tiga puluh dua

23.4K 2K 149
                                    

disclaimer: latar di cerita ini SANGAT BEDA dari latar cerita pada umumnya. di sini itu uke bunting adalah hal biasa (anggap aja omega) tapi ga ada istilah feromon-feromon.






"TUAN!"

Kepala pelayan yang kebetulan mendengar keributan itu langsung berlari mendekati Gabriel yang tampak diselimuti amarah. Dengan keberanian yang tiba-tiba muncul, wanita itu berusaha memisahkan keduanya. "Saya mohon tolong lepaskan Tuan Kaili! Dia bisa mati kehabisan nafas, Tuan."

Gabriel langsung melepaskan cengkeramannya ketika kesadaran menghantamnya telak. Ia refleks mundur ketika melihat Kaili jatuh terduduk seraya memegangi lehernya yang memerah. Air mata sudah meleleh menuruni pipi lelaki manis itu. Dengan sorot terluka, Kaili mendongak menatap Gabriel yang diam.

"Kau selalu menyalahkanku." Kaili berkata dengan suara dipaksakan lantang. Persetan dengan ucapannya yang akan didengar oleh para pelayan dan penjaga. Dia sudah sangat muak. "TIDAK-KAH KAU TAHU JIKA AKU SANGAT TERSIKSA, GABRIEL?! RASANYA AKU HAMPIR MATI." Isakan Kaili semakin menguat, mengisi area tangga yang sangat sunyi. Teriakan itu bahkan terdengar sampai ke lantai dasar.

Kaili lalu menunjuk perutnya sendiri. "D—dia selalu datang ke dalam mimpiku, G—Gabriel!" Air matanya kian turun dengan sangat deras bahkan membuat bahunya bergetar hebat. Kepala pelayan yang melihat itu langsung pamit undur diri.

Kembali ke Kaili yang masih sesenggukan hebat. Dengan posisi bersimpuh di anak tangga, lelaki itu kembali mendongak. "A-aku bahkan tidak bisa tertidur nyenyak. Setiap aku memejamkan mata, anakku akan datang dan menatapku dingin. Ka-kau tau apa yang dia katakan...?"

Gabriel masih terdiam. Namun, raut wajahnya masih belum melunak. Entah apa yang sedang dipikirkan dominan itu.

"I ha-hate Papa... Dia bilang dia me-membenciku. Anakku membenciku, G-Gabriel." Tangisan Kaili terdengar semakin menyayat hati. Tubuh ringkihnya ikut bergetar hebat akibat intensitas tangisannya yang semakin meningkat. "Itu alasanku mengkonsumsi obat tidur. A-aku hanya ingin tidur dengan tenang. H-hatiku tidak cukup kuat untuk terus-terusan menerima fakta jika anakku membenciku dengan sangat."

Perlahan, kepalan tangan Gabriel mulai melunak.

"Dan perihal pencarianku di internet kemarin, a-aku mencari tahu makanan apa saja yang bisa membahayakan janin agar aku bisa menghindar untuk tidak memakannya. A-aku tidak ingin mengulangi kebodohanku lagi." Kaili menambahkan seraya mengusap wajahnya yang basah dan memerah. "Kau membuatku seolah menjadi tokoh paling jahat yang pernah ada. Kau selalu melontarkan makian kasar dan itu sangat menyakitiku asal kau tahu...."

Kaili berusaha berdiri seraya mencengkeram besi tangga. "Kaulah penjahat yang sesungguhnya, Gabriel. Berapa banyak tindak kejahatan yang kau lakukan padaku. Kau menculikku, melecehkanku, mengurungku seperti binatang, dan memaksaku untuk mengandung anakmu. APA AKU HARUS DIAM MENERIMA SEMUA ITU?! BUKANKAH WAJAR JIKA AKU MEMBERONTAK?! MESKIPUN MENTALKU SEMPAT TERGANGGU TETAPI AKU MASIH WARAS, SIALAN!" Kesedihan Kaili berubah menjadi amarah yang sangat membara. Sekarang, dia menangis bukan lagi karena sedih melainkan karena emosi yang sudah sejak lama ia pendam. Ia akan mengeluarkan semuanya sekarang.

"Kenapa aku yang disalahkan? Aku korban di sini...." Suara Kaili tiba-tiba merendah. Tampaknya, kewarasan lelaki itu mulai terguncang. "Kenapa dunia tidak adil padaku. Kenapa harus aku yang menerima semua ini. Aku tidak sekuat itu."

Hingga, fokus Gabriel teralih saat menyadari keanehan pada diri Kaili. Dominan itu langsung mendekat ketika melihat tubuh mungil itu sedikit terhuyung dan akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Melihat wajah Kaili yang sangat kacau, membuat perasaan pria itu semakin berubah tidak nyaman. Rasa bersalah seketika menghantuinya.

Crazy Obsession [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang