Karlie's POV
"Kenapa aku payah sekali?" gumam Edward saat kalah ketiga kalinya dalam permainan hockey.
"Kau tidak pernah bermain ini sebelumnya?" tanyaku disela-sela tawa. Edward menggeleng dan melirik jam tangannya.
"Sepuluh menit lagi filmnya mulai, ayo." ia melambaikan satu tangan dan kami berdua meninggalkan tempat bermain.
Dipertengahan film aku meletakkan satu kaki diatas paha kiriku dan sesekali menyeruput minuman. Edward menawarkan popcornnya namun aku menolak entah untuk yang keberapa kali. Ia tersenyum jahil dan menjejalkan segenggam popcorn kemulutku-- tanganku memegangi pergelangan tangannya agar ia berhenti menjejaliku. Ia hanya menahan tawa dan tidak menarik tangannya, lantas ke cengkeram pergelangannya dengan kuku-kuku jariku dan ia spontan langsung menarik tangannya. Popcorn pun berjatuhan dibajuku dan anehnya aku tidak marah, justru tertawa dan disusul Edward beberapa detik kemudian.
"Ssshhh.."
Kami menengadahkan kepala dan melihat seorang penonton yang sedang melihat kami dengan jengkel. Aku dan Edward pun lanjut tertawa tapi kali ini dengan kedua tangan menutupi mulut kami. Alhasil konsentrasi kami pada film ini buyar dan setelah beberapa menit baru kami berhenti tertawa sambil bernafas tersenggal-senggal. Kubersihkan popcorn dari bajuku dengan telapak tangan, Edward mengulurkan satu tangannya-- entah untuk apa. Lalu ia menarik popcorn dari bahuku dan membuangnya. Tidak sampai disitu, ia masih menatapku sambil tersenyum.
Entah apa yang terjadi di film yang kami tonton, aku tidak peduli. Aku terlalu fokus menatap mata Harry. (DOnt correct me, i did write harry ok) Dari mata pandanganku turun ke bibirnya, tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku. Hal selanjutnya yang aku tahu, bibirku dan Harry sudah terkait dan ia menciumku balik.
"Karlie.." katanya disela-sela ciuman. Aku tersenyum lemah dan tiba-tiba seakan kepalaku baru dipukul tongkat bisbol-- mataku membelalak menyadari apa yang telah kulakukan.
"Maaf, aku--" aku tidak tahu harus berkata apa. Sedangkan Edward hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Langsung kualihkan fokus ke film yang kami abaikan. Sepanjang film ini diputar sesekali aku melirik dengan ekor mata dan mendapati Edward yang memperhatikanku.
****
Sesampainya diapartemen Maya sudah tidak ada dan sama halnya dengan Harry. Kuhempaskan tubuh diatas kasur dan meregang sambil mengerang rendah. Lalu menatap langit-langit kamar sambil mengingat-ingat kejadian di bioskop tadi.
Saat ini aku bingung, apa aku menyukai Edward karena pribadinya atau karena wujudnya? Atau aku tidak menyukainya? Nah, aku menyukainya. Tapi karena faktor apa?
Karena tidak ada hal seru yang dapat dilakukan, aku memutuskan untuk memanggil Harry untuk yang kedua kalinya hari ini. Saking malasnya aku bermeditasi diatas kasur sambil duduk bersilah dan memanggil nama Harry.
"Hei," katanya lalu berjalan menghampiriku dan hendak menciumku. Namun aku menghindar karena teringat Edward. Alis Harry bertaut dan ia tampak bingung.
"Kenapa?" tanyanya. Aku menggeleng dan menciumnya.
"Bagaimana tadi mencari kadonya?" tanyanya dengan nada agak aneh.
"Ya, ya seperti itu." kataku sambil tersenyum malas. Harry mengangguk dan memelukku dari samping, dagunya diistirahatkan dipundak kananku. Setelah beberapa detik ia memelukku lebih erat dan mencium pipiku.
Kalau ia bertingkah seperti ini aku semakin merasa bersalah atas apa yang kulakukan. Kuletakkan tangan kiriku dikepalanya dan mengusap-usap rambutnya.
"Harry.." panggilku.
"Hmm?"
"Aku harus memberitahumu sesuatu," kataku. Harry langsung duduk tegak dan memperhatikanku.
Kutarik nafas panjang sebelum memulai. "Aku mengerti jika kau ingin melempar vas bunga ke kepalaku setelah aku memberitahumu, tapi tolong jangan langsung pergi." kataku sambil melirik vas bunga di jendela kamarku.
"Aku tidak akan melempar vas ke kepalamu," kata Harry dengan kedua ujung bibirnya melengkung kebawah.
Aku mengangguk dan menarik nafas lagi, "Aku.. aku mencium Edward." Setelah kata-kata tersebut keluar aku langsung mengerutkan wajah menunggu reaksi Harry. Ia hanya melihat ku dengan.. kecewa? Aku tidak tahu apa maksud eskpresinya. Tiba-tiba ia memalingkan wajah dan menatapku lagi dengan alis bertaut.
"Kenapa?" tanyanya. Aku mengangkat alis mempertanyakan maksudnya.
"Kenapa kau menciumnya?" tanyanya lebih jelas.
"Karena aku melihatmu, maksudku, aku.." aku kebingungan mencari kata yang tepat.
"Aku mengerti maksudmu." selanya lalu menunduk.
"Aku tahu kau menyukainya." ujarnya tiba-tiba.
"Aku tidak menyukainya." bantahku.
Harry tersenyum dan menjilat bibirnya. "Aku tahu kau. Aku tahu kau menyukainya. Dan bukan karena wujudnya saja, kau menyukai sifatnya. Kau suka menghabiskan waktu dengannya." katanya dengan sedih.
"Harry.."
"Tidak apa, aku mengerti." ia meraih tanganku dan menggenggamnya.
"Kuakui aku menyukainya," ujarku pelan, "tapi aku tidak mencintainya. Aku mencintaimu,"
Harry menatapku dari balik bulu matanya, "Kau akan mencintainya."
Aku menatap Harry dengan bingung, "Maksudmu?"
Harry mencium keningku dan tersenyum menunjukkan kedua lesung pipinya, "Aku akan membuatmu mencintainya."
I decided to update now karena commentnya lebih dari 5 lol. HArry is hurt, kasian ya.
Comment #teamharlie atau #teamedwarlie
Voteeeee x.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here We Go Again (Sequel to Gone)
FanfictionSequel to Gone Setelah Harry pergi untuk selamanya Karlie benar-benar terpuruk dan menjauhkan diri dari teman-teman dan keluarganya, namun semua itu berubah saat ia memulai hidup baru di New York untuk menimba ilmu kejenjang yang lebih tinggi. Takdi...