"Apa gunanya punya keluarga jika kita sendiri tidak dianggap?"
-Hadwin Maverik-
----- ----- -----
Tepat hari ini, usiaku sempurna sudah mencapai 14 tahun. Tak ada perayaan mungkin, tak ada apa-apa yang istimewa. Tak apa, yang penting masih hidup bukan?
Sudah 8 tahun aku bertahan sejak insiden itu. Ah, seharusnya aku juga senang atas keberhasilan adikku. Sayang sekali nasib kami tidak sama. Dia beruntung, aku yang buntung.
Tak imbas. Aku juga ingin.
"Tuan, sudah saatnya anda turun," ucap salah satu asisten yang kerap mengurus diriku.
Aku mendesah pelan. Kuatur napas. Tak bersemangat. Pasti di kalbuku akan terpahat luka lagi.
Sudahlah, ayo semangat Hadwin! Tak ada gunanya bersedih dan merenung.
Perlahan bangkit dari ranjang yang ku tempati tadi dan melangkah keluar dari kamar menuju lantai bawah. Ruang tamu.
Ramai. Tentu saja, ada rangka penting kali ini. Hari ini aku tidak berangkat ke sekolah karena itu. Lihat, bahkan kakek dan nenek juga ada disini. Tak terkecuali paman, bibi, dan sepupu. Adik-adikku juga ada. Dan...Heden sepertinya dibanjiri pujian.
"Heden baik, mau apa? Kakek kasih apa saja deh untukmu."
"Heden keren deh bisa dapat predikat Siswa Terbaik. Keponakan terbaik kamu nih."
"Adik yang pintar. Lebih baik dari kakaknya."
Hatiku panas mendengar kalimat terakhir itu. Kulirik orang yang berstatus sepupu itu dengan tajam. Alex, nama orang itu membalas tatapanku dengan menjulurkan lidah. Rasa geram bertambah.
"Baiklah, mengingat hari ini merupakan hari ulang tahun Heden dan...Hadwin jadi mari kita rayakan," jelas Kakek yang disusul suara teriakan senang dari yang lain.
Aku sedikit terkejut mendengar namaku disebut. Tidak biasa. Sebab yang biasa dirayakan ulang tahunnya adik-adikku.
Ya, aku dan Heden lahir di tanggal dan bulan yang sama. Hanya berbeda tahun saja. Tapi waktu aku menginjak usia 6 tahun ulang tahunku tidak pernah dirayakan lagi. Hanya Heden saja. Dan adik-adikku yang lainnya.
"Dan...kakek punya hadiah untuk Heden."
Kakek memberikan 2 cabang perusahaan HM Group milik Kakek. Juga 3 lusin mobil Lamborghini. Aku kaget mendengarnya. Tampaknya Heden juga kaget. Suara riuh tepukan tangan memenuhi ruangan ruang tamu ini.
"Tapi Kakek, saya masih terlalu kecil untuk hadiah i..."
"Sst, cucu Kakek sudah mengharumkan nama Maverik. Jadi sudah pantas saja kamu Kakek beri hadiah."
Sepertinya Heden mengucapkan terima kasih kepada Kakek. Aku tak terlalu memperhatikan lagi. Hatiku sudah sirik mendengar semua ini. Perih.
"Heden, ayah punya hadiah untukmu."
Ayah memberikan salah satu cabang perusahaan HM Group asuhan Ayah.
"Ini untukmu, anakku."
"Dan...untuk Hadwin rumah kecil di belakang mansion ini. Selamat!"
Tepukan tangan beriuh kembali. Tapi aku hanya tersenyum palsu, di hatiku sakit. Aku merasa ini bukanlah hadiah, bukan.
Ya, memang ini pertama kalinya aku mendapat hadiah setelah 8 tahun silam. Tapi, kali ini seperti ada maksud lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Hiatus] Who Am I ?
Teen FictionHiatus | Remaja - Drama | 13+ ====== "Aku selalu merasa ditinggalkan, tidak berharga, dan kadang-kadang tidak dicintai" - Hadwin Maverik- Setiap bunga memiliki makna yang mendalam. Aku adalah bunga Eglantine, "𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘮...