12

1.4K 226 31
                                    

Naruto tidak tahu kenapa Hinata begitu dingin kepadanya secara tiba-tiba, setelah semalaman berlalu dan kondisi tak membaik hingga hari ini, dia tahu ini bukan karena datang bulannya. "duduklah, kita bicara." dia ingin semuanya menjadi jelas, dirinya akan berangkat ke Kobe lusa dan ia tidak mau bertengkar hingga keberangkatannya tersebut.

Hinata baru saja keluar dari kamar saat mendapati Naruto duduk di sofa seolah menunggunya. "aku harus bergegas ke resto." dia memalingkan pandangan kemudian melilitkan syalnya di leher.

Naruto beranjak dari sofa kemudian menghampiri wanita itu dan menarik pinggulnya, menyandarkan wanita itu di dinding dekat pintu.

Hinata terkesiap mendapati pria itu mengurung tubuhnya di dinding seolah memaksanya bicara.

Naruto meraih dagu lancip wanita itu dan menatap wajah cantiknya dengan lembut. "tolong katakan apa salahku?"

Hinata memalingkan wajah dari pria itu "tolong lepaskan."

Naruto memejamkan mata namun masih mengurung wanita itu. "aku berbuat bodoh ya?"

Hinata menggeleng.

"Lalu kenapa?" Naruto menatap penuh harap pada wanita itu, agar dia mau bicara.

Hinata mendorong pelan tubuh tinggi pria itu dan beranjak pergi. Dirinya yang merasa bodoh karena tidak benar-benar mengenal pria itu.

Naruto memejamkan mata dan menghela napas lelah saat wanita itu bergegas dan menutup pintu tepat di depan wajahnya.

Terakhir kali mereka bicara di resto semua baik-baik saja, wanita itu masih bicara dengan hangat kepadanya, membalas rengkuh dan ciumnya, lalu kenapa sekarang jadi begini?

Sesungguhnya mendapati wanita itu menarik diri seperti ini membuat Naruto sangat takut dan khawatir, ia bertanya-tanya apa wanita itu akan meninggalkan dirinya saat ia sudah sebegini jatuh hatinya?

Jawabannya mungkin ya.

...

"Pimpinan kelompok radikal itu akan melaksanakan pertemuan rahasia di sebuah gedung tua di daerah Kobe. Kita bisa mensabotasenya." Sasuke meletakan berkas di atas meja.

"Kau punya akses masuk ke sana?" Shikamaru menyerenyit, mereka tahu tiap pertemuan kelompok itu adalah hal yang sangat rahasia, waktu dan tempat tak akan dikatakan oleh siapapun artinya itu adalah informasi rahasia yang tidak mudah didapatkan.

"Tidak, itu tugasmu mencari aksesnya." Sasuke mengetukan ujung cerutunya di asbak. "hanya itu yang perlu kau lakukan, sisanya Naruto yang akan mengurusnya."

Shikamaru mendengkus. "dia belum mengetahui harus membunuh lebih dari tiga kepala sekaligus." mereka selalu membunuh satu per satu, merencanakan berbagai hal dengan hati-hati.

"Dia akan mau, atau kubongkar semua rahasianya di depan wanita itu." Sakura duduk bersedekap di kursi.

"Aku memintamu berteman dengannya, bukan memulai intrik." Shikamaru menyesal meminta Sakura memulai komunikasi dengan kekasih Naruto.

"Wanita itu sangat lugu, dia dibodohi oleh Naruto. Cinta tak seharusnya seperti itu, aku justru menyelamatkannya." Setelah Sakura pikirkan dia merasa kasihan pada wanita itu, sebab seorang pria keji telah menipunya, membuatnya jatuh cinta, namun nyatanya dia menjalnin kasih dengan seorang yang mengerikan.

"Itu bukan tanggung jawabmu, Sakura." Sasuke angkat bicara kali ini.

Sakura menatap marah pada kekasihnya. "kalian tidak mengerti apapun soal wanita." Baginya ditipu adalah hal yang sangat menyakitkan, apalagi ini soal latar belakang.

By Your SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang