Chapter 8: Diculik

87 5 0
                                    

Esa POV

Dua minggu telah berlalu namun Bang Sam masih belum juga pulang. Kami juga sudah bertanya kepada banyak orang apakah Abang bersama mereka tapi nyatanya enggak. Aku dan Bunda sangat sedih. Saat ini kami berada di ruang tamu.

“Bunda, ayo kita cari Abang.”, ajakku pada Bunda.

"Kamu nggak lihat, Esa? Bunda kesulitan menemukannya."

“Tapi kita nggak boleh menyerah. Kita harus menemukannya.", kataku sambil berdiri. Bunda baru saja keluar.

Sebelum Abang pergi, aku memasukkan surat hasil tugas bahasa Inggris ke dalam tasnya tanpa dia sadari. Aku harap dia membacanya. Aku berjalan keluar menuju sekolah. Aku membungkuk saat berjalan karena begitu banyak kesedihan yang kurasakan. Aku terkejut ketika tiba-tiba sebuah mobil van berhenti di depanku dan beberapa pria bertopi keluar.

“Ikut dengan kami!”, seorang pria berkata padaku dan memegang lenganku erat-erat.

"Tunggu! Siapa kalian?!”, teriakku pada mereka tapi mereka nggak menjawabku. Mereka memaksaku untuk memasuki van dan aku nggak bisa berbuat apa-apa karena eratnya cengkeraman mereka. Mereka bahkan menyuntikku yang menyebabkanku kehilangan kesadaran.

Aku terbangun di tempat yang gelap. Mulutku ditutup lakban dan tangan serta kakiku diikat. Ini sudah malam jadi aku sudah berada di sini selama beberapa jam. Seorang pria masuk. Dia berada dalam tahap awal dewasa.

“Lo udah bangun, Mahesa Akihiro Ogawa.”, Aku terkejut dengan apa yang dikatakan pria itu. Bagaimana dia mengenalku?

“Jangan kaget. Lo itu putra bungsu dari pemilik Perusahaan Ogawa dan Aurora Spa.", Aku teringat keluarga kami yang terkenal. Aku ingin bicara tapi nggak bisa karena lakban. Pria lainnya juga masuk.

“Hen! Lo udah di sini.", Kata orang yang berbicara padaku tadi kepada Hen. Apa itu namanya? Hanya itu yang kudengar dari dia.

"Kas! Kaget gue.", Jawab Hen pada Kas.

"Don! Kalau udah dapat uang, beli apa dulu?", Tanya Kas pada Don.

“Gue belum kepikiran apa pun.”, jawab Don. Mereka bertiga bersekongkol.

Aku hanya bisa memikirkan satu. Mereka menculikku untuk meminta tebusan. Sangat sulit untuk menjadi kaya. Aku harap Bang Sam ada di sini. Aku membutuhkannya sekarang. Tuhan tolong aku. Kas melepas lakban dari mulutku.

“Mahesa. Gimana kabarmu?", tanya Kas padaku.

“Nggak usah banyak tanya deh .”, Jawabku. Dia memukulku dengan keras.

"Lo kasar! Hormatlah!”, kata Don.

“Bagaimana aku bisa menghormati kalian kalau kalian nggak tahu cara menghormati sesama kalian?!”, teriakku pada mereka.

“lo masih ngejawab aja!”, Kas kembali memukulku. Aku belum pernah merasakan sakit fisik seperti ini sebelumnya, bahkan dengan Haikal.

"Kenapa? Kalo apa yang kalian lakukan kepadaku dilakukan ke kalian, bagaimana perasaan kalian? Aku juga manusia jadi aku mempunyai perasaan yang sama.", jawabku lagi.

"Biarkan saja bocah bodoh itu. Besok pagi, telpon Ogawa.", perintah Hen.

“Ayah nggak ada di Indonesia!”, teriakku.

“Kami tahu itu. Kami akan menelepon istrinya.", kata Hen lagi.

✨To Be Continue💫

Best Abang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang