25

2.4K 232 78
                                    

"Aku hanya ingin beristirahat beberapa waktu, katakan pada kepala unit, cutiku di perpanjang." Naruto mangkir dari pekerjaannya di unit pemadam karena beberapa hal mendesak.

Seseorang yang mengalami putus cinta, tidakah berhak menerima waktu tenang sendirian yang nyaman tanpa interupsi?

Bagi Naruto, jawabannya adalah berhak, maka ia ada di sini sekarang.

Naruto tidak tahu kenapa kakinya melangkah ke tempat itu. Firasatnya mengatakan dirinya harus datang kemari, mungkin untuk mengenang masa kecilnya bersama Hinata yang dulu tak pernah ia sadari sebelumnya.

Bola matanya menatap sekeliling lalu mendengkus pelan, semua kegilaannya dimulai di tempat ini. Ya, dulu dirinya tidak terlalu senang menghabiskan waktu bersama teman-teman di panti meski sudah sejak kecil tinggal di sana. Ia lebih senang berkumpul dengan teman-teman di luar sekolah, yang jauh lebih besar darinya, sebab ia ingin tahu soal banyak hal di dunia ini sedikit lebih cepat dari anak lain.

Panti nampak sepi mungkin karena ini pukul delapan pagi dan mayoritas anak-anak pergi ke sekolah. Naruto melangkah menuju kantor yayasan, mungkin ia bisa menemui kepala pengasuh dan sedikit menyapa setelah bertahun-tahun tak datang ke tempat dimana ia habiskan sedikit uangnya di sini.

Lorong dengan cat putih yang agak pudar itu memberikan nuansa masa lalu yang begitu kental, Naruto ingat tiap sudut panti ini, panti tempat ia dirawat sejak kecil. Mendiang ayahnya adalah seorang pelaut, ia telah meninggal dunia pada sebuah peristiwa karamnya kapal tambang yang ia pimpin dua puluh lima tahun lalu.

Sehingga Naruto hidup hanya berdua dengan ibunya di pesisir Kobe, menjalani kehidupan yang bisa disebut sangat sulit sebelum akhirnya Ibu pun pergi meninggalkannya setelah menderita sakit yang berkepanjangan.

Selepas kepergian mendiang Ibu di usianya yang ke delapan tahun, Naruto diantar untuk tinggal di panti ini.

Begitulah kehidupan yang tak beruntung ini dimulai. Semua tak pernah berjalan sesuai rencana bagi Naruto, sampai detik ini pun ia belum merasakan apa itu ketenangan dan kebahagiaan yang sesungguhnya meski sudah mencoba melakukan semua hal yang kata orang bisa membawanya pada kebahagiaan itu seperti memiliki banyak uang dan mencintai serta dicintai oleh seorang wanita.

Naruto telah melakukan keduanya namun tetap belum mendapatkan kebahagiaan seutuhnya.

Mungkin satu-satunya masa dimana ia merasa bahagia adalah saat ia tinggal di rumah bersama wanita itu. Dia bahkan merasa senang untuk sekedar duduk berdua di meja makan bersama wanita itu, atau tidur bersisian dengannya, kadang juga mereka menikmati teh berdua di balkon lantai dua.

Namun semua hanya terjadi dalam waktu singkat saja karena hal itu tidak akan pernah terulang kembali dan entah bagaimana ia bisa menemukan kebahagiaannya lagi, mungkin jawabannya tidak akan pernah lagi.

Tuhan memang kejam padanya.

Kala pemikiran kotor itu bercokol dalam benak Naruto, langkahnya terhenti di lorong panti karena seseorang berdiri di ujung lain lorong sepi itu, seorang wanita yang barusan membuat ia berpikir bahwa Tuhan begitu kejam padanya. "Hinata."

Hinata pun sangat terkejut mendapati pria itu ada di sini. Dia berdiri di ujung lorong dan nampak sama terkejutnya. Namun apapun alasan pria itu ada di sini sekarang bukan hal penting bagi Hinata, seperti dirinya ada di sini, pria itu mungkin hanya ingin mengenang masa lalu.

Hinata menarik napas pelan kala menatap pria itu lagi, ternyata itu dia sosoknya, yang sangat ingin ia temui dan lihat dengan mata kepalanya sendiri. Pantas saja rasanya tidak asing saat menggenggam tangannya lagi pada kali pertama waktu itu.

Naruto menyudahi keterkejutannya, ternyata firasat membawanya pada wanita itu. Ia kemudian melangkah mendekat ke arah Hinata, begitupula wanita itu melangkah ke arahnya. "ternyata kau ada di sini."

By Your SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang