Jungkook tampak berlari dari mobil menuju gedung apartemen Kathleen. Dia langsung menghampiri meja resepsionis yang sedang sepi.
"Resepsionis Kim! Apa Kathleen ada di unitnya?" tanya pria itu.
Laki-laki ber-nametag Kim Seokjin yang baru berdiri dan mendengar pertanyaan Jungkook, langsung mengecek sebuah buku.
"Tidak. Sejak kemarin sore dia keluar."
"Kemarin sore?"
"Yap."
Kenyataan itu makin membuat Jungkook frustrasi. Entah ke mana kekasihnya. Dia tahu Kathleen sering memerlukan waktu untuk sendiri, tetapi tidak pernah sampai pergi se-lama ini.
Baru saja akan mengambil ponsel yang ada di saku celana, Jungkook melihat Kathleen sedang berjalan memasuki lobi dengan tas kecil slempang.
"Kath!"
Kathleen yang mengenakan kaus longgar dan berjalan pelan-pelan terkejut, apalagi ketika Jungkook mendatanginya dengan ekspresi super khawatir.
Jungkook meraih kedua lengan Kathleen. "Kath, kau baik-baik saja? Kau dari mana saja?"
Kathleen menghela napas lelah. "Jungkookie, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan kepadamu. Tapi tidak sekarang. Kita harus ke kampus."
"Kau yakin? Kita bisa bolos saja hari ini, 'kan?"
"Aku ingin ke sekretariat, dan aku harus masuk kelas untuk memenuhi minimal masuk."
Beberapa saat kemudian, Jungkook mengangguk. "Baiklah kalau begitu."
Kathleen berpanitan untuk ke unitnya, mengambil tas yang lain, yang isinya tak pernah dikeluarkan atau diganti. Dia memakai hoodie, lalu kembali ke bawah.
Di mobil Jimin, mereka berbicara sedikit, tentamg buletin yang sudah dibagi, tentang Jungkook yang panik mengetahui Kathleen tidak masuk dan tidak bisa dihubungi.
Sampai di kampus, Kathleen sekali lagi menunda untuk bercerita. Gadis itu meminta Jungkook menunggu di kantin, karena dia harus meminta maaf atas ketidakhadirannya saat pembagian buletin.
Kathleen meletakkan tasnya di meja komputer. "Aku minta maaf karena baru bisa datang. Aku kesiangan."
Sementara itu, di kantin gedung klub, Jungkook sudah duduk di salah satu bangku bersama segelas susu soda. Kantin ini sepi sedang mengingat kebanyakan orang sedang kelas.
Tak lama kemudian, Kathleen pun datang. Dia langsung duduk di depan Jungkook.
"Minumlah," kata Jungkook sambil mendorong gelasnya.
Kathleen meminum susu soda itu.
"Jadi, bagaimana?"
"Aku belum pernah menceritakan tentang ini ke siapa pun. Soal ayah. Dulu kau pernah bertanya, tapi aku tidak menjawab."
Jungkook menyimak.
"Ayahku sudah ... meninggal, kemarin siang. Sekarang aku yatim piatu, Jung."
Jungkook meraih tangan Kathleen, membuat Kathleen yang mendadak menunduk itu menghela napas. Tak merasa cukup, Jungkook bergegas berdiri dan memeluk kekasihnya yang duduk itu dari samping.
"Maaf karena memintamu bercerit."
Kathleen menggeleng. "Akulah yang ingin bercerita."
Mendengar itu, Jungkook menyeret kursinya agar bersebelahan dengan Kathleen. Dia kembali duduk, siap mendengarkan.
"Baiklah. Aku mendengsrkan."
"Dulu, aku sangat membencinya. Karena itu aku tinggal sendirian di unit apartemen ibu. T-tapi, kemarin, tiba-tiba ada ... yang memberitahuku tentang ayah. Awalnya aku tidak mau datang, tapi aku malah tetap datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN: Wild Flower
FanficKathleen hanya ingin menjadi jurnalis, sambil berpacaran dengan Jungkook setiap hari. Tapi, tiba-tiba, ayahnya yang mafia itu meninggal dan mewariskan semua-muanya, kepadanya. SEVEN: Wild Flower © @charuandati In cover : @baasmabwsy