Naruto terkejut saat membuka pintu kediamannya, Shikamaru yang berdiri di sana. Sesungguhnya hubungan pertemanannya, Sasuke, dan Shikamaru menjadi begitu kaku setelah apa yang terjadi di ruang introgasi, mereka telah berkelahi seperti anak kecil dan saling menyalahkan.
"Syukurlah kau masih bisa berdiri dan membuka pintu." Shikamaru pikir dia akan dapati Naruto terkapar di atas lantai setelah putus cinta dan berpisah dari calon istrinya.
"Baru saja aku beranjak dari lantai." Naruto menunjuk lantai ruang tengah, di mana dia tadi tengah berbaring di sana.
"Sial, ternyata benar." Shikamaru menghela napas prihatin. Dia lalu mengangkat dua kantung besar berisi botol minuman alkohol, dia akan temani Naruto melalui putus cintanya atau ia mungkin akan jadi gila.
"Apa itu?" Tanya Naruto dengan lesu, dia kehilangan separuh jiwanya belum lama ini, dia menaiki taksi kuning sialan itu entah ke mana.
Shikamaru meninju pelan bahu Naruto dan melangkah masuk ke dalam rumah tanpa perlu dipersilakan. "obat patah hatimu."
Naruto baru akan menutup pintunya namun tamu lain yang tak terduga turut datang tanpa undangan.
"Bisa aku bergabung?" Sasuke berdiri di depan pintu. Dia memang ingin menemui Naruto malam ini, namun justru mendapati Shikamaru juga ada di sana.
Shikamaru mendengkus "jadi ini reuni dari penjara huh?"
Naruto menghela napas pelan dan mempersilakan. "masuklah." mungkin benar malam ini ia butuh minum dan ditemani.
"Maafkan aku soal apa yang terjadi." Sasuke benar-benar merasa bersalah pada Shikamaru dan juga Naruto.
Naruto meninju bahu Sasuke dengan pelan. "tutup mulutmu, duduklah dan temani aku minum malam ini."
...
Hinata menatap sendu bangunan itu, bangunan panti berhantu tempat ia tinggal semasa kecil hingga SMA, tak banyak berubah, bahkan nyaris tidak ada yang berubah.
Cat putihnya mengelupas, kebun mawar yang belukar berbahaya, air mancur yang tak lagi berfungsi, dan banyak hal lain yang tak cukup menyenangkan untuk dikenang, namun dia menemui cinta pertamanya di sana, tumbuh dan menjadi kuat si tempat ini, maka dia datang kemari di tengah kalutnya, untuk melihat seberapa jauh ia sudah melangkah selama ini.
"Hinata?" Bibi pengasuh melangkah keluar saat mendapati wanita muda itu telah tiba.
Hinata melangkah mendekat dan memeluk bibi pengasuh itu. Lama sekali tidak bertemu.
"Bagaimana penerbanganmu?" Bibi pengasuh itu mengusap punggung Hinata dengan lembut.
"Lancar Bi, aku tiba dengan cepat ke Kobe." Hinata melerai pelukan itu. Bibi pengasuh ini adalah salah satu pengasuh yang merawatnya saat sakit dulu. Dia dengar pemilik panti sebelumnya sudah meninggal dunia dua tahun lalu, padahal ia ingin sekali mengucapkan terima kasih karena telah membawanya kemari selepas kecelakaan itu merenggut segalanya.
"Ayo masuklah, anak-anak sedang makan malam bersama." Bibi pengasuh merangkul lengan Hinata.
"Aku menginap di losmen tak jauh dari sini, aku sudah meletakan barang-barang di sana." Hinata tidak akan bermalam di sini, dia hanya mengatakan akan menjadi relawan selama beberapa minggu. Mungkin bermain dengan anak-anak bisa mengobati sakit dan kalutnya.
"Bi, apa aku bisa melihat nama anak-anak panti yang dulu dirawat di tahun yang sama denganku?" Hinata bertanya serius, ini adalah kali pertamanya datang kembali ke panti setelah pergi selepas lulus SMA.
"Tentu, ada data arsip namun untuk apa?" Bibi pengasuh menyetrikan kening.
"Saat aku dirawat selepas kecelakaan, ada seorang anak laki-laki yang datang merawatku nyaris setiap hari karena dia dihukum, aku ingin tahu kabarnya saat ini." Hinata tersenyum sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side
FanfictionJika bukan keterpaksaan mungkin mereka tak akan berada di sana. Bagi seorang yang biasa melalui segala hal seorang diri, memiliki orang lain di sisinya bukanlah hal yang penting bagi Naruto. Namun Hinata merubah presepsi itu dalam sekejap menjadi...