Part 03

5.7K 398 15
                                        

Hemmy tak bereaksi apa-apa.

Hanya masih berdiri di ambang pintu kamar sembari memerhatikan terus Sanji.

Wanita itu belum berhenti menangis sembari menenggak gelas demi gelas tequilla.

Walau dari jauh, dilihat jelas sudah setengah botol dihabiskan minuman beralkohol tersebut oleh Sanji. Tentu, telah pula cukup mabuk.

Tangisan yang wanita itu tengah keluarkan, rasanya juga efek dari kesadaran yang mulai sudah tidak dalam kondisi penuh lagi.

Semacam ada hal-hal menyakitkan selama ini dipendam dan akan keluar disaat tertentu.

Misalnya ketika sedang mabuk.

Hemmy pun akan terus di tempat berdiri, jika saja Sanji tak menyadari keberadaannya.

Wanita itu sempat seperkian detik menatap ke arahnya dengan mata basah. Lalu, dengan segera menghapus semua jejak cairan bening tersebut serta berusaha tak menangis lagi.

"Apa Soul terbangun?"

"Tidak." Hemmy lekas menjawab sembari melangkah ke arah sofa, dimana Sanji duduk.

"Aku sudah ambil satu botol. Ini enak."

Hemmy hanya mengukir senyum tanpa ingin berkomentar. Lantas, dicari posisi tepat di sebelah Sanji, dalam satu sofa panjang yang sama. Terpisah beberapa sentimeter saja.

"Aku sudah lama tidak minum dan ke bar."

"Menjaga imej sebagai politisi yang baik?" Hemmy coba menciptakan obrolan santai.

"Karena aku hamil."

"Wanita yang mengandung dilarang minum." Sanji memperjelas jawabannya.

"Jadi, kamu sudah menikah?"

"Hamil tanpa suami. Mengandung diam-diam. Dan nyaris punya anak diluar pernikahan."

Sanji memusatkan kembali atensinya pada Hemmy, setelah beberapa detik lalu diputus kontak mata di antara mereka berdua.

Sanji merasa tak kuat menahan semua beban menyimpan rahasia ini sendirian. Ia sengaja bercerita agar Hemmy merasa ingin tahu.

Tentu, akan diungkap semua kebenaran pada pria itu. Walau penderitaannya tak berkurang.

"Skandal yang buruk."

"Aib yang memalukan bagi Anggota Dewan Yoga Dermawan." Sanji menimpali jawaban Hemmy dengan nada sangat sinis.

"Keluarga politisi terkemuka tidak menolerir aib. Akan mereka kubur bagaimana pun caranya demi pencitraan yang baik."

"Citra penting bagi keluarga politisi."

Dipindahkan pandangan dari sosok Hemmy.

Entah mengapa, ia kecewa akan tanggapan pria itu. Sempat tadi terpikirkan jika Hemmy menanyakan siapa ayah dari bayinya.

Pasti diungkapkan rahasia besarnya. Ingin dilihat bagaimana respons Hemmy ketika tahu ia hamil darah daging pria itu.

Akankah marah besar dan menjuluki dirinya sebagai jalang? Atau malah berempati atas kegetiran kehilangan yang dialaminya?

Sayang, seribu sayang, pria itu tak bertanya.

Tangis Sanji kembali pecah.

Jika tadi ingin disembunyikan, kini biarlah ia menangis sepuasnya di depan Hemmy.

Sudah tak bisa menanggung banyak beban yang membuatnya semakin gila.

Pria itu tak bereaksi. Hanya bergeming saja.

Buah Hati RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang