mendengkus pelan. "dia datang ke rumahku karena tahu kita berangkat ke Kobe hari ini."

Shikamaru bangkit duduk dari posisi berbaringnya di sofa saat mendengar nama putra kekaisaran disebut. "kau gila?!"

"Mereka berkuliah bersama di Austtalia, menjalin hubungan selama empat tahun dan berpisah karena tidak merasa cocok pada diri satu sama lain. Hinata kembali ke Tokyo dan memulai bisnisnya, kemudian bertemu denganku, aku jatuh cinta hingga nyaris gila, kemudian pria dari Australia itu datang kembali ingin merebutnya dariku, dan aku khawatir karena keparat itu adalah putra dari keluarga kekaisaran yang mana aku bekerja kepadanya jadi hewan peliharaannya." Naruto menjabarkan seberapa sial nasibnya.

"Para Otsutsuki itu cukup nekat dan gila untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kurasa kau harus bersiap melepaskannya, Naruto." Shikamaru pesimis sekarang, sepertinya sobat keparatnya ini akan gagal menikah dan hidup menjadi pria menyedihkan. "seberapa jauh hubunganmu dan Hinata sekarang?"

By Your SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang