sepuluh

32.5K 2.2K 13
                                    



Kaili terbangun ketika mendengar suara berisik di dekatnya. Ketika membuka mata, detik itu juga ia melotot tak percaya. Lelaki itu mendongak melihat kedua tangannya yang terikat di atas, sebelum menatap ke sekeliling ruangan yang hanya dipenuhi kardus-kardus bekas. Sesekali ia meringis ketika kepalanya terasa agak nyeri.

"Kau sudah bangun?"

Kaili mendongak menatap seseorang yang entah sejak kapan berdiri di hadapannya. Matanya sedikit menyipit dan ingatannya langsung tertuju pada pria yang tadi siang datang dengan sebuah mobil putih dan menyuruh beberapa bodyguard untuk menurunkan barang. Itu pria yang sama.

"Apa kepalamu sakit?"

Kaili berdecak. "Lepaskan aku, sialan!" Ia sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan barusan.

Keenan menghela napas dan berbalik untuk bersandar di dinding seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku tidak habis pikir kenapa bosku menyukai makhluk ganas sepertimu."

Kaili tersinggung mendengarnya. "Siapa yang kau bilang makhluk ganas? Aku? Hahaha, harusnya katakan itu pada bos sialanmu! Karena julukan itu sangat cocok untuknya."

Keenan memijit keningnya yang tiba-tiba terasa sakit. Ia kira setelah kepergian Katherine ke Dubai, hidupnya bisa agak lebih tenang, namun ekspektasi tetaplah ekspektasi. Dia sama sekali tidak menyangka jika tingkah tawanan bosnya itu hampir menyerupai kelakuan Katherine, kekasihnya.

"LEPASKAN AKU! MAU SAMPAI KAPAN KAU MEMBIARKANKU TERIKAT SEPERTI INI?!"

Tubuh tinggi Keenan terlonjak kaget ketika mendengar teriakan melengking barusan. Sialan, apa lelaki yang sedang terikat itu sebelumnya menelan pengeras suara?

"Yang mengikatmu di sana adalah bos Gabriel dan dia juga yang berhak untuk melepaskan ikatan itu."

Kaili langsung bertindak anarkis. Ia menarik tangannya seraya berharap agar ikatan sialan itu bisa terlepas. Namun, bukan kebebasan yang ia dapatkan melainkan rasa perih karena tindakannya barusan membuat pergelangan tangannya lecet.

Bersamaan dengan itu pintu di hadapan Kaili terbuka yang membuat Keenan langsung menegapkan tubuh. Gabriel berjalan masuk dan menatap Kaili yang terikat dengan sorot dingin, sebelum melirik ke arah Keenan. "Keluar!"

Keenan mengangguk dan pergi dari ruangan itu. Kini tersisa Gabriel dan Kaili di sana. Gabriel kemudian menarik sebuah kursi dan mendudukinya seraya menghisap rokok yang terselip di bibir. Lelaki itu hanya diam dengan tatapan yang intens menelanjangi Kaili yang juga ikutan terdiam. Semua sumpah serapah yang Kaili simpan untuk Gabriel mendadak hilang sesaat setelah mata keduanya beradu pandang.

Kaili merasa terdominasi dengan ekspresi Gabriel yang berbanding seratus delapan puluh derajat dari sebelum-sebelumnya.

"Meskipun aku menyekapmu, tetapi aku menberikan semua kemudahan dan tidak membiarkanmu kelaparan." Gabriel mulai bersuara.

Kedua tangan Kaili yang terikat mulai meremat satu sama lain. Tanpa sadar lelaki itu menunduk. "Semua hal yang kau bicarakan itu tidak berarti apa-apa karena kau membawaku ke sini dengan cara yang salah. Itu salah satu tindakan yang sangat melanggar hukum," sahut Kaili yang untuk pertama kalinya berbicara dengan Gabriel menggunakan nada agak lembut.

"Jadi, aku harus datang baik-baik padamu dan memintamu untuk tinggal bersamaku, lalu dengan senang hati kau akan setuju?" Gabriel melempar rokoknya ke sembarang arah.

Kaili terdiam. Lidahnya tiba-tiba terasa kaku.

"Kau pasti melihat barang-barang elektronik yang dibawa Keenan? Itu semua untukmu. Aku berencana memberimu TV dan ponsel agar kau tidak kesepian di kamar. Tetapi, kau lebih milih bermalam di ruangan ini. Dasar bodoh!" Gabriel terkekeh. "Kau akan diikat di sini sebagai hukuman dan aku tidak akan melepaskan itu ...." Gabriel menunjuk ikatan Kaili. "Sebelum kau tunduk padaku." Pria itu berdiri dan berjalan keluar.

Crazy Obsession [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang