•Flash back•
"Urus dia hingga selesai makan malam." Pengasuh panti melempar Naruto dengan serbet tepat ke wajahnya.
Naruto memejamkan mata seraya menghela napas. "aku tidak bisa merawat anak yang sakit."
"Bawa saja dia ke kamarnya, beri makan malam dan kau kembali ke asrama." Pengasuh berucap keras dengan nada tinggi yang tak biasa.
Naruto baru akan melontarkan protesnya lagi namun ia dibungkam dengan hantaman tinju tepat di kepalanya.
"Sekali lagi kedapatan minum bir, kau akan jadi gelandangan di jalan!" Pengasuh itu berujar marah sebelum berlalu pergi dengan terburu-buru karena harus menyiapkan makan malam untuk anak lainnya.
Naruto nyaris mengumpat, dia lupa membuang kaleng bir yang ia minum di kamar asrama siang tadi dan sialnya itu ditemukan oleh pengasuh, jadi ia dihajar di dapur saat menjelang makan malam. "lebih baik jadi gelandangan." ucapnya dengan gumaman pelan saat pengasuh sudah melangkah pergi.
...
"Apa kau tahu saat ini masih pukul dua belas siang, cuaca cerah sekali hari ini." Seorang anak laki-laki berucap penuh siasat seraya duduk di kursi taman bersama Hinata.
Hinata tidak beranjak, dia masih duduk di sana dengan tegak karena kakinya sakit dan dia tidak bisa melihat. Pengasuh yang membawanya ke taman untuk menghirup udara segar.
Namun baru sebentar mereka duduk di sana, pengasuh dipanggil ke kantor jadi ia ditinggalkan di sini dan dititipkan pada gerombolan anak yang sedang bermain di area taman, namun yang Hinata dengar sejak tadi adalah tawa mencemooh dan gumaman menyedihkan.
"Si buta itu kenapa ada di luar?"
"Ku dengar matanya buta karena terkena pecahan kaca."
"Katanya dia anak yang cantik sebelum mengalami kecelakaan."
"Namun dia sekarang nampak mengerikan."
Hinata tak pernah merasa terbiasa dengan semua itu, ia takut dan malu, kemudian sedih karena ayah dan ibunya sudah tidak ada di sini lagi. Maka di balik perban tebal yang menutupi kelopak matanya, ia sering menangis.
"Duduklah di sini, kau akan menghirup banyak udara segar di cuaca yang terik." Anak laki-laki itu berucap yakin sebelum ia meninggalkan Hinata di sana.
Hinata merasa janggal, katanya ini tengah hari dan cuaca terik, namun tubuhnya terasa menggigil karena angin kencang berembus menerpanya. Dia mendongak saat merasakan setes air jatuh mengenai keningnya.
Suara langkah anak-anak yang tadi bermain di taman menjauh pergi, meninggalkannya sendirian.
Tetes demi tetes air jatuh membasahi tubuh Hinata, kini dia tahu bukan terik yang ada di atas kepalanya, namun mendung gelap pertanda hujan turun.
Hinata menengadahkan tangan ke langit dan mendapati air jatuh ke telapak tangannya. Seketika hatinya diliputi kesedihan, ia tak memiliki tongkat yang akan membantunya berjalan kembali ke kamar, sedangkan taman ini brlokasi jauh dari kamarnya. Mungkin harus merangkak kembali ke sana.
Suara petir mengejutkan Hinata, dan rintik hujan terdengar melebat namun anehnya Hinata tak lagi mendapati setetes air pun membasahi tubuhnya.
"Hujan lebat, kau harus kembali ke kamar." Naruto membagi payungnya untuk anak itu yang duduk di taman seorang diri.
Hinata mengenali suara itu, suara yang mengatakan hal keji padanya malam kemarin. Namun ia hargai anak itu meminta maaf dan menemaninya hingga pagi meski ucapannya tetap terasa menyakitkan untuk diingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side
FanfictionJika bukan keterpaksaan mungkin mereka tak akan berada di sana. Bagi seorang yang biasa melalui segala hal seorang diri, memiliki orang lain di sisinya bukanlah hal yang penting bagi Naruto. Namun Hinata merubah presepsi itu dalam sekejap menjadi...