tiga belas

29.6K 2.1K 42
                                    





Sampai malam tiba, Katherine tidak kunjung datang. Sejak tadi, Kaili terus mondar-mandir seraya menggigiti kuku tangannya. Saat Gabriel masuk tadi, Kaili sempat bertanya perihal Katherine namun pria sialan itu tidak menjawab sama sekali dan malah memutar pembicaraan ke arah lain.

Terlalu banyak bergerak membuat sendi Kaili terasa akan lepas. Lelaki itu kembali duduk seraya menatap rantai yang melingkar di pergelangan kakinya. Dia kembali menghela napas ketika mengingat nasibnya sekarang. Ia bahkan tidak sempat menghitung sudah berapa lama dirinya disekap di tempat ini. Ia tentu saja sangat merindukan kehidupan normalnya. "Apa yang sudah dilakukan Sophia ketika tahu jika aku menghilang tanpa kabar?" monolognya.

Emosi Kaili mendadak berubah kacau. Matanya perlahan memanas ketika sebuah kesadaran kembali menghantamnya jika sekarang kebebasan yang ia miliki sudah direnggut seseorang. Seumur hidupnya, lelaki itu tidak pernah mengusik siapapun, dia selalu menghindari masalah dan pertikaian karena ia mempunyai mimpi untuk hidup dengan damai dan tenang. Namun sekarang kenyataannya berbeda. Kaili merasa jika semua hal baik yang sempat ia lakukan, kini seolah sia-sia.

"GABRIEL SIALAN!" Kaili berteriak sekeras mungkin sebelum menelungkupkan wajahnya ke paha. Bahunya sedikit bergetar akibat kefrustrasian yang ia rasakan. Setelahnya, ia mengangkat kepala dan melempar gelas berisi air ke sembarang arah. "Bagaimanapun juga aku harus kabur dari sini."

Tak berselang lama, Emily masuk sambil membawa nampan berisi makan malam. Entah karena tidak sadar dengan kekacauan di hadapannya atau apa, wanita itu berjalan dengan langkah terburu-buru hingga ....

"FUCK!"

Mangkuk berisi sup yang masih mengepul panas jatuh dan tumpah ke kaki Kaili ketika dengan cerobohnya, Emily malah tersandung kakinya sendiri.

Kaili sontak berteriak kencang ketika kaki kanannya terasa sangat panas dan perih yang perlahan membuat kulit putihnya berubah memerah. Ia bergerak tak tentu arah sambil mengipasi kakinya yang tindakan itu sebenarnya tidak berefek apa-apa.

Gabriel yang mendengar kericuhan itu langsung berlari menuju ruangan tempat Kaili dikurung dan detik itu juga wajahnya langsung mengeras. Pria itu melangkah mendekat dan segera melepaskan ikatan rantai di pergelangan kaki Kaili.

"Pa-panas ...." Wajah Kaili pun ikut memerah akibat rasa tak nyaman di kakinya.

"KENAPA KAU HANYA DIAM?! PANGGIL DOKTER ALBERT SEKARANG!" Amarah Gabriel meluap-luap ketika menyadari Emily hanya diam mematung di tempat. Barulah setelah mendengar suara bentakan, wanita itu langsung keluar seraya terisak pelan. Ia tahu jika tidak menutup kemungkinan dirinya akan langsung dipecat setelah ini.

Gabriel langsung mengangkat tubuh Kaili di depan dada dan membawanya keluar. Kaili yang diperlakukan ala bridal tidak memiliki kekuatan lagi untuk berontak karena rasa sakit di kakinya mengalahkan kewarasannya.

Saat akan memasuki lift, langkah Gabriel terhenti ketika mendengar suara Emily yang bergetar ketakutan. "Do-dokter Albert sedang berada di Australia, Tuan. Beliau tengah menghadiri wisuda anak bungsunya."

Gabriel sontak memejamkan mata, hingga kesadarannya kembali ketika merasa kerah kemejanya dicengkeram kuat. Melihat Kaili yang semakin merintih membuat pria itu langsung masuk ke lift dan menekan angka satu di sana. Ia akan membawa Kaili ke rumah sakit.

Dengan raut panik yang tercetak jelas, Gabriel mendudukkan Kaili di kursi penumpang. "Aku akan menyetir sendiri." Gabriel merampas kunci mobil dari salah satu bodyguard sebelum masuk ke kursi kemudi. Setelah menghidupkan mesin mobil, ia melajukan kendaraan roda empat itu dengan kecepatan tinggi.

Crazy Obsession [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang