Jungkook dengan tas laptopnya, berjalan di koridor sambil menoleh kanan dan kiri, mencari kekasihnya yang tidak ada di sekretariat, kantin, kelas, bahkan tidak mengangkat telepnnya.
Gedung ini memiliki koridor bak perumahan. Entah yang mana yang dilewati Kathleen sampai Jungkook tidak bisa menemukannya ketika perjalanan ke kelas gadis itu.
Tak lama.kemudian, di koridor yang sepi, Jungkook melihaf Kathleen. Dia bersama Mark. Pria itu membelalak terkejut, lalu cepat-cepat menuju ke sana.
"YA!"
Jungkook melepas dan menaruh tas laptop di lantai, lantas menarik dan memukul Mark yang sudah hampir mencium Kathleen. Hanya satu kali, tapi bibir Mark sudah berdarah.
Mark mengusap ujung bibir. "Whoa," desisnya sebelum tertawa remeh.
"Beraninya kau mengganggu Kathleen!" pekik Jungkook. "Pergi atau kubunuh kau di sini!"
Mark tampak santai. "Ck, ck. Kupikir kau tidak ke kampus hari ini. Padahal yang tadi itu hampir saja."
"Dasar cari masalah," umpat Jungkook dengan ekspresi sangat marah.
Pria itu hampir saja memukul Mark lagi, tapi Mark lebih dulu mengangkat tangan dengan seringai di wajahnya. Dia pun berjalan mindur, kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Jungkook segera beralih melihat Kathleen yang masih tampak syok. "Kau baik-baik saja? Apa saja yang bedebah itu lakukan, ha?"
Kathleen hanya menghela napas dengan kasar. Dia terbiasa dengan labrakan, makian, sindiran, ancaman, tapi tidak dengan pelecehan, entah itu verbal atau lebih. Kata-kata Mark yang terakhir membuatnya merinding.
"Aku berjanji, akan membuatmu senang."
Kathleen segera menggelengkan kepala dengan cepat dan berkali-kali, membuat pria yang menunggu jawabannya menjadi panik.
"Hei, Kath. Kath, lihat aku."
Kathleen akhirnya menatap Jungkook.
"Kau mau pulang? Atau ke kantin?"
"Pulang," jawab gadis itu dengan cepat. "Tidak, aku harus ke sekretariat sekarang. A-ada artikel yang harus- harus kulihat."
"Kau yakin?" tanya Jungkook dengan lembut.
Kathleen mengangguk.
"Baiklah, aku akan mengantarmu."
Mereka lalu berjalan beriringan menuju gedung klub. Untuk sekian kali, Jungkook kembali merasa kesal. Dia selalu kesal ketika Kathleen tak mau bercerita.
Di dekat sekretariat, Jungkook mematikam mode diam di ponsel Kathleen, dengan alasan agar gadis yang ngotot ke sana bisa mendengar jika ada yang menelepon.
"Aku di perpustakaan jika kau mencariku. Jangan pulang sendirian dan tunggu aku. Oke?"
Kathleen mengangguk, kemudian mereka berpisah. Gadis itu masuk, lalu mendapati semuanya kecuali Yeri. Hyunsuk dan Soobin ada di depan komputer, sedang Tzuyu mengobrol dengan Chaewon.
"Oh, Eonnie!" sapa Chaewon.
Kathleen bergabung dengan para gadis di karpet bawah. "Ya?"
"Aku menunggumu untuk memberi tahu kalian semua, ehe. Sebenarnya, aku baru mendengar kalau biaya per semester akan dinaikkan semester ini. Bukankah itu bagus untuk dijadikan berita?"
Semua tampak berpikir, kecuali Tzuyu. Daripada berpikir, dia lebih seperti sedih karena untuk hal-hal seperti itu saja Chaewon harus menunggu Kathleen.
"Apa kau sudah memastikannya?" tanya Kathleen.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN: Wild Flower
FanficKathleen hanya ingin menjadi jurnalis, sambil berpacaran dengan Jungkook setiap hari. Tapi, tiba-tiba, ayahnya yang mafia itu meninggal dan mewariskan semua-muanya, kepadanya. SEVEN: Wild Flower © @charuandati In cover : @baasmabwsy