Berdiri di depan cermin, Kathleen serasa melihat orang lain. Sekarang ini, dia sudah memakai sebuah gaun selutut menutup satu bahu berwarna merah maroon. Ini gaun keduanya setelah gaun hitam duka cita itu.
"Ssh, aku aneh sekali," dumalnya.
Warna ini memang biasa saja. Dia juga punya kaus pendek atau celana panjang dengan warna ini. Namun, karena ini adalah gaun, semuanya menjadi berbeda, spalagi riasan wajahnya sedikit tebal, meski rambutnya tetap ikat satu.
Tak mau merasa makin tertekan, Kathleen segera keluar dari ruangan, lalu memdapati Namjoon berdiri tak jauh dari sana. Mereka sempat saling bertukar tatap.
"Kenapa? Aku aneh? Benar, 'kan? Aish, aku akan ganti lagi saja!"
"Tidak perlu," sahut Namjoon sambil berjalan mendekat. "Sudah tidak ada waktu lagi. Semua sudah menunggu. Ayo."
Dari rumah Kim Song-ja, mereka ditambah Hoseok, menuju sebuah rumah besar bak kastel yang sangat sepi. Hanya ada beberapa mobil dan satpam. Tiga orang itu segera turun, lalu berjalan masuk.
Betapa terkejut Kathleen ketika melihat ternyata ada cukup banyak orang di dalam sini. Beberapa duduk di kursi meja panjang dan mengobrol dengan satu sama lain. Beberapa lagi berdiri dan berjalan sambil menata minuman. Mereka semua berbaju kemeja gelap dan rapi.
Itulah rumah Keluarga Kim.
"Oh, hei, Namjoon!"
"Akhirnya datang juga. Kami hampir memulainya tanpamu."
"Hei, ada aku juga di sini," sahut Hoseok sambil berjalan lebih dulu. Dia lalu bergabung duduk dengan yang lain.
"Siapa gadis itu? Pacarmu?"
Alih-alih menjawab dulu, Namjoon justru langsung membawa Kathleen mendekati meja. Mereka berdiri di ujung meja, membuat semuanya memperhatikan dan menanti.
"Dengarkan aku," ujar pria itu, mengawali pembicaraan. "Gadis ini bernama Kathleen. Dia putri tunggal dari Kim Song-ja. Oleh karena itu, dia akan mengambil alih posisi ayahnya."
Kathleen membungkuk sekilas. "Salam kenal, semuanya. Namaku Kathleen. Aku akan belajar dengan cepat tentang semua ini. Mohon bsntuannya."
Hening.
Salah satu dari mereka berdiri. "Bagaimana kami bisa percaya jika dia benar-benar putri Kim Song-ja?"
"Kalian harus percaya karena Namjoon yang membawanya," sela Hoseok tanpa ragu, bahkan dengan nada sedikit kesal.
"Aku bisa percaya pada Namjoon, tapi gadis ini?" sahut yang lain.
Namjoon tampak tenang. "Aku tahu kalian akan bertanya. Karena itu, aku mengundang satu orang lagi."
Dari pintu utama, terdengar suara kaki melangkah. Semuanya menoleh, melihat sosok yang akhirnya muncul lagi di tengah-tengah mereka setelah delapan tahun.
Seokjin yang berjas rapi kini berdiri di samping Kathleen. Dia tersenyum pada semuanya, membuat mereka makin tak percaya, apalagi ketika Seokjin menunjukkan tato kecil di bawah pergelangan tangannya.
"K-Kim Seokjin?" gumam mereka.
Kathleen sendiri kebingungan melihat Seokjin berada di sini dan berpakaian selain seragam resepsionis. Namun, dia tak mengatakan apa-apa dan hanya bengong.
"Halo, semuanya. Lama tidak bertemu. Mungkin ada yang baru melihatku. Aku Kim Seokjin, dan, ini Kathleen. Dia putri Nyonya Catarina dan Kim Song-ja," ujarnya dengan senyum yang tak luntur.
Mereka semua saling melempar pandang, lalu menghela napas dan mengangguk-angguk. Lebih dari Kim Namjoon, Kim Seokjin dipercaya oleh keluarga besar ini.
"Lihat? Sudah kubilaang," kata Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN: Wild Flower
FanfictionKathleen hanya ingin menjadi jurnalis, sambil berpacaran dengan Jungkook setiap hari. Tapi, tiba-tiba, ayahnya yang mafia itu meninggal dan mewariskan semua-muanya, kepadanya. SEVEN: Wild Flower © @charuandati In cover : @baasmabwsy