sembilan belas

25.7K 2K 49
                                    





Kaili terbangun dengan keringat membasahi rambut bahkan sampai tembus ke sarung bantalnya. Ia kemudian duduk dengan pikiran yang kembali tertuju pada mimpi barusan. Di mimpinya, ia melihat dirinya dan Gabriel tengah berkumpul di area taman mansion. Mansion yang terkesan dingin dan menakutkan seketika berubah funny dan penuh warna-warni. Selain mereka berdua, Kaili juga melihat seorang anak kecil yang wajah dan jenis kelaminnya tidak ia ingat. Anak kecil itu berjalan dengan langkah tertatih-tatih dan Gabriel membuntuti di belakang, sedangkan Kaili memilih duduk di atas tikar. Persis seperti keluarga bahagia yang sedang berpiknik di hari minggu yang cerah.

"Mengerikan." Kaili seketika bergidik seraya mengusap kedua lengannya. "Bagaimana bisa aku bermimpi hal mencekam seperti itu." Kaili menoleh ke nakas untuk meraih air minum namun detik itu juga bibirnya mengerucut kecil ketika mendapati teko yang kosong. "Abaikan saja. Besok pagi-pagi aku bisa minum sepuasku."

Namun, lima detik setelah kepalanya kembali menyentuh bantal, Kaili lagi dan lagi menghela napas kesal. Tenggorokannya yang awalnya baik-baik saja mendadak berubah kering kerontang. Hal itu membuat ia mau tak mau kembali bangkit untuk pergi ke dapur demi memuaskan dahaganya. Saat sedang menguncir rambut, atensi Kaili teralih pada sisi kasur yang kosong. Tanpa sadar, keningnya mengerut dalam.

"Di mana pria itu?" tanya Kaili seraya celingukan. Selesai makan malam bersama, Kaili memang lebih dulu kembali ke kamar untuk tidur dan tidak menghiraukan keberadaan Gabriel lagi. "Ah, kenapa aku harus repot-repot mencarinya. Dasar bodoh!" Kaili menepuk pelan keningnya sebelum meraih teko dan membawanya ke dapur.

Ia memilih melewati anak tangga dengan maksud ingin berolahraga sebentar. Ia percaya diri jika rutin naik turun tangga maka perut buncitnya akan kembali datar. Sampai di lantai dasar, bersamaan dengan napas Kaili memburu kuat. Wajah putihnya perlahan berubah kemerahan seiring dengan keringat sebiji jagung menuruni leher dan pelipis.

Setelah berdiam hampir tiga menit, Kaili lanjut melangkah menuju dapur dan ketika akan melewati ruang makan, kening Kaili kembali mengerut. Seonggok badan tinggi tegap dalam balutan piyama hitam tampak bergerak pelan seiring dengan bunyi decapan yang terdengar agak nyaring. Cairan merah muda turun membasahi dagu dan menetes pada kerah piyama yang dipakainya. Tanpa sadar Kaili menelan ludah kasar.

Ia ingin semangka yang dimakan Gabriel.

Cukup lama ia mematung sebelum akhirnya Gabriel menyadari keberadaannya.

"Kenapa berdiri di sana? Kau lapar?"

Lamunan Kaili sontak buyar. Ia berdecak pelan dan memilih menghidupkan lampu ruang makan. Setelahnya, dia berbalik dan ....

"Hah?! Kau memakan semuanya?" Kaili tampak syok saat melihat dua buah semangka berukuran cukup besar sudah terbelah menjadi delapan bagian dan hampir menyisakan kulitnya saja. Apa pria gila itu ingin terus-terusan kencing tanpa henti?

"Apa ada masalah?" Gabriel malah balik bertanya seraya mengelap bibir serta dagunya dengan tisu. "Aku yang membeli semangka ini, jadi--"

"Ya ya ya, terserah." Kaili berjalan ke dapur untuk mengisi tekonya dengan air. Sebenarnya, di meja makan ada air minum namun ketika melihat itu berada di depan Gabriel, Kaili langsung mengurungkan niat dan memilih berjalan lebih jauh.

Setelah tekonya terisi penuh, Kaili langsung kembali ke kamar dan mengabaikan Gabriel yang kembali mengajaknya bicara. Mendadak ia merasa jengkel bukan main pada dominan itu.

•~•


"Kenapa tiba-tiba aku ingin minum susu putih?" Kaili yang baru saja terbangun lantas menggaruk kepalanya kasar hingga membuat rambut panjangnya berantakan dan mengembang layaknya rambut singa. Tidur nyenyaknya terganggu akibat alam bawah sadar yang terus mengirimkan gambar sebuah kotak kemasan susu bergambar sapi hitam putih.

Crazy Obsession [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang