XI - First Order

1 1 0
                                    

Kathleen baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk menggantung di bahu. Dia sudah berganti pakaian; kaus oversize putih dan celana biru. Setelah menggantung handuk, gadis itu meraih ponsel.

Jungkook menelepon berkali-kali.

Tak mau memikirkan terlalu banyak hal, Kathleen mengabaikannya. Gadis itu segera keluar dari kamar, menuju ruangan luas di lantai dua rumah ini, rumah sang ayah di Incheon yang dia kunjungi waktu itu.

Ada Namjoon dan Hoseok di sana.

Kathleen duduk, lalu penjelasan tentang bisnis mereka pun dimulai oleh Namjoon dengan menunjukkan layar presentasi. Gadis itu menyimak dengan baik, memahami dengan baik, dan menerima jawaban-jawaban dari setiap pertanyaannya. Ada beberapa mall, perusahaan iklan, dan brand yang memiliki beberapa turunan.

Hingga akhirnya, Kathleen mendengar sesuatu yang mengganggu baginya.

"$elanjutnya, ada klub," ujar Namjoon.

Meski tidak nyaman, Kathleen tetap mendengar penjelasan awal Namjoon. Dia menjadi tahu betapa bisnis kasino berkedok klub itu merata di beberapa kota dan menghasilkan keuntungan besar.

"Aku ingin yang ini dihentikan," ucap Kathleen begitu Namjoon selesai.

"Apa?" Hoseok yang duduk tak jauh darinya heran.

"Hentikan kasino dan klubnya."

"Tapi bisnis ini menguntungkan dan hampir tidak pernah ada masalah," sahut Hoseok.

"Berjudi hanya akan merugikan banyak orang, apalagi orang-orang yang bahkan tidak bisa membelikan keluarganya makanan."

"Tapi itu adalah keputusan mereka. Mereka yang bodoh. Sudah tahu tidak punya uang untuk makan tapi malah berjudi." Hoseok masih mendebat.

"Dan kita menyediakan tempatnya. Betapa mirisnya itu," balas Kathleen. "Aku yakin kalian lebih tahu bahwa.. judi adalah mempermainkan rasa penasaran mereka, dan aku tidak ingin itu berlanjut."

"Tapi–"

"Hoseok," tegur Namjoon, sebelum menatap Kathleen. "Jika kau menutup bisnis ini, seperti yang sudah sempat kukatakan, akan ada banyak orang yang kehilangan pekerjaan."

Kathleen berpikir sejenak. "Kalau begitu perbanyak tempat bisnis yang lain, atau buat bisnis baru. Restoran, resort, taman hiburan, agensi, pusat oleh-oleh, atau apa pun."

Hoseok menghela napas jengah. "Tidak masalah jika kau ingin punya semua itu, tapi kasino–"

"Itu akan membutuhkan waktu," sela Namjoon, membalas usulan Kathleen.

"Tidak masalah," tukas Kathleen. "Sampai semuanya siap, aku ingin semua pekerja di setiap kasino dan klub dipulangkan dan tetap digaji."

"Apa?!" Lagi-lagi, Hoseok yang heboh.

Namjoon menatap Kathleen beberapa saat. "Baiklah. Aku dan yang lain akan mencari tahu informasi untuk semua bisnis itu, dan kau akan memutuskan bisnis baru mana yang akan dibuat."

"Hei, Namjoon. Apa kau sudah gila?" pekik Hoseok yang merasa tidak adil.

"Sudahlah, Hoseok. Dia yang berhak memberi perintah," jawab Namjoon.

"Aku tidak percaya ini!" teriak pria bermarga Jung itu, sebelum kembali duduk dengan pasrah.

"Kita lanjutkan. Bisnis yang terakhir, perdagangan senjata."

Kathleen kembali terhenyak dengan kenyataan itu. Sebenarnya tidak juga. Dia memang tidak tahu pasti ayahnya memiliki bisnis apa sejak kecil. Yang dia tahu, bisnis itu berbahaya serta bisa menghilangkan nyawa orang lain.

SEVEN: Wild FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang