Chapter 11 : False Truth

1K 131 19
                                    


Segalanya memang telah berubah. Bukan berarti mereka belum berubah, tetapi kali ini, perubahan tidak terjadi pada orang-orang di sekitarnya, melainkan pada dirinya sendiri.

Lisa telah berubah.

Lisa tahu bahwa ketika segala sesuatunya tiba-tiba terasa asing, aneh. Rasanya seperti sebuah perasaan emosi dari sesuatu yang berbeda namun sekaligus menggairahkan.

Lisa pertama kali menyadari perubahan itu saat dia bangun pada Sabtu pagi yang dingin, hari di mana dia dan Jennie akan menjadi tuan rumah acara makan malam untuk pasangan yang baru saja bertunangan, Chaeyoung dan Jisoo.

Dia terbangun pagi itu dengan posisi meringkuk di lekukan leher Jennie, lengannya melingkari pinggang Jennie, kakinya tersangkut di kaki Jennie, bibirnya hanya beberapa inci dari payudara Jennie.

Pada dasarnya, posisi tidurnya sedikit di bawah Jennie, dan bahkan di saat kantuk dan kesadaran bertarung di dalam kepalanya, ia masih bisa mengetahui bahwa ia, pada kenyataannya, telah berubah karena cara ia bereaksi terhadap Jennie yang tertidur di sampingnya, ia tidak marah atau mencoba untuk pergi seperti biasanya, sebaliknya, ia mendapati dirinya semakin meringkuk dalam kehangatan Jennie. Lisa felt too comfortable. Too safe. Perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan sejak bulan-bulan awalnya bersama Irene.

Jennie terbangun beberapa menit setelah Lisa ketika gadis Thailand itu akhirnya memaksakan diri untuk duduk dan meregangkan lengan dan kakinya untuk melancarkan peredaran darah. Jennie memberinya kecupan di pipi saat wanita berambut cokelat itu berdiri di sampingnya. Lisa terkejut dan rona merah di pipinya tidak dapat ditahan yang membuat Jennie tertawa kecil.

"Good morning, love."

Lisa berusaha untuk tidak gagap saat dia menghindari tatapan menggoda Jennie. "Selamat pagi."

"Bagaimana tidur mu?"

Itu terasa memuaskan. Nikmat, bahkan. Tapi Lisa tidak mau mengakuinya.

"Biasa saja." Dia menjawab. "Aku tidak tahu kalau kita tertidur di sofa."

"Ya, aku harus bangun jam empat pagi karena televisi kita biarkan menyala."

Mereka menonton film lagi tadi malam. Jennie terus bersikeras ingin menonton Home Alone bersamanya, Jennie bahkan membuatkan popcorn dan air mineral karena dia tahu Lisa tidak bisa menolaknya. Meskipun Lisa telah menonton film itu jutaan kali dan dia lelah semalam, dia masih bisa duduk di samping si rambut coklat di sofa. Lisa tidak ingat bagaimana caranya dia menyetujui Jennie, tapi dia pasti tertidur segera setelah itu, mungkin Jennie juga.

"Apakah kamu lapar?"

Lisa mengangguk mendengar pertanyaan itu. Jennie tertawa kecil lagi dan menggumamkan sesuatu yang lucu sebelum pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan.

Saat itu sudah terlambat untuk sarapan sehingga mereka hanya membuat sandwich dan teh untuk mengisi perut mereka.

Tidak banyak yang terjadi pada sore itu kecuali Jennie menambahkan beberapa hiasan pada pohon Natal mereka sementara Lisa sibuk bermain dengan Leo.

Saat jam menunjukkan pukul lima sore, Lisa membantu Jennie memasak makan malam. Dia senang bahwa pinggul wanita berambut cokelat itu sekarang baik-baik saja dan memar-memarnya mulai memudar, yang berarti Jennie akhirnya bisa bergerak seperti sebelumnya.

Ini bukan pertama kalinya Lisa membantu Jennie memasak, tetapi ini adalah kali pertama ia merasa cukup senang bisa memasak bersama Jennie. Dia memotong bahan makanan, mencuci piring kotor, dan bahkan menggaruk hidung Jennie ketika Jennie tidak bisa melakukannya sendiri saat memasak.

Hal-hal sederhana itu terasa sangat aneh namun juga normal. Mungkin karena Jennie telah tinggal bersamanya selama lebih dari sebulan dan Lisa baru saja terbiasa dengan kehadirannya, atau mungkin karena cara Jennie menatapnya saat mereka berdansa beberapa malam yang lalu, dengan tatapannya yang tajam dan sentuhannya yang lembut dan halus.

Medicine (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang