Chapter 3

13 3 2
                                    

   Terlihat Bayu telah selesai mandi dan kini dia mulai mengelap ngelap tubuh kecilnya itu dengan handuk berwarna oranye wortel miliknya, setelah selesai dia menaruh baju dan celana kotornya itu di tempat baju kotor yang berada di dalam bak depan kamar mandi, lalu dia pun berjalan meninggalkan kamar mandi dengan tubuh yang setengah tertutup handuk di bagian pinggul sampai lutut kaki nya, tak lepas dari beberapa detik dia mendengar seperti seseorang tengah menyanyikan lagu jawa, suara khas yang pernah di dengarnya, suara serak pria tua yang membiak di pikirannya.

Lir-Ilir lir-ilir tandure wus sumilir...

Tak ijo royo-royo...

Tak sengguh temanten anyar, tak sengguh temanten anyar...

Bocah angon.. bocah angon.. penekno blimbing kuwi...

Lunyu-lunyu penekno kanggo masuh dododiro..

Kanggo masuh dododiro...

Bayu mendengar dengan jelas suara tersebutletaknya tak jauh dari posisinya berdiri, dia pun berjalan ke arah sumber suaraitu yang berada di kanan nya tepat di dalam Semak belukar lebat yang menjadiperbatasan rumahnya ke kali yang berjarak 12 meter dari rumahnya.

   Dia masuk ke Semak dan melihat pria tua paruh baya mengenakan baju lusuh abu abu dengan sedikit cipratan darah di bagian lengan dan kerah bajunya, kepala pria tua itu tidak kelihatan karena tertutup oleh topi bundar yang mirip capil, pria itu terduduk di atas batu batu dalam Semak belukar itu.

"Halo om, om ngapain di sini?" Tanya Bayu pada pria tua itu. Tetapi tak ada suara yang keluar dari pria tua tersebut, pria itu malah nembang lagi, yang semakin membuat Bayu begidik ketakutan.

Ngelmu iku..

Kalakone kanthi laku...

Kekasela.. wankas....

Dengan segenap keberanian Bayu mendekati pria tua itu, dan kini mereka berjarak 1 meter, tanpa berbanyak tingkah Bayu menepuk pelan Pundak pria itu.

"Om ?"

Kemudian pria itu tiba tiba menoleh ke arahBayu, seketika Bayu itu Bayu menjadi syok, tubuhnya terasa berat, kakinyabegetar hebat hingga dia harus jatuh terduduk di dalam Semak belukar itu, diatak bisa bicara lagi, ingin sekali dia meminta tolong tetapi suaranya sepertidi tahan, ternyata pria tua itu berwajah hancur penuh darah, leher depannyaberdarah dan terlihat isi kerongkongannya, lalu baju depannya koyak koyakmemperlihatkan usus usus nya keluar, dadanya hancur terbuka lebar dan memperlihatkan tulang rusuknya yang menjulang keluar, matanya berwarna putih, dia mengajukan tangan kanannya yang memperlihatkan 3 jari yang putus menyentuh Pundak Bayu, sebari tersenyum mulutnya penuh darah dan bau anyir nan amis menguak hidung Bayu.

"Yu, Ini bapak, bapak minta tolong Yu" Ucap pria itu yang mengaku ia adalah Pak Ghafur alias bapak Bayu. Bayu tak bisa berkata apa apa tubuhnya bergetar getar, dikarena ini pertama kalinya dia menemui penampakan sejelas dan seseram itu,

"BANTUU BAPAKK YUU....!!!!" Suara itu terdengar keras di telinga Bayu ,Bayu merasa seperti telinganya ingin pecah kocar kacir. Dengan sedikit keberanian dia membaca surat Al-Fatihah di dalam hatinya, yang pernah diajarkan guru ngajinya itu, dia membaca surat itu di dalam hati dan dia menutup matanya agar bisa konsenterasi, setelah Al-Fatihah selesai ia baca, kemudian angin berhembus kencang, suara nya keras, hingga daun Semak itu berguguran, bercecer di tanah, setelah 4 detik angin itu hilang di sertai sosok seram yang mirip Almarhum bapaknya, dengan Langkah terhuyung huyung dia lari segenap tenaga membuka pintu belakang rumahnya dan memanggil Ibunya.

Dari arah belakang rumah terdengar keras suara bayu seperti minta tolong.

"BUKK, BUKK, HAAAA....AAAAAA" Teriakbayu terdengar sampai penjuru ruang tamu rumahnya, Bocah Bernama Bayu itu terus berlari dengan posisi tangan kanannya memgang handuk yang terbalut di pinggang nya, dia terus berlari sambil menangis tersedu sedu, sesampainya di ruang tamu secara tiba tiba rumahnya menjadi gelap seperti tidak diterangi lampu dan hanya ada Cahaya remang remang merah, dia merasa sangat ketakutan dan aneh sekali, dia belum pernah merasa sepanik ini, dalam sekejap waktu pandangan Bayu teralihkan oleh ceceran darah yang sudah mengental, darah yang ter cecer cecer di ruang tamu, dia mengikuti darah tersebut dan darah tersebut mengarah ke kamar Ibunya, dengan wajah pucat pasi disertai tangan yang bergetar, dia memberanikan diri membuka pelan pelan pintu kamar Ibunya itu.

AKU DAN MATA BATHINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang