03. Sial

121 76 216
                                        

"Sulit sekali untuk bercerita tentang masalahku."

-Hadwin Maverik-

----- ----- -----

Perlahan-lahan kubuka mata ini yang disuguhkan oleh secercah cahaya di depannya. Ternyata diriku berada di sebuah ruangan bercat putih dengan papan nama 'UKS' di pintu. Aroma UKS yang khas obat menyeruak masuk ke dalam rongga hidung mancungku.

"Lu sudah sadar? Nih, gue tadi belikan roti buat lu."

Kata seseorang yang tampaknya duduk di samping bahuku. Ku tengokkan wajah milikku ke sumber suara itu dan melihat wajah Dafi yang terlihat senang bercampur khawatir. Ada rasa lega di hati ini setelah melihat masih ada yang khawatir padaku.

"Kenapa aku ada di sini?"

Tanyaku pada Dafi. Sambil menunggu jawaban dari orang itu kuedarkan pandangan ini ke segala arah, melihat-lihat ruangan ini.

"Tadi lu pingsan waktu di kantin. Udah rotinya dimakan saja," ujarnya dengan diiringi tangannya yang menyodorkan 2 roti abon yang dia bawa sedari tadi.

"Oh iya, thanks."

Dengan tangan terulur, ku terima roti pemberiannya. Wajahnya mengangguk pelan dengan emoticon jempol.

Suasana di ruangan putih yang biasa dipanggil 'UKS' hening seketika saat aku dengan sibuknya mengunyah roti tadi, sedangkan Dafi sedang sibuk dengan handphone bermerk iphone-nya.

Setelah aku selesai makan dia tidak fokus lagi pada handphone.

"Win, lu nanti istirahat saja."

Kalimat itu keluar dari mulut Dafi.

Aku menatap Dafi dengan pandangan bertanya. Ada perasaan senang saat saran itu tiba, namun tentu saja aku tahu batasannya.

"Kader tadi ngomong kalau lu pingsan karena lelah, jadi to..."

"Sudah, Fi. Aku kuat kok, tidak seperti yang kau pikirkan," kataku menyela kalimatnya sambil beranjak dari ranjang yang baru saja aku tempati tadi.

"Yuk ke kelas"

"Woke bos"

Kami berdua segera berjalan menuju kelas, takut telat.

Namun di tengah jalan tidak sengaja kami bersitatap dengan Pak Rudi. Kami mengucapkan salam dan menundukkan kepala sebagai tanda permisi.

"Berhenti dulu kalian, Bapak mau ngomong sama kalian"

Pak Rudi tidak membalas tapi memanggil kami. Entah apa yang akan dibincangkannya. Kami berdua lantas mendekati Pak Rudi.

"Ada apa, Pak?" Tanyaku pada Pak Rudi dengan hati penuh penasaran.

"Kalian akan disertakan lomba OSN. Hadwin olimpiade kimia dan Dafi ikut OSN biologi. Jadwal pelajaran kalian besok hanya sampai jam sepuluh, selebihnya kalian datang ke ruangan Bapak. Sekarang Kalian boleh langsung pulang," terang Pak Rudi kepada mereka.

Mata Dafi terlihat semringah mendengarnya, namun aku tidak. Ada rasa cemas di hatiku ini.

"Baik, Pak"

Kami berdua memandangi punggung orang yang barusan bertemu itu pergi meninggalkan kami.

"Padahal gue sama sekali gak ada niat ikut olimpiade, tahun ini gue udah bernadzar gak ikut dulu. Eh ternyata sama saja, mana mungkin kan kalau gue nolak sama yang lebih tua."

[Hiatus] Who Am I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang