Miss Bomi sibuk menulis sesuatu di buku sambil mendengarkan murid-murid kecilnya berbisik.
Evaluasi akhir semester sudah dekat dan anak-anak terlihat cukup senang saat mengetahui bahwa untuk kelas musik, mereka akan membawakan sebuah lagu secara berpasangan. Karena Miss Bomi berpikir itu akan lebih baik ketika mereka melakukannya berpasangan.
Namun dia terkejut ketika tiba-tiba Lisa muncul dan secara halus menyelipkan permen ke arahnya untuk menarik perhatiannya.
"Apa ini untukku?" Gurunya bertanya untuk memastikan dan tidak butuh waktu lama bagi Lisa kecil untuk mengangguk.
"Terima kasih banyak, Lisa," wanita itu lalu memasukkan permen ke dalam sakunya."Miss Bomi..." Anak di bawah umur itu berbicara dengan hati-hati.
"Apa kami benar-benar harus mencari pasangan untuk bermusik?" Guru hanya menatap gadis yang tampak tertekan.
"Aku tidak tahu apakah itu ide yang bagus.""Apa kamu tidak ingin bekerja sama dengan salah satu teman sekelasmu?"
"Bukan itu," Lisa menggelengkan kepalanya. "Tapi jumlah kami ganjil, jadi akan ada anak yang dibiarkan tanpa pasangan."
Wanita itu tersenyum dan tersentuh oleh perhatian muridnya.
Bagaimana bisa dia tidak jatuh cinta pada anak yang begitu penuh perhatian seperti Lisa?
"Jangan khawatir, Lisa," Gurunya meyakinkannya.
"Anak yang tidak memiliki pasangan, aku akan izinkan dia bergabung dengan tim yang diinginkannya.""Tapi, Miss..." Matanya sekarang mirip dengan mata anak kucing yang sedih. "Anak itu adalah Jennie dan dia pasti akan lebih memilih bekerja sendiri daripada harus bergabung dengan tim lain."
"Bagaimana kamu yakin dengan itu?" Lisa menghela nafas, lalu berbalik untuk diam-diam menunjuk ke tempat terpencil di mana gadis kesukaannya berada.
Disana ada Jennie, satu-satunya anak yang sendirian sambil menatap teman-temannya.
Lisa sedih melihat setahun berlalu, Jennie tidak memiliki teman.
Setelah membuang cincin Lisa di kelas satu, label sebagai anak yang kejam tetap melekat padanya sehingga teman sekelasnya lebih memilih menghindarinya daripada mencoba mengenalnya.
Jennie mengira, Lisalah yang harus disalahkan, tapi tak seorangpun memahaminya.
Lagi pula apa yang mereka ingin Jennie lakukan saat itu? Dia jelas tidak bisa menikah dengan Lisa karena mereka masih terlalu muda.
Jennie menghela nafas dan menatap buku catatannya. Dia mungkin harus bekerja sendiri lagi seperti biasa. Dan dia berpikir jika itu lebih baik daripada bekerja dengan seseorang yang tidak menginginkannya.
Miss Bomi mengembalikan pandangannya ke Lisa yang masih menatap Jennie dengan tatapan putus asa. Dan sulit bagi Gurunya untuk tidak tersenyum ketika dia memahami perasaan anak itu.
"Kamu belum memintanya menjadi pasanganmu?" Lisa menatap gurunya lagi dengan ekspresi terkejut.
"Miss Bomi tahu kalau Jennie membenciku kan?" Kata Lisa sambil tersenyum malu.
"Aku ingin bekerja dengannya, tapi dia mungkin akan menolak." Lisa kemudian mencari-cari sesuatu di sakunya.
"Jika aku memberimu lebih banyak permen, bisakah kamu membantu Jennie?" Lisa bertanya sambil memberikan lebih banyak permen ke arahnya. Tapi Gurunya hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Tapi...""Kamu tidak perlu memerasku dengan permen, Lisa... Jangan khawatir, aku akan mengurus ini oke?" Dia meyakinkan muridnya dan Lisa akhirnya tersenyum lagi dan kembali ke tempat duduknya.
Miss Bomi mengambil buku catatannya, lalu berbicara dengan keras untuk menarik perhatian anak-anak dan tersenyum kepada mereka sebelum memberikan instruksi.
"Tentang proyek musik," dia memulai. "Miss Bomi yang akan bertanggung jawab untuk membuat pasangannya oke? Miss pikir ini adalah saat yang tepat bagi kalian semua untuk memahami apa itu kerja tim. Jadi kali ini Miss sangat berharap banyak dari kalian." Wanita itu berbicara dengan lembut kepada wajah kecewa para muridnya.
Jelas tidak semua orang menganggap itu adalah ide yang bagus. Tapi itu membuat ketegangan Jennie sedikit berkurang dengan situasi ini sementara Lisa tersenyum bahagia, karena mengetahui bahwa setidaknya dengan cara ini anak yang sangat disayanginya tidak akan ditinggalkan sendirian. Lisa berharap gadis itu bisa mendapatkan pasangan yang baik juga.
Sedikit demi sedikit, pasangan-pasangan pun terbentuk. Itu membuat beberapa anak terpaksa meninggalkan posisinya untuk mengambil tempat di samping pasangannya masing-masing.
Mata Lisa melebar lebih dari sebelumnya ketika dia mendengar namanya dan Jennie keluar dari mulut gurunya dan dia bisa melihat gurunya bahkan mengedipkan mata padanya untuk mendukung.
Saat itu juga Lisa menjadikan Miss Bomi sebagai guru favoritnya.
Lisa mengira gurunya akan memilih teman yang baik untuk Jennie, tapi jika hasilnya seperti ini, itu jelas akan jauh lebih baik bagi Lisa.
Lisa kemudian mengambil buku catatan dan kotak pensilnya, dia berjalan ke meja gadis kesayangannya. Manoban kecil tidak berhenti tersenyum bahkan ketika dia bertemu dengan wajah tanpa ekspresi Jennie.
"Katakan sejujurnya," Jennie tiba-tiba berbicara padanya.
"Apa ini rencanamu?""Tidak," Lisa tidak bisa berhenti tersenyum saat dia menatapnya sambil melamun karena betapa cantiknya gadis yang ada di depannya.
"Jadi ini hanya karena kamu sedang beruntung?" Lisa mengangguk, Jennie menghela nafas menyerah.
"Baiklah..." Dia kemudian melihat buku catatannya."Nini," panggilnya.
"Kita akan menjadi pasangan terbaik."Sepertinya Jennie harus terbiasa dengan kata-kata itu.
"Aku tidak bernyanyi seindah kamu, tapi aku berjanji akan berusaha keras." kata Lisa melanjutkan dan Jennie akhirnya menatapnya dengan sedikit malu.
"Aku sangat memperhatikanmu selama kelas musik," Lisa mengakuinya tanpa rasa malu.
"Hanya di kelas musik?" Jennie bertanya dan Lisa tertawa pelan lalu meletakkan tangannya di tangan pasangannya sambil menatapnya dengan penuh kasih sayang.
"Aku selalu memperhatikanmu Nini."
"Jangan lakukan itu Lisa, kamu membuatku takut." Namun, Lisa tidak melepaskan tangannya, dia hanya membuang muka karena terlalu malu. "Tapi kamu tidak perlu khawatir." Kata gadis bermata kucing dan Lisa segera menatapnya tanpa mengerti.
"Suaramu juga bagus, aku pernah mendengarmu bernyanyi," Jennie mengakuinya dengan malu-malu."Apa kamu menyukai suaraku?" Jennie mengangguk tanpa memandangnya. "Itu hampir seperti kamu menyukaiku kan?"
"Tidak seperti itu! Aku tidak mengatakan itu!" Jennie menoleh ke arahnya, benar-benar kesal, sedangkan Lisa tertawa saat melihat gadisnya mengerutkan hidung dan itu terlihat sangat menggemaskan.
"Aku sangat menyukaimu, Nini," ucapnya dengan ringan sambil membelai pipi mandunya sebentar sementara wajah gadis bermata kucing memerah.
Kenapa Lisa benar-benar tidak tahu malu?
Jennie menatap buku catatannya sambil mencoba memperhatikan apa yang dikatakan gurunya, dan tanpa sadar dia tersenyum ketika tangan Lisa bertumpu pada tangannya lagi, karena entah kenapa sensasi itu menjadi lebih familiar.
Yang terpenting, karena gadis menyebalkan itu ada di sisinya, begitu dekat, sehingga membuat dia tidak sendirian lagi.
Karena Jennie sebenarnya tidak suka sendirian.
Bersambung wkwkwk ~~~
Readernim yang baik hati dan tidak sombong 😁 jangan lupa vote dan tinggalkan komentar yaah.
Mampir juga ke profilku buat baca cerita-ceritaku yang lain.
See you soon ... 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing's Gonna Change My Love For You (GXG)
HumorLisa dan Jennie bertemu ketika mereka berusia 5 tahun. Bagi Lisa, dia yakin jika dirinya telah menemukan gadis tercantik didunia. Sementara Jennie, tidak bisa menghindari rasa kesalnya terhadap gadis bermata hazel yang sejak hari pertama mereka ber...