00. Prolog

269 112 185
                                    

"Tidak semua orang memiliki nasib yang sama,

entah itu nasib baik maupun buruk."

-Hadwin Maverik-

-----

Awan terlihat cerah dengan matahari yang tidak menyengat wajah dengan ditemani layang-layang yang berlenggok-lenggok adalah suasana yang memanjakan mata. Ditambah dengan angin yang setia membantu layang-layang itu berembus pelan dapat menyejukkan hati. Namun, keindahan ini pun tidak bisa menyamarkan lara hatiku. Aku, seorang remaja lelaki bernama Hadwin, harus hidup dalam kepedihan yang luar biasa pedih sejak tubuh ini masih kecil.

Anak-anak bermain dengan gembira. Tertawa, berlari, berteriak, adalah hal yang biasa bagi hari-hari mereka. Siapa saja akan ikut tertawa lepas melihat sosok mereka yang sedang bersenda gurau itu. Kata orang, masa kecil adalah masa bahagia. Dalam hati ku tertawa, meremehkan.

Tampak para remaja yang sedang berjalan beriringan dengan satu kawannya yang mungkin biasa disebut sahabat. Mereka terlihat berjalan dengan suka cita ke sana dan ke mari. Kata mereka, sahabat adalah teman senang dan duka yang terbaik. Dalam hati ku mencela, mengingkari.

Orang tua mengantarkan teman-temanku dengan senda guraunya di depan gerbang sekolah. Teman-teman mengisahkan betapa senangnya mereka dengan orang tua mereka. Kata mereka, orang tua adalah tempat curhat terbaik di muka bumi ini. Dalam hati ku mencemooh, meludah.

Sekarang, ketika dunia sudah tak lagi berpihak padaku, biarlah...Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun...daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terengutkan dari tangkai pohonnya.


To be continued ...

[Hiatus] Who Am I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang