Sejak sampai di kantor, Sanji tak keluar dari ruangan. Makan siang dibawakan oleh sang sekretaris juga tidak sentuh satu pun.Selera makan benar-benar lenyap.
Tak mengonsumsi santapan selama dua puluh empat jam pun bisa dirinya lakukan. Bahkan, berhari-hari bukan masalah.
Dengan begitu, ia akan cepat mati.
Setidaknya meregang nyawa karena energi yang habis dan tubuh kering keronta tanpa makanan, lebih baik dari bunuh diri.
Sanji masih takut dengan dosa. Apalagi, ia sudah pernah buat salah dengan hamil diluar pernikahan yang harus dibayar mahal dengan kematian bayi pertamanya.
Menebus dosa tersebut saja, ia belum bisa. Tak mungkin ditambahnya lagi.
Hanya saja, menjalani hari demi hari semakin melelahkan dalam sangkar kesempurnaan palsu yang dibangun orangtuanya.
Tok!
Tok!
Tok!
Sanji diam saja.
Lagi pula, tak bereaksi apa pun, Ibu Monica akan tetap masuk ke ruangannya untuk melaporkan apa pun yang mesti ia ketahui.
Cukup didengarkannya tanpa merespons.
"Bu Sanji, di ruangan Bapak Dewan Yoga, ada Pak Affandra Weltz dan Hemmy Weltz."
"Untuk urusan apa?" Sanji terpaksa memberi respons karena penasaran akan kehadiran Hemmy di kantor sang ayah.
"Ingin bertemu Bapak Dewan Yoga, tapi beliau masih dalam perjalanan."
Sanji segera bangkit dari kursi kerjanya. Ia pun melenggang cepat menuju pintu guna keluar. Tentu tujuannya adalah ruang sang ayah yang terletak di lantai empat.
Sanji memilih tangga.
Lift biasanya ramai digunakan para staf lain atau anggota partai yang datang. Ia malas saja harus bertegur sapa manis dan menyapa ramah sebagai bagian kepalsuan bersikap.
Satu demi satu anak tangga ditapaki dengan cepat. Dua ajudan yang mengikutinya pun kewalahan menyusul. Dan ia tak akan peduli.
Dari lantai dua menuju lantai empat, membuat lelah sebenarnya berjalan. Namun, karena cukup bersemangat akan berjumpa Hemmy Weltz, rasa lelah tak menyerang Sanji.
Setelah hampir dua menit lebih berjalan tanpa henti, ia pun sampai di tempat tujuan.
Langsung masuk ke ruang kerja sang ayah.
Pintu dibuka lebar dengan tak sabaran. Dan tentu menarik perhatian Hemmy dan juga Affandra Weltz yang duduk di sofa.
Keduanya pun kompak menoleh ke arahnya.
Dengan napas masih belum kembali normal, Sanji menunjukkan sikap hormat. Dilengkapi juga dengan senyuman sopannya.
"Selamat siang, Pak Affandra Weltz."
"Selamat siang, Hemmy Weltz."
Affandra Weltz hanya tersenyum tipis serta mengangguk pelan. Sedangkan, sang adik tiri mulai bangkit dari sofa dan mendekati Sanji Dermawan yang berdiri di dekat pintu.
Affandra mengamati interaksi mereka cukup saksama. Terutama sikap Hemmy. Ia tahu sang adik masih bergejolak akan emosi karena pembicaraan tadi dengan Yoga Dermawan lewat sambungan telepon.
Affandra kira akan memengaruhi bagaimana Hemmy bersikap pada Sanji juga. Namun, dari gestur tubuh, sang adik tiri tampak nyaman berdekatan dengan Sanji.
"Kenapa kamu dan Pak Affandra Weltz di sini?"
"Aku akan bertemu Anggota Dewan Yoga."
"Bertemu Papa? Untuk masalah apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Hati Rahasia
Ficção Geral[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Hemmy Weltz (33th) sudah bertekad kuat akan membalas dendam pada orangtua Sanji Dermawan (28th), karena darah dagingnya dibuang oleh mereka tanpa belas kasih. Kedua politikus sok suci itu akan dihan...