tiga puluh lima

23.6K 1.9K 81
                                    




"Apa yang kau bicarakan? Kenapa kau berpikir sampai sejauh itu?" Bukannya menjawab, Gabriel malah balik bertanya. Satu hal yang ia tahu sekarang adalah isi pikiran Kaili memang sama mengerikannya seperti si empunya.

Kaili menggigit tempura dengan perasaan kesal. Keenan bajingan itu sukses membuat nafsu makannnya anjlok sampai level terbawah. "Akui saja, Gabriel! Aku tidak akan marah. Toh, kita bukan pasangan dan kau bebas mau meniduri siapapun." Kaili melirik sekilas seraya berbicara dengan nada agak keras. Persetan dengan privasi. Dia tidak peduli.

Gabriel rasanya ingin meremas tubuh gemuk Kaili dan menggulung-gulungkannya akibat rasa gemas. Apalagi ketika melihat wajah bulat itu memerah dengan mulut yang terus mengunyah. Menggemaskan sekali. Gabriel terkekeh tanpa sadar.

Kaili yang mendengarnya sontak mendongak dan rasa kesalnya semakin membabi buta ketika melihat Gabriel malah memasang raut jenaka dan bukan menjawab pernyataannya.

"Bicara dengan jelas, Kaili. Aku tidak paham maksud ucapanmu tadi." Gabriel menopang dagu dan menatap lawan bicaranya cukup intens. Ia memilih mengalah daripada membuat lelaki kesayangannya itu semakin marah.

Kaili menaruh sumpitnya dengan gerakan kasar. Ia lalu menarik beberapa lembar tisu untuk mengusap bibirnya yang mungkin saja kotor. "Saat kau melihat hasil pencarianku di internet dan kita bertengkar hebat, kau tidak pulang sampai besok malam. Kau menginap di mansion utama, kan? Dan kau memanggil para pelacur untuk menemanimu, bukan?" tanya Kaili tanpa babibu. Lelaki itu bahkan tidak repot-repot untuk mengecilkan intonasi suaranya yang membuat beberapa orang yang kebetulan lewat di sebelah mereka langsung menoleh, menatap pasangan yang tengah bertengkar itu.

Mendengar itu, raut wajah Gabriel sontak berubah. Ia langsung menegapkan duduknya dan menatap Kaili dengan sorot menelisik.

"Jawab pertanyaanku, Gabriel! Jangan hanya menatapku seperti itu. Kau pikir aku akan takut dan menangis seperti kemarin-kemarin?! Tidak lagi!" Kaili sekarang tak ubahnya seperti seseorang yang baru saja memergoki pasangannya berselingkuh. Ia bahkan terang-terangan menunjuk wajah Gabriel yang masih memperlihatkan raut bingung.

Sadar jika mereka masih berada di tempat umum, membuat Gabriel langsung berdiri seraya mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompet dan menaruhnya di meja, sebelum mengulurkan tangan ke arah Kaili. "Ayo pulang! Aku akan menjelaskan semuanya di mobil."

Kaili menepis uluran tangan itu. "Aku ingin jawaban sekarang."

Gabriel menghela napas dan sedikit mencondongkan tubuhnya pada Kaili. "Jika kau lupa, kita sedang berada di tempat umum, Sayang." Dominan itu berbisik yang sukses mengembalikan kesadaran lawan bicaranya. Kaili menoleh menatap sekeliling dan terlihat jelas jika beberapa orang di restoran itu tengah menatap mereka secara terang-terangan.

Kaili langsung berdiri dan berjalan lebih dulu, meninggalkan Gabriel yang sontak menghela napas lelah. Dominan itu memberi kode pada salah seorang pelayan jika ia menaruh uang beserta tip di meja, sebelum bergegas menyusul lelaki kesayangannya.

Di sela langkahnya, Gabriel masih tidak habis pikir dengan isi pikiran Kaili yang menurutnya sangat absurd sekaligus random. Kaili tidak tahu saja akan satu fakta besar dalam kehidupan dominan itu sekarang. Karena setelah Gabriel menidurinya dulu, pria besar itu seolah tidak memiliki nafsu kepada orang lain lagi dan sampai sekarang pun dominan itu tidak pernah lagi melakukan hubungan badan. Itu merupakan rekor besar karena sebelumnya, Gabriel dan nafsunya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Itulah alasan kenapa Gabriel sangat kebingungan ketika mendengar pertanyaan random Kaili tadi.

****



Crazy Obsession [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang