3. That Man Is A Monster

278 46 22
                                    

🎵Melly Goeslaw - Promise

CALLISTO

Suara alunan musin terdengar memenuhi aula Dione. Aula ini tidak terlalu besar sehingga suara para bangsawan dan musik beradu menjadi satu yang membuat gendang telinga Yelena kurang nyaman. Kakaknya tadi bilang bahwa sebenarnya pesta ini di adakan di aula Oberon yang lebih besar, dimana itu adalah aula yang sering digunakan untuk acara besar kerajaan.

Namun, entah kenapa Putra Mahkota Bastian tiba-tiba saja mengubah tempat pestanya dari aula Oberon ke aula Dione sehingga kapasitas tamu undangan meluap seperti sekarang. Bahkan, Yelena pun sampai susah menemui Joolena karena jarak tempat mereka yang lumayan jauh. Joolena berdiri di tengah aula yang dekat tangga dengan di dampingi Bastian, sedangkan Yelena berdiri di depan balkon dekat dengan pintu kerajaan bagian timur.

'Ya, benar. Pria yang ada di butik tadi bilang bahwa monster itu akan lewat disini, bukankah ini waktunya melihat siapa monster itu?'

Yelena mengutuk dirinya sendiri. Kenapa dalam dirinya rasa penasaran lebih besar dari pada rasa takut, gadis itu yang memiliki tubuhnya sendiri saja bingung, apa lagi orang lain. Mau dicegah atau diancam seperti apa pun, jika seorang Yelena sudah penasaran, ya ia wajib melihatnya.

Mata biru Yelena menelusuri seluruh jalanan timur dari atas balkon, seperti tak ada kehidupan. Apakah ia salah dengar? Tapi Yelena yakin bahwa monster itu akan muncul.

"Apa lebih baik aku turun saja?." gumam Yelena berbicara sendiri.

"Lady ingin turun?."

Yelena berbalik, seorang pria bertopeng yang berbicara padanya terdengar familiar.

"Anda ingin turun kebawah Lady?." ujar pria itu lagi.

Yelena menilik, gadis itu membulatkan matanya kala mengingat kejadian tadi siang di butik, 'Pria ini yang mengancam ku!'

Pria berpenampilan serba hitam dengan topeng di bagian matanya, mata pria itu biru gelap yang menambah kesan menakutkan di penglihatan Yelena. Tapi, gadis itu sama sekali tidak takut. Toh pria yang di butik hanya tau bahwa Yelena menguping, bukan wajah dan bentuk tubuhnya.

Senyum kaku Yelena tunjukan, pria itu pun tau kalau Yelena tak nyaman dengan percakapan ini, bahasa tubuh Yelena terlalu ketara dari pada bangsawan lain.

"Em, aku-, saya hanya melihat-lihat saja." balas Yelena seadanya.

Pria itu tersenyum, tangannya terulur dengan sedikit bungkukan di punggung gagahnya. Mata biru gelap pria itu menatap Yelena dalam.

"Jika anda mengizinkan. Boleh saya berdansa dengan Lady? Dipinggiran balkon sangat berbahaya. Apa lagi kondisi aula yang sempit. Lady bisa saja terjatuh dari balkon aula."

Keraguan muncul di hati Yelena. 'Pria ini mencoba membawaku kedalam agar tidak melihat monster. Tidak bisa! Aku ingin lihat siapa monster itu!'

Lama menunggu respon dari Yelena, pria itu terkekeh, membuat Yelena tertegun tanpa bicara, "Sepertinya anda canggung dengan saya Lady. Berhubung kita belum berkenalan. Boleh saya mengenalkan diri?." ujar pria itu, kali ini Yelena merespon dengan anggukan.

"Saya Duke Ganymade. Jovian Ganymade."

'Benar. Suaranya sama, pria inilah yang mengancam ku di butik!'

"S-saya Yelena Callisto."

"Callisto?." Yelena mengangguk, "Apa anda adik dari Lady Joolena Callisto?."

"Ya, benar."

"Tapi saya baru pertama kali bertemu anda di sebuah pesta. Apa anda sering absen dari pesta para bangsawan?."

CALLISTO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang